Tragedi Lift mati

3K 376 49
                                    

Manjadi suami siaga memang sudah dijalani sempurna oleh seorang Bryan Paul Andreas, kini Nabila sudah memasuki bulan ke lima kehamilannya. Setiap hari Nabila harus ikut bersama Paul ke kantor, karena dia tidak bisa ditinggal lama lama oleh suaminya itu. "Mau kemana? Aku ikut. Menarik lengan Paul agar tidak keluar. "Sayang aku harus meeting dulu, kamu diam disini oke." Mengecup kening istrinya

"Tiap hari meeting terus heran." Rengek Nabila yang mulai menangis, kehamilannya saat ini membuat hatinya mudah tersinggung, mudah sedih, dan merasa tak disayang jika inginnya tidak terpenuhi

"Nab, sebentar saja ya sayang, aku mana mungkin ajak kamu ke dalam ruang meeting?. Melangkah ke sofa panjang diruangan Paul, Nabila memainkan ponselnya dengan raut wajah yang tak bersahabat. "Yaudah pergi saja, kamu memang ga sayang sama aku." Paul hanya bisa memijit keningnya. "Terserah Nab, aku pergi dulu. Melangkah ke luar dengan hati yang kesal. "Paul ihhh... Bener bener ya kamu." Tak sengaja melempar ponselnya ke lantai. "Ah siall ancur deh hp ku, makin bt aja disini." Ucapnya kesal

Sudah lewat 30 menit Nabila menunggu suaminya meeting, masih belum ada tanda tanda Paul masuk ke ruangan itu. "Bosan sekali aku weh, mana lapar banget, sayang kita cari makan yu keluar papa janga diajak dia gaasik nak." Mengelus perutnya yang sudah membesar.

Keluar dari ruangan sang CEO, Nabila melangkah ke lift yang berhadapan dengan ruang suaminya. Bertemu dengan seorang karyawan perempuan."Bu Nabila cantik banget sih, beruntung banget si Pak Paul." Tersenyum kearahnya. "Jangan terlalu berlebihan, saya ga sesempurna itu. Kamu juga cantik ko." Memberikan senyuman termanisnya.

"Aku duluan Bu." Menganguk hormat pada Nabila. Kini dia berada dilift sendirian tiba tiba lampu lift berkedip dan lift pun mati menggantung dilantai dua. Jadinya terus menekan tombol berharap pintu lift bisa terbuka, menekan tombol emergency tapi sayangnya tidak berfungsi dengan Baik "hallo Pak, bisa tolong bantu saya, saya terjebak dilantai dua. Haloo. " Ucapnya terputus. Petugas keamanan mulai kerepotan mencari info. "Hallo buk, ada masalah apa? Suaranya terdengar tidak jelas. "

Didalam Nabila sudah menangis sejadi jadinya. Tangisnya sudah terdengar badanya menggigil ketakutan. "Paul tolong.... !!!

****
Meeting sudah selesai, Paul bergegas lari ke ruangannya, ia tau pasti wajah sang istri sudah menunjukan muka kesalnya karena meeting itu berjalan lama. Membukakan pintu ruangan. "Saaa____ , Nabila? Kamu dimana? Teriaknya menggema, dicari di bagian toilet masih belum juga ditemukan, mencoba menghubungi istrinya. "Nomornya tidak aktif? Tanya Paul dalam hati, disofa panjang ia melihat handphone Nabila yang sudah tidak beraturan bentuknya. "Dia mengamuk sampai menghancurkan handphone? Menggelengkan kepalanya tidak percaya "Tapi kemana kamu Nab?."

Suara ricuh didepan ruangan terdengar jelas oleh Paul, berlari dan mencoba mencari tau apa sebabnya. "Ada apa ini? Teriaknya membuat beberapa karyawan terdiam. "Pak, bu Nabila pak." Ucap satpam yang menghampiri nya. "Kenapa istri saya? Rasa paniknya bertambah ketika karyawan yang tadi satu lift dengan Nabila tiba tiba menangis. "Tolong selamatkan Bu Nabila pak, dia orang baik tadi saya sempat satu lift dengan dia." Dia rela melewati tangga emergency demi sampai di ruangan Paul dan memberi tau ini semua.

"Maksudmu, Nabila terjebak di lift? Karyawan itu mengangguk cepat. Melangkah ke arah lift yang ada didepan ruangnya, pintunya tidak bisa dibuka? "Ah sial aku lupa Nabila pasti tadi menggunakan lift ini. Berlari lagi, Kini Paul menuju tangga emergency. Pikirannya sudah kalut ketika dilantai dua semua orang sudah berkumpul didepan lift. "Mana Orang teknisi? Kenapa belum ada yang menangani masalah ini. Mengamuk didepan para karyawannya

"S..sedang mengambil kunci pak. Sahut satpam ketakutan

"Berapa lama? Aaaaarggh bisa bisa istriku kehabisan oksigen. Berlari ke arah lift, "Nabila... Bertahan ya sayang. !!

Mendengar suara Paul diluar Nabila langsung terbangun dari Duduknya ia mencoba bangun walaupun badanya sudah lemas. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh wanita yang sedang hamil itu. "Pau, tolong aku, aku sesak..... !

Tiba-tiba perutnya keram lagi, kandungan Nabila memang boleh dikata lemah, sudah 3x dia hampir keguguran karena Perutnya yang sering kontraksi dini. "Awwwwssstt sakit sekali ini." Ringisnya terdengar oleh Paul. "Nab kamu kenapa? Jangan buat aku khawatir."

Masih mencari keberadaan teknisi itu, pikiran Paul sudah tidak bisa berpikir jernih, ia terus menerus berteriak memanggil teknisi lift yang kat kunjung datang.

Diujung pintu orang teknisi itu pun datang berlari kencang menghampiri bosnya yang sudah mengamuk ditempat. "Cepat buka !!! Teriak Paul menggema. Pintu lift terbuka Sempurna menampilkan wanita cantik yang sudah menangis dengan tangan penuh dengan darah. "Sayang.. kamu bertahan." Menggendong tubuh istrinya keluar. Nabila merasa kandungannya saat ini tidak bisa diselamatkan. "Darahnya keluar lagi powl, sakit sekali." Berbicara dengan nada yang lemah.

Membelah kota jakarta yang terik, Paul terus memegangi perut Nabila yang sedang tidak baik baik saja. "Nak jangan pergi sebelum kami melihat mu." Kata yang selalu diucapkan Paul selama diperjalanan.

Brankar rumah sakit, ruang IGD dan kepanikan sepertinya selalu melekat dengan kehidupan Paul selama Nabila mengandung. Dia tidak akan memafkanya dirinya sendiri jika terjadi sesuatu dengan istrinya hari ini.

Menatap ke ruangan IGD yang membuat kepanikannya bertambah. Ia menyesal telah meninggal istrinya diruangan dengan kesendiriannya. "Arrrggg Paul, kau bodoh sekali." Memaki dirinya sendiri.

"Pak Paul?

"Iya dok, bagaimana keadaan istri saya?

"Kami bisa menyelamatkan Ibu Nabila tapi tidak dengan Janin dalam kandungannya. Karena kejadian ini sering terjadi sehingga janin itu sudah tidak kuat untuk bertahan.

Deg !

Dunia Paul hancur !! Ketika mendengar calon anaknya tidak bisa diselamatkan. Memaki dirinya sendiri, bahwa dia bukan suami yang baik untuk Nabila. "Dok calon anak saya tak selemah  itu dok." Terus memaksa dokter untuk memberikan jawaban terbaik untuk nya

"Pak, saya tau ini berat. Tapi takdir yang sudah menentukan, saya hanya seorang perantara tuhan yang membantu manusia dari masalahnya. Tetap Tuhan yang mengambil alih semua hidup dan matinya manusia." Dokter itu meninggalkan Paul dengan kesedihannya.

Menatap malang ke arah istrinya yang masih belum sadarkan diri dan satu janin yang sudah terbungkus kain kafan. "Maafkan papa Nak ! Menangisi raga yang masih belum terbentuk sempurna.







"Aaaaaaa Tidaakkkkk. !!! Jeritan Paul terdengar keras oleh telinga Nabila. "Kamu kenapa sih? Aku lagi makan ice cream sampai tumpah gini." Menunjukan muka kesalnya. Paul berlari menghampiri istrinya yang sedang duduk di sofa panjang. "Nab kamu harus ikut meeting sama aku ya, gaboleh jauh jauh pokoknya.

Menatap bingung tingkah suaminya, tadi dia bilang kalau Nabila tidak boleh ikut karena ini meeting penting untum proyek besarnya. "Lah, tadi katanya aku suruh diem disini, sampai sampai ada yang nyogok aku pakai ice cream. Menunjukan satu kantong ice cream berbagai varia rasa yang diberikan Paul untuk Nabila

"Nda nda, udah ayo habiskan ice cream itu, kita pergi ke ruang meeting. Nabila hanya tersenyum mengejek ke arah suaminya. "Emang si paling gabisa jauh sama aku." Kekehnya dalam perjalanan

Diruang meeting semua orang tersenyum menatap ke arah Nabila yang duduk disamping kursi Paul. Pak, sayang banget ya sama bu Nabila sampai gamau jauh gitu." Paul hanya menatap sinis ke arah karyawannya yang coba mengejek.

"Kalau saya tidak sayang, ngapain juga saya Nikahi dia." Jawaban yang membuat perasaan Nabila terbang.

Paul bersyukur semua kejadian pahit itu hanya bayangan dirinya saja. Mulai saat ini dia akan lebih siap menjadi seorang Suami sekaligus Papah yang siaga.

.
.
.
Bersambung 💃💃💃💃
Satu chapter terakhir besok yaaaa enjoy guys jangan lupa nyengir dulu haha maaf banyak typo




Tampar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang