Chapter 3 : Kenyataan

226 30 5
                                    

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto

Rating : M

Genre : Romance, Hurt,

WARNING: TYPO MENYEBAR, GAJE, OOC, BAHASA TIDAK BAKU

.

.

.

Happy Reading

Ini adalah sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Di saat Hinata berusaha untuk menjalani kehidupannya yang telah berubah bagaikan seorang putri negeri dongeng, kini ia menghadapi hal yang sangat serius dan memaksanya untuk mengubah title dirinya dari seorang istri menjadi seorang ibu. Tentu saja ia menolak semua itu mati-matian. Tidak dengan seorang suami mesum seperti Sasuke.

Setelah Itachi mengatakan maksud dari kedatangannya dan Sasuke merencanakan untuk melakukan 'itu' secepatnya, Hinata menghindari kakak beradik itu dalam rumah yang dibeli oleh Sasuke. Seperti sekarang ini, ia mengunci dirinya di dalam kamarnya— ehem, maksudnya kamar mereka berdua.

"Hinata, buka pintunya. Apakah kau tidak bosan di kamar seharian?" tanya Sasuke dari balik pintu.

"Tidak, aku hanya sedang mengatur baju-bajuku. Kau boleh bernostalgia dengan Itachi-san," ucap Hinata beralasan.

Tentunya Sasuke tidak bodoh hingga ia membiarkan istrinya berada di kamar mereka sendirian dari siang hingga sore. Mengatur baju? Haruskah berjam-jam hanya untuk memindahkan dari 3 koper besar ke lemari? Satu atau dua jam Sasuke masih bisa mentolerir nya, tetapi ini sudah hampir 4 jam dan sudah saatnya makan malam.

"Buka, Hinata! Aku tahu kau sedang menghindariku," ucap Sasuke sambil menggedor pintu "Apa kau tidak lapar? Sudah hampir makan malam," lanjutnya kemudian.

Makan malam? Bahkan makan siang belum ia lakukan tadi, terima kasih berkat suaminya yg membawa beberapa orang untuk membuat heboh rumahnya hingga ia lupa untuk makan siang. Berkat perkataan Sasuke barusan, Hinata merasa goyah. Perutnya berbunyi dan ia sangat membutuhkan sesuatu untuk masuk mengisi perutnya yang membuatnya memutuskan untuk mengalah dan menyelamatkan dirinya daripada harus pingsan di kamar yang masih terasa asing baginya ini.

Dengan perlahan Hinata memutar kunci kamarnya dan membuka pintu yang terbuat dari kayu berhiaskan ornamen bunga lambang kebanggan Jepang tersebut.

"Aku tahu kau sangat lapar," ucap Sasuke sambil menyeringai.

Hinata hanya bisa menelan ludah dan tidak mau berdebat dengan suaminya ini. Ia terlalu lapar untuk harus mengeluarkan suara sekalipun. Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan yang berada di lantai satu dan menemukan Itachi yang sudah duduk manis sambil memainkan handphone canggihnya.

"Akhirnya kau keluar juga, Hinata. Aku khawatir kau shock dengan kabar yang kuberikan dan memutuskan untuk bunuh diri di kamar kalian," ujarnya diiringi tawa.

Hinata hanya bisa balas tertawa, andaikan itu terjadi ia tidak akan heran. Dan tidak akan ada yang heran. Ia yakin itu.

"Apa yang kau tunggu? Duduklah," ucap Sasuke.

Hinata mengangguk dan duduk disamping suaminya yang bersebrangan dengan Itachi. Meja makan yang cukup besar dan kursi yang kelihatan mewah tetapi nyaman membuat Hinata merasakan perbedaan besar dalam pendapatan antara seorang pengusaha biasa dengan pengusaha raksasa.

"Selamat makan," ucap Itachi memegang sendoknya.

Tanpa diduga oleh Hinata, acara makan malam itu berlangsung dengan rasa canggung yang luar biasa. Tidak ada yang bersuara kecuali suara sendok yang beradu dengan garpu atau piring. Jujur saja, Hinata bahkan belum pernah menemui pria yang makan malam di rumah dengan memakai table manner sempurna. Jarang sekali bukan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Il mio matrimonioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang