I

27 3 0
                                    

___ ___ ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___ ___ ___

01.
Surabaya Tiga Tahun lalu

°
°
°

Surabaya hanya kota. Ya, kota yang punya kisahnya sendiri. Bagi sebagian orang, Surabaya punya waktu dan tragedi yang berbeda. Juga bagi dia.

Siapa? Siapa lagi, tentu Nalendra Bumantra, pria dari pemilik senyum bulan yang indah, pria dengan arti nama penguasa angkasa.

Keren bukan, tapi dia bukan punya kamu. Sama seperti Surabaya yang bukan milik siapa-siapa. Seperti Surabaya yang berhasil membuat Nalen tidak pernah melupakan bahwa ia pernah singgah disana.

Kamu tau, Surabaya istimewa, setidaknya bagi Nalen. Tiga tahun lalu sebuah pertemuan membuat Nalen percaya bahwa cinta pertama itu bukan hanya opini yang punya problematika. Tapi benar-benar terjadi pada sebagian mereka yang sering mengeluhkan kenapa punya hati pintunya susah terbuka, rasa rasanya telah berkarat.

Tiga tahun lalu, iya, tiga puluh enam bulan yang lalu. Di sebuah kantor sipil kecil di Surabaya yang disekat tiga bagunan rumah kumuh sebelum rel kereta yang sering berisik.

Dia Nalendra Bumantra, mengikarkan, dia berhasil jatuh cinta untuk pertama kalinya.

Kota Surabaya sebagai tempat tujuan dari tugas pertama kepolisiannya, jadi saksi, bagaimana Nalen dengan mudah jatuh ke dasar tanpa berniat bangkit. Membenci keasingan surabaya, tapi merindukan bagaimana Surabaya mengenalkannya dengan gadis SMA berantakan yang menemuinya di cuaca berangin.

Gadis yang dengan sesukanya mendobrak pintu kantor. Masih mengenakan seragam, kotor, bahkan sedikit bernoda darah. Rambutnya kusut seolah baru saja melakukan perkelahian. Dia mendatangi Nalen yang duduk di kursi sebagai penyidik muda yang baru bertugas disana.

Nalen tidak sempat bereaksi lebih. Gadis itu, yang ternyata bermata sembab, menggebrak meja. Ketika Nalen menatap lamat, ada beberapa memar dibagian wajah bahkan tubuh. Kekerasan.

Nalen ingat sekali. Apa kalimat pertama yang gadis SMA itu katakan. "Tolong. Penjarakan ayah saya." Dia seolah siap kembali menangis.

"Atas tuduhan apa?"

"Anda buta." Gadis itu kasar. Walau Nalen tau pertanyaan dia yang bodoh. Orang penuh memar, melapor, pasti untuk sebuah tindak kekerasan.

"Silahkan duduk!"

"Saya tidak ingin basa basi. Bisa atau tidak."

kamu dalam katalog waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang