Bagian 9

632 14 5
                                    

"Kwon Beom-jin. Jika kau tidak tahu cara menulis, aku akan mengajarimu."

Suara yang muncul entah dari mana itu adalah milik Seung-woon. Jun-young menoleh tidak percaya. Seung-woon kini berdiri di sampingnya, melambaikan tangan ke arah Beom-jin.

Beom-jin tidak menoleh, dan lorong itu hening saat dia menghilang. Seung-woon bergumam dalam hati.

"Aku tahu. Aku juga tidak akan mempercayainya."

Jun-young menghela napas pendek. Seung-woon memperhatikannya dengan seksama.

"Apa kau pernah menulis surat permintaan maaf sebelumnya?"

"Tidak."

"Aku juga tidak. Dari mana aku harus memulainya?"

Seung-woon menghela nafas, mengetuk-ngetuk bibirnya dengan pulpen yang dipegangnya. Jun-young menatapnya dengan tajam. Dahinya yang biasanya mulus berkerut.

Ini salah Jun-young, karenanya Seung-woon harus menulis surat permintaan maaf juga. Tetapi Jun-young juga tidak pernah memintanya untuk melakukannya, jadi bukan berarti Jun-young tidak merasa bersalah. Sambil menunduk, Jun-young bergumam pelan.

"Saya sama sekali tidak bermaksud menentang anda. Perbuatan yang saya lakukan ini adalah murni kesalahpahaman saya, sehingga tanpa sengaja telah menyakiti hati guru yang begitu baik. Saya sangat mengakui kesalahan saya. Jika Anda memberi saya kesempatan dengan kemurahan hati anda, saya akan selalu mengingat pola pikir seorang murid yang baik, dan berusaha untuk menjadi murid yang dapat membuat Anda bangga."

Bibir Seung-woon perlahan-lahan terbuka saat kata-kata itu keluar. Dia menatap Jun-young dengan takjub dan tergagap membuka mulutnya.

"Kau sudah pernah membuatnya......?"

"Kau tulis saja seperti itu. Jika aku yang menulis seperti itu, itu akan terdengar sarkastik, tapi kau tidak."

Dengan itu, ia berbalik untuk pergi, tapi suara Seung-woon menahannya.

"Jun-young."

Berdiri di depannya, ia melanjutkan, tidak memberikannya ruang untuk melarikan diri.

"Apa aku.... apa aku melakukan sesuatu yang salah padamu?"

Jun-young merasakan tatapan tajam dibelakang punggungnya, mungkin itu Oh Hye-soo. Namun sebelum Jun-young sempat memikirkannya, suasana hatinya sudah berubah.

Wajah Seung-woon yang cerah dan dipenuhi dengan kekhawatiran dan kehati-hatian. Dia sepertinya berpikir bahwa jika dia melakukan kesalahan, dia akan meminta maaf dan memperbaikinya, dan semuanya akan baik-baik saja.

Sesederhana itu, dia hanya mencoba untuk menghilangkan rasa tidak nyamannya.

Jun-young iri dengan kesederhanaan dan kepercayaan diri yang hanya bisa datang dari seseorang yang tidak pernah terluka, dan menganggapnya indah, tetapi di dalam benaknya, rasanya seperti menelan pasir kasar. Bibir Jun-young tertarik ke dalam garis yang rapat.

"Tidak ada."

"Kalau begitu aku......."

"Meskipun kau tidak punya salah padaku. Tidak seperti yang lainnya, aku merasa tidak nyaman dekat denganmu."

Saat Seung-woon menatap Jun-young, semua hal yang tidak pernah Jun-young pikirkan secara sadar muncul ke permukaan. Kemeja yang sudah pudar, ujung lengan bajunya yang berjumbai, cara dia mencuci rambut di wastafel di pagi hari, bau debu dan keringat yang beterbangan, semuanya.

Begitulah cara Na Seung-woon membuatnya merasa rendah diri tanpa perlu melakukan apa-apa.

Namun, dia membuatnya memandangnya seperti seorang pecandu memandang narkoba.

Just Twilight/ Hanya Fajar (그저 여명일 뿐) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang