IV

7 2 0
                                    

___ ___ ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___ ___ ___

04
Keberadaan

°
°
°

Satu hari, dua hari, tiga hari, seminggu, dua Minggu, bahkan satu bulan. Kini sel tidak lagi asing untuk Gee. Bahkan mungkin tidak seburuk yang awalnya ia pikirkan. Entah rasa dingin yang memeluk tidurnya, suara gembok dan sel yang terbuka, kebisingan dari balik tembok atau bahkan suara Nalen yang tidak pernah bosan menceritakan interaksi dunia. Yang pada awalnya cerita itu Gee anggap mengganggu.

Nalen...ya.

Dia pria yang baik sih, menurut Gee. Suka atau tidak suka. Gee akui. Keberadaan pria itu penting. Tapi mungkin sebagai teman dan sebagai pengisi kebosanan. Jahat ya? Mau bagaimana lagi. Gee bukan malaikat.

"Nalen." Interupsi itu mengambil alih kefokusan Nalen dari lembaran kertas entah apa ditangannya.

Posisi mereka sama-sama membelakangi punggung menyender pada sel. Posisi terfavorit Nalen, sebab dia merasa jauh lebih dekat dengan Gee dari pada awal wanita itu menempati sel nol tiga.

"Ya?" Nalen menyaut.

"Ceritakan lagi tentang kemacetan."

"Tidak ada yang indah dari kemacetan Gee." Nalen bisa menceritakan semuanya. Apapun. Tapi kemacetan, Gee sudah mendengarnya lima hari berturut-turut.

"Setidaknya dia tidak berbohong. Tidak mencoba menutupi seberapa kacau ketika mudik terjadi. Dengan ramah mengajarkan arti menunggu dan sabar. Kemacetan itu guru, buat yang lelah sendirian."

Penyangkalan. Nalen sudah cukup paham bahwa satu-satunya hal yang diperjuangkan Gee adalah apa yang ia yakini. Sedikit keras kepala.

Sekarang, Gee jauh lebih baik dalam berkomunikasi. Tidak banyak diam seperti satu bulan lalu. Sudah mau meninggalkan panggilan formalitasnya. Anda.

Walau... Nalen sama sekali tidak pernah melihatnya tersenyum bahkan tertawa.

Merubah posisi menyamping, hingga pipinya tau bagaimana rasa dingin sel, sampai jemarinya bisa bermain dengan rambut Gee yang tampak kusut. Keluar diantara celah sel.

"Gee, tadi siang macet!" Akhirnya Nalen memulai cerita. Apapun untuk Gee.

"Tapi aku tidak ada diantara kemacetan itu. Karena? Ya, karena aku berangkat dengan sepeda kayuh."

"Ada cerita menarik di kemacetan itu, Gee. Seorang anak orang kaya yang bermain dengan pengamen cilik. Pemandangan dua bocah itu adalah yang indah dari kemacetan tadi siang. Selain itu, aku juga melihat sepasang kekasih bercerai disamping trotoar. Mereka adu mulut, prianya menampar wanitanya. Kamu tau apa yang aku pikirkan?" Nalen memejamkan mata sambil menghela nafas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kamu dalam katalog waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang