Pesawat Jatuh (End)

2.9K 328 78
                                    

Sejak lamunan pahit yang Paul alami, ia tidak pernah meninggalkan Nabila walau hanya sebentar saja, menurutnya keselamatan Nabila dan calon bayinya adalah hal yang paling utama. Tapi hari ini Paul gelisah, ia harus pergi bertugas ke swedia selama satu bulan. Bertanya pada dokter kandungan Nabila, apakah istrinya boleh dibawa untuk tinggal disana selama satu bulan, tapi dokter itu menyarankan untuk tidak membawa Nabila bepergian jauh. Mengingat kandungan yang rentan keguguran.

"Aku mau ikut powl."

"Iya Nab, akupun ingin mengajak kamu, tapi bagaimana kondisimu yang Tidak memungkinkan untuk pergi.

Bergelut dengan pikiranya, dia tidak bisa sembarang membatalkan projek besar ini, sudah ada tanda tangan diatas materai berarti Paul sanggup atas semua perintah yang diberikan kliennya.

"Sayang, boleh ya kita berpisah dulu selama satu bulan?

Nabila memang tidak bisa jauh dengan suaminya tapi ia juga tidak boleh egois, semua ini demi kelangsungan bisnis yang sudah Paul bangun dengan susah payah dengan tanganya sendiri. "Yasudah kamu pergi saja, aku disini bersama mama." Menunduk untuk menutupi kesedihannya.

"Aku janji tidak akan lama. "Memeluk istrinya yang hampir menangis.

*****
30 hari memang tidak begitu lama, tapi menurut Nabila ini adalah pengalaman pertamanya ditinggalkan oleh suaminya pergi jauh ke luar negeri. "Kamu gaboleh nakal disana." Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Paul.

"Enggak sayang, aku akan berusaha kerja cepat biar kepulanganku bisa dipercepat juga. "Melepaskan pelukannya, kini ia menatap wajah istrinya sendu, ia tidak suka melihat Nabila menangis "Matamu sudah sembab sayang, apa semalaman kamu menangis? Tanyanya mengelus pucuk kepala Nabila. "Iya, aku menangis saat kamu sudah tertidur, bagaimanapun aku mengizinkan kamu pergi, hatiku tetap saja menolak." Menangis kembali dihadapan suaminya

Yuri yang sedari tadi menyaksikan itu hanya bisa terdiam, ia tau Nabila sangat menyayangi Paul begitupun sebaliknya. "Jaga kesehatanmu Nak, jangan khawatir Nabila, dia aman bersama mama. "Paul mengangguk mendengar perkataan mama nya.

Mengelus perut Nabila yang sudah membesar. "Anak papah aman disana? Baik baik ya sayang jaga mama selama papa Pergi, jangan nakal ya. Mencium perut Nabila lama, Paul merasakan bahwa ini adalah kedekatan terakhir bersama calon anaknya. Mengusap air mata, kali ini Paul menangis tanpa ia sadar.

"Baik-baik disana."ucap Nabila lembut, ia hanya mengangguk paham. Memeluk lagi Nabila dan berganti memeluk Mamanya. "Ma, kabari aku jika ada apa-apa." Melangkah mundur meninggalkan kedua wanita kesayangannya

"Dah powl !!!!

Air mata Nabila kembali meluncur lagi, kalau ia diizinkan bepergian jauh ia akan ikut dan tidak mau membiarkan Paul berangkat seorang diri. "Sayang, sudah jangan menangis lagi, kasian bayimu pasti merasakan kesedihan juga nantinya.  Menasehati menantunya yang kini sedang ia peluk.

****
Baru saja beberapa jam Paul terbang dari bandara, tiba-tiba berita tak enak itu datang. Berita ditv tentang kecelakaan pesawat mengganggu fokus Nabila yang sedang merapihkan kamar tidurnya. "Bukanya itu pesawat yang ditumpangi Paul?. Berlari mencari mertuanya ia harus memastikan bahwa berita itu bohong.

Baru saja sampai dilantai bawah Nabila bertemu dengan Yuri yang sedang menerima telpon sambil menangis . "Maaa ! Lirihnya. Menoleh ke arah menantunya itu, menyeka air mata dan menghampiri Nabila. "Sayang, ada apa? Butuh bantuan mama?. Berpura pura tidak terjadi apa apa. "Ma apa yang terjadi? Berita itu bohong kan ma? Paul pasti kembali kesini kan ma? Badan Nabila bergetar hebat, bagaimana pun ia tidak ingin mendengar berita buruk itu terjadi.

Memeluk tubuh menantunya mencoba memberi penjelasan bahwa semua berita itu benar adanya. "Sayang ikhlas ya, kita pasti kuat." Menggelengkan kepalanya cepat. "Nga mah, aku gamau pisah sama Paul, aku harus cari kebersamaan dia sekarang." Melangkah dengan tangisnya hari ini menjadi hari terburuk bagi Nabila. "Paul... Kamu gaakan tinggalin aku kan, anak kita butuh kamu paul." Berlari sambil berteriak sebelum badan Nabila benar benar jatuh lemas ke lantai. "Nabila, sadar nak. !

****
Menunggu info di rumah, Yuri sudah mengerahkan semua anak buahnya untuk membantu tim SAR membantu pencarian korban pesawat jatuh di Pulau terpencil di Kalimantan. "Halo bagimana? Sudah ada info terbaru."Menerima telpon dalam keadaan penuh harap

"Banyak korban jiwa buk ada sekitar 40 orang, dan yang selamat hanya 17 orang sisanya masih hilang."sahutnya diujung telpon.

"Dan sayangnya Pak Paul bukan bagian dari korban yang selamat ataupun meninggal, statusnya masih dikatakan hilang.

Seperti diberi harapan yang menggantung Yuri kembali memijit kepalanya yang terasa ingin pecah, anak sematawayangnya tidak bisa ditemukan keberadaannya. Diatas kasur Nabila kembali menangis melihat ekspresi dari sang mertuanya itu. "Ma ada apa? Tanyanya penuh harap. Yuri hanya tersenyum semu ke arahnya tanpa menjawab apapun. Sehancur apapun keadaan Nabila saat ini tapi ia yakin perasaan mertuanya lebih hancur hanya saja dia harus menjaga sikap karena hanya ingin membuat Nabila sedikit tenang.

Nabila tidak mau mendengar berita kalau suaminya telah tiada. Dengan harapan yang masih besar Nabila yakin Paul masih dalam keadaan selamat. "Kamu pasti pulang kan powl." Berucap didalam hati

****
Sudah 5 hari proses pencarian korban pesawat itu dijalani tapi tetap saja Paul masih belum ditemukan. Sampai akhirnya semua tim menyerah dan mengakhiri proses pencarian itu. Hanya sisa tiga orang yang statusnya masih hilang. "Bu harapan kita hanya beberapa persen saja untuk menemukan Pak Paul dalam keadaan selamat." Ucap pria berbaju hitam datang ke rumah Yuri.

"Akses yang sempit dan medan yang terjal membuat tim kita kesulitan menemukan sisa korban yang hilang.

"Dan bisa disimpulkan jika Pak paul selamat dari kecelakaan itu, dia tidak akan bertahan lama karena disana banyak Binatang buas dan tidak ada rumah penduduk sama sekali.

Kesimpulan yang tidak ingin di dengar Yuri dan Nabila, bahwa Paul sudah dikatakan meninggal tanpa jasad oleh semua tim yang ada dalam pencarian.

Tubuh Nabila melemas lagi, jari jarinya sudah bergetar hebat ia tidak bisa mengontrol emosinya. Menangis sejadi-jadinya dihadapan sang mertua. "Ma Paul masih hidup, kenapa semua orang berhenti mencarinya." Memeluk Nabila yang sedang ditemani rasa bersedih Yuri meyakinkan menantunya itu bahwa semua ini sudah takdir hidup Paul, mau tidak mau kita harus menerimanya dengan ikhlas

"Nak, dengarkan mama. Selama ini Paul sudah menjadi pria yang baik dan bertanggung jawab, mama yakin dia pasti diberikan tempat terbaik oleh tuhan. Membantah semua omongan mertuanya Nabila masih yakin Paul selamat dan masih hidup

"Ngak mah, aku yang akan mencarinya sendiri. Kalian memang tidak becus dalam bekerja." Memaki semua anak buah Yuri yang ada didalam rumahnya.

****
Dengan perasaan yang sudah cukup tenang, Nabila melangkah ke dalam kamar tidur, melihat foto Paul denganya yang terpanjang rapi disetiap sudut ruangan itu. Mencium baju terakhir yang Paul pakai sebelum ia memutuskan untuk pergi ke swedia. "Sayang, aku sudah mulai menyukai wangi parfummu lagi, tapi kenapa kamu malah pergi meninggalkanku? Meneteskan air matanyanya.

Sejujurnya ia sangat sedih dan kehilangan tapi dia tidak bisa berbuat apa apa jika semesta sudah menentukan. "Sebentar lagi anak kita lahir, rasanya berat sekali harus membayangkan melahirkan tanpa ada kamu yang menemani. Mengelus foto Paul yang tersimpan di samping ranjang.

"Ini foto yang selalu aku lihat sebelum tidur walau kamu ada di sampingku, mungkin itu sebuah pertanda bahwa kamu tidak bisa menemaniku selamanya dan ada foto ini yang menggantikan.

"Paul, aku masih mencari cara untuk sembuh dari rasa kehilangan ini. Tapi aku pikir semuanya tidak akan berjalan sempurna.

Mengemasi semua barang barangnya ke dalam koper, tidak lupa membawa foto paul dan baju paul sebagai teman kesepiannya selama di Aceh, Nabila memutuskan pulang ke kampung halaman nya, ia rasa dia tidak akan kuat jika terus tinggal dijakarta. Kenangan bersama Paul sudah tercipta banyak disini. Dikota ini, dirumah ini dan lebih tepatnya dikamar ini, kamar yang menjadi saksi bisu kesempurnaan cinta itu menyatu.

"Aku akan meninggalkan semua kenanganmu, tapi tidak dengan perasaan ini, yang harus kamu tau, aku akan tetap menunggumu pulang walau aku harus kembali sakit ketika melihat Jasadmu yang sudah tak bernyawa.

"Aku menyayangimu, Ceo cintaku. !

.
.
.
The End 🥺
Yaallah sakit banget anjir ngetiknya. Nab sabar ya sayang
Terimakasih semua yang sudah membaca dan selalu support aku dalam segala hal, see you di cerita selanjutnya (inshallah hehe)
Maaf kalau banyak typo ya tsay

Tampar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang