Sang Bunga Matahari

0 0 0
                                    

Wanita yang tadi menjadi reseptionist datang keruang kerja Anggara untuk menyerahkan beberapa berkas yang karyawan perusahaan Andrea serahkan kepadanya dan karena Anggara tidak mau menerima tamu, mereka pun menitipkannya dan sekalian dia bisa bertemu Anggara. Wanita itu tersenyum sambil menyelipkan anak rambutnya kedaun telinganya kemudian mengetuk pintu dan setelah mendapat jawaban barulah dia masuk.

"Maaf tuan Anggara ini ada beberapa dokumen yang pihak Andrea Group kirimkan karena anda tidak mau menerima tamu jadinya mereka menitipkannya kepada saya, ini dokumennya." ujarnya sesopan mungkin sambil menaruh semua beberapa map keatas meja Anggara.

"Hn."

"Tuan Anggara tadi ada yang mencari anda tapi saya larang jadi dia hanya menitip salam untuk anda katanya selamat atas pertunangan anda dengan nyonya Dela." kedua mata Anggara terbelalak dan menatap karyawannya tajam.

"Siapa dia dan kenapa dia tahu soal pertunanganku?"

"Dia bernama Ayla Gates, dia bilang kalau dia pacar anda dan saya bilang kalau anda sudah bertunangan." jawabnya.

"DASAR KAU JALANG!" teriak Anggara keras dan sebuah buku tebal melayang begitu saja mengenai kepala wanita itu, Jalal yang mendengar keributan dari dalam ruangan Anggara langsung masuk dan menyelamatkan wanita itu dari amukan Anggara.

"BERANINYA KAU MENGATAKAN HAL ITU KAU PIKIR KAU SIAPA HAH?!" Anggara gelap mata saat ini dan langsung menjambak rambut panjang wanita itu dengan keras.

"Kyaaaaaaa... ampun tuan Anggara." wanita itu kini hanya bisa menangis dan mengharapkan pengampunan. Jalal menarik Anggara menjauh dari wanita itu dan memintanya pergi.

"Tenanglah tuan Anggara."

"JANGAN PERGI KAU JALANG SIALAN!" teriak Anggara dari berusaha melepaskan tubuhnya dari kekangan Jalal.

Anggara Purnomo!" bentak seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk.

Anggara menggeram kesal melihat kedatangan wanita itu kemudian dia langsung melepaskan diri dari Jalal dan kembali duduk meski amarahnya belum padam. Jalal membungkukan badannya didepan wanita itu lalu berjalan keluar, wanita yang memiliki warna yang sama dengan warna rambut Anggara itu menaruh dua paper bag diatas meja yang tidak jauh dari meja kerja Anggara kemudian duduk di sofa.

"Ada apa dengan mu Ang, kenapa kau tidak pulang dan mengacuhkan Dela?" tanyanya.

"..."

"Anggara."

"..." "Kau tidak mau menjawab hm?" Anggara menghela napas lelah kemudian berdiri dari duduknya dan berdiri didepan kaca besar yang ada dibelakangnya lalu dia memukulnya keras hingga pecah.

Praaankk!!!

"Anggara!" wanita itu berteriak histeris melihat tangan putranya mengalirkan banyak darah, Anggara tidak peduli dan kembali memukul kaca yang tidak pecah hingga tiga kali, sang ibu yang tak lain ada nyonya Suci terus berusaha untuk menenangkan putranya tapi tak mudah, Anggara terus memukul keras kaca.

"Anggara, ibu mohon nak hentikan." pinta Suci panik melihat Anggara. Jalal kembali masuk dengan dua oran pria berjas dibelakangnya. Kedua mata mereka terbelalak, Jalal langsung menarik tubuh Anggara untuk menyingkir tapi Anggara berusaha untuk melepaskan diri dan memukul meja dan akibatnya kaca yang menempel menembus dan masuk kedalam tangannya.

"ANGGARA APA YANG KAU LAKUKAN?!" bentak Kris keras dan menampar pipi Anggara keras, Suci segera mengambil ponselnya untuk menelpon Dela tapi Dela tidak mau mengakat lalu dia pun menelpon Dilan yang menjadi dokter pribadi mereka sejak lima tahun yang lalu.

"Rasa sakit ditangan ku ini tidak sebanding dengan rasa sakit di hati ku ayah." Anggara berkata lirih dan akhirnya pertahanan terakhirnya runtuh, dia menangis didepan kedua orang tuanya, Ridwan dan Jalal. Hati Suci terhenyak melihat air mata Anggara, dia tidak pernah melihat Anggara menangis sejak Anggara terluka saat berusia tujuh tahun dan sekarang dia melihatnya.

SUN FLOWER'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang