tujuh belas

1.1K 21 6
                                    

Sejauh ini kamu masih menjadi sumber kebahagiaan utama

Gamaskala 2023

🦋🦋🦋

Feri tampak mematikan sambungan telepon, ia lalu menatap wanita cantik yang sudah menjadi setengah hidupnya yang hilang dengan menggelengkan kepala.

"Aku ga bisa pindahin hak perusahaan atas nama aku" ujar Feri

"Lalu harus bagaimana mas? Aku ga mau hidup tanpa kepastian terus, Gimana nasibku dan anakku nanti kalau kamu terus gantung aku gini" ujar Hera Trisana

"Maafkan aku Hera, aku tidak bisa menceraikan Erna. Kalau aku menceraikan dia bisa bisa aku ga mendapat sepeser pun aset perusahaan itu, kamu mau kita hidup susah nanti?" Tanya Feri, Hera menggeleng

"Lalu sampai kapan aku harus menunggu?" Tanya Hera ia sudah mulai lelah dengan hal ini, ia seperti seorang pencuri yang terus bersembunyi

"Beberapa bulan lagi, aku akan coba buat Erna menyerahkan hak miliknya pada Gamaskala. Dengan begitu akan mudah buat aku ngalihin hak itu ke namaku karena umur Gamaskala belum cukup " ujar Feri

"Jadi kamu ga akan ceraiin Erna?"

"Untuk sekarang iya, aku harus melatih Skala untuk menjalankan perusahaan dan membuat Erna yakin kalau anak itu layak" ujar Feri

Hera menghela nafas pasrah, sudah bertahun tahun ia hidup sebagai orang ketiga, setiap hari hanya diberi makan oleh harapan. Mau bagaimana lagi ia mencintai Feri begitu juga Feri yang mencintainya. Hera lalu memeluk lengan Feri erat

"Janji kita akan bersama setelah ini selesai"

"Aku janji, kita perlu bantuan anak kamu soal ini" ujar Feri

"Bantuan untuk apa?"

🦋🦋🦋

Hari ini hari pertama Arabell kembali ke sekolah, rindu sekali dengan rasa dimana ia menikmati sebuah hidup di sini. Sekarang Arabell tengah ada di dalam kelasnya menatap langit biru di luar jendela, cerah dan dihiasi awan awan putih seperti kapas, tenang rasanya.

Arabell memejamkan matanya sejenak sebelum sebuah panggilan membuatnya menoleh, ternyata Gio yang tampak berdiri di samping mejanya

"Senang lo kembali ke sekolah Ra" ujar Gio

"Ehh hai Gi"

Gio tersenyum lalu duduk di kursi samping Arabell, ia sedikit risih karena jarak Gio terlalu dekat dengannya, namun ia mencoba bersikap biasa saja.

"Gue turut berduka cita ya Ra"

"Makasih Gi" jawab Arabell singkat lalu kembali menatap ke luar jendela

"Gue tau pasti hari hari lo akhir akhir ini berat banget, apa lagi berita Skala yang dengan brengseknya malah berduaan sama Asita, gue tau lo pasti sakit hati banget. Harusnya yang kaya gitu lo putusin aja Ra, sejak awal gue emang kurang suka si sama anak brandalan itu. Tapi tenang Ra ada gue, lo bisa cerita apa aja ke gue kalau lo mau, gue selalu ada" ujar Gio, Arabell kesal mendengar itu semua hal yang menjelekkan Gamaskala

Ia lalu menoleh menatap Gio dengan senyuman, semua orang berhak menilai orang lain menurut sudut pandangnya masing masing, tapi yang dilakukan Gio cuman membuat Arabell merasa kesal bukan malah setuju dengannya.

"Makasih ya Gi buat perhatian lo...." Arabell menjeda sebentar kalimatnya itu membuat Gio merasa senang

"Tapi Gamaskala ga seperti apa yang lo pikirin, dia baik buat gue, dia punya alasan untuk segala hal yang memang itu salah, gue kurang suka ya kalau lo bicarain keburukan Skala kaya gitu. Gue pergi dulu" ujar Arabell lalu beranjak dari bangkunya

GAMASKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang