Happy Reading
.
.
.
.Salah satu tempat Pub ternama di kota Ethermoor dekat pelabuhan malam ini sedang berpesta ria, pelaut yang baru saja tiba di sambut dengan ramah dan di berikan minuman berlimpah.
Tidak ada perlakuan istimewa di sana termasuk sang Pangeran Justin Collin Van Leeuwen, di mata para sesama awak kapal jabatannya kini hanyalah seorang kapten bukan Pangeran Kerajaan.
Lagipula sang empunya tidak mempermasalahkan hal tersebut selama dia memimpin kapal Ayahandanya ini 10 tahun terakhir, juga tidak ada protesan berarti dari mereka yang tidak suka padanya.
"...Tubuhnya sangat lengket seperti ikan, aku benar-benar memegang sisiknya! Kalian tidak percaya padaku?" Seorang pria paruh baya bercerita tentang dirinya yang melihat langsung wujud makhluk mitologi itu di lautan, saat menarik derek jalanya di sana.
Gelak tawa memenuhi ruangan karena ucapan sembrono tadi, karena sampai saat ini belum ada yang pernah melihat wujud makhluk itu selain Kaisar Richard Collin Van Leeuwen.
"Jika memang benar kau memegang sisiknya, kenapa bisa kau masih hidup hingga saat ini. Pak tua?" Timpal lainnya menanggapi ucapan pria paruh baya itu. Karena menurut cerita legenda, makhluk tersebut sangat berbahaya jika kita bertemu dengannya di dalam air.
Contoh nyatanya saja sang Kaisar yang kini terbaring lemah di ranjangnya akibat panahnya berbalik arah, tidakkah itu sudah cukup membuktikan seberapa kuat makhluk mitologi tersebut.
Di daratan mungkin manusia lah yang berkuasa, namun ketika berada di lautan maka para makhluk itulah yang memiliki kekuasaan terbesar.
"Sudahlah! Kalian bisa melihatnya sendiri di laut Samudra Atlantik jika tidak percaya padaku, benar kan Kapten?" sahut pria paruh baya tadi menanyakan kepada Kapten Justin yang hanya diam menyesap sigaretnya.
Memilih diam di pojokkan menikmati segelas bir nya di sana tanpa ikut masuk ke dalam pembicaraan orang-orang, karena diapun belum pernah melihatnya langsung hanya mendengar saja Ayahandanya berteriak dulu agar para awak kapal menjaganya.
Padahal jika ia bisa melihat wujud makhluk tersebut, Justin bersumpah akan membunuhnya karena telah menyebabkan sang Kaisar mengalami kritisnya kehidupan saat ini.
"Ya, silahkan saja jika kalian tidak ingin seperti Kaisar Richard." kata Justin sembari menghabiskan birnya dan berlalu dari sana. Keluar dari tempat Pub tersebut yang perlahan menyesakkan paru-paru, terlebih saat ingatan tentang bagaimana Ayahandanya malam itu di kapal.
Langit begitu terang di atas sana, cahaya rembulan membantu menerangi bagian bumi yang gelap. Justin menatap satu bintang besar yang berkilauan dengan warna kebiruan, angin sepoi-sepoi menerpa kulit dan menggerakkan surai sang empunya.
"Mereka tidak tau seberapa menakutkannya malam itu..." gumamnya.
"Andai saja Ayahanda tidak bersikeras ingin membunuh makhluk itu, mungkin saat ini Ayahanda akan ikut berpesta dengan kami di sini." lanjutnya sembari menutup kelopak matanya ketika sebuah nyanyian yang sama masuk ke indra pendengarannya.
Justin tidak tau siapa sosok pemilik suara merdu tersebut, namun itu cukup membantunya yang terkadang kesulitan tidur setiap malamnya. Meski hanya melodi dan tidak ada bait lirik di dalamnya, suara itu saja mampu membuat ia terbuai dalam mimpi yang indah.
Bahkan usapan lembut dan kasih sayang yang di berikan oleh tunangannya tidak dapat membuat rasa kantuk itu datang, seperti yang terjadi saat ia memilih kembali mendengarkan nyanyian yang bersemayam di kepalanya.
.
.
.Sejatinya Aruna sedang dalam kondisi tidak baik ketika bertemu dengan pelaut yang kini mengambil banyak sekali makanan mereka di lautan, mencoba mempertahankan ikan-ikan itu agar tidak di ambil semuanya.
Tetapi sang Kakak malah menariknya kembali masuk kedalam permukaan air, tidak membiarkan dia membunuh para pelaut yang telah berani menghabiskan makan malamnya tanpa menyisakan satupun.
Alhasil kedua kakak-beradik itu harus bertarung satu sama lain di saksikan para Siren lainnya, tidak ada yang memisahkan karena ini juga termasuk memilih siapa yang terkuat di sini.
Sebab Arion, Kakak tertua Aruna yang memimpin Siren di Alétheia tidak bisa begitu saja membiarkan Adik bungsunya naik ke permukaan air tanpa perhitungan yang jelas.
Bagaimana jika ada perangkap atau obat bius tersembunyi? Itu jauh lebih berbahaya karena tubuh Aruna bisa saja di jadikan makanan oleh para pelaut tak berhati tersebut.
Lebih baik untuk malam ini mereka kehilangan makanan daripada kehilangan nyawa, manusia di atas sana tidak boleh tau ada sebuah kehidupan yang lain di bawah laut selain satu orang yang berhasil ia lumpuhkan saat itu.
"Mereka harus di beri hukuman karena telah mengambil makan malam kita, Kakak!" Seru Aruna sembari mengibaskan ekornya kepada sang Kakak sebagai bentuk perlawanan dan pertahanan diri.
Dia telah di latih oleh Ibunya menjadi anak yang tidak kenal takut seperti Kakak-kakaknya, namun semakin hari Aruna menunjukkan sikap berontaknya karena merasa marah pada para nelayan-nelayan yang datang ke Alétheia.
"Aku yang berhak memutuskan menghukum atau tidak, Aruna! Kau cukup memperhatikan tanpa ikut bertarung diatas sana bersama kami!" balas Arion yang kini menghempaskan Adiknya sendiri begitu jauh hingga tubuh itu terkena bebatuan.
Sebagai seorang pemimpin Arion bisa saja menyakiti Adiknya lebih daripada ini seperti yang dia lakukan pada yang lainnya, namun ini adalah Aruna.
Adik bungsunya.
Suara ringisan Aruna menggema di lautan Alétheia, bagian ekornya tampak luka akibat goresan dari bebatuan yang terdapat tumbuhan berduri.
Aroma khas darah tercium ke indra penciumannya para Siren di sana, membuat Arion bergegas menggerakkan ekornya secepat mungkin mendatangi lelaki itu.
"Ini akibatnya jika kau bersikap tidak patuh padaku," sungut Siren tersebut sembari menarik Aruna dan membawanya pergi ke dasar laut untuk di obati dengan menggunakan tumbuhan yang biasa mereka pakai.
"Makanan ku di renggut, Kakak. Dia harus menerima hukuman karena telah berani mengganggu makan malam ku," ujar Aruna yang kini merasa pusing sebab duri tersebut mengandung racun.
Tapi kemungkinan yang mengenai ekor Aruna adalah ikan batu, ikan tersebut sering berkamuflase sebagai batu di lautan. Terkadang para Siren sendiri pun kesulitan membedakan ikan itu dengan batu asli.
.
.
.
TBC
Apa kabar gaes!? Baik-baik aja kan? Harus baik dong
Kemungkinannya bakalan jarang up karena masih ada beberapa urusan yang belum selesai, tapi aku bakalan usahakan up terus kalo kalian rajin votment.
Terimakasih sudah singgah membaca♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Alétheia: The Seirínes (Vol. 2)
FantasyBerburu? Pertarungan? Rantai makanan? Pelaut? Dan Siren... .... BxB Jeongharu Vol. 2 (versi dari Athána) © Jumparklagi