–––
Orang lain dengan gampangnya berbasa-basi lewat pertanyaan "Apa kau baik-baik saja?"
Namun entah mengapa, ia merasakan suatu divergensi pada nada ketika mendengar dari orang itu.
–––
Malam itu di Shibuya–distrik khusus kota Tokyo terasa begitu hidup dan bersemangat, sama seperti biasanya. Keramaian orang yang tak terhitung jumlahnya, beserta seruan satu terhadap yang lain memenuhi jalan raya yang penuh gemerlap lampu penerang. Rintis air hujan yang perlahan jatuh turut menghiasi aspal sehingga memantulkan balik warna-warni cahaya.
Namun, kontras dengan suasana yang tengah berlangsung, Yua Sato terlihat murung dan sendu. Gadis itu nampak menggenggam erat buket bunga berwarna merah jambu yang kondimen di dalamnya sudah berantakan. Kepala Yua tertunduk ke bawah dengan kondisi rambut sudah acak-acakan dan basah. Jalannya lesu dan melambat bak robot yang baterainya perlu segera diganti.
Yua memberhentikan langkahnya ketika mencapai penghujung gang. Kedua tangannya terkepal dan gemetar. Dalam sekejap mata, bulir-bulir air mulai membasahi pipinya. Yua terisak cukup jelas dan lama. Ia menepuk-nepuk dadanya secara keras berulang kali, teringin melepaskan perasaan aneh yang tidak kunjung mereda. Ia lantas menjatuhkan lututnya perlahan di tanah lalu memeluknya erat.
Entah hal bodoh macam apa yang dilaluinya hingga berakhir menyedihkan seperti ini.
"Anu, permisi Nona..."
Yua tersentak pelan. Entah karena suara yang terlalu lembut, atau suara yang memang familiar di telinganya, atau murni karena terkejut.
Sebelum sempat menoleh, gadis itu merasakan tetesan air hujan yang sebelumnya acap kali membasahi kepalanya kini berhenti. Seorang pemuda jangkung berdiri di belakang Yua yang tengah meringkuk, memayungi tubuh kecilnya yang sudah basah kuyup sebab dimandikan hujan.
"Apa ada yang terluka?"
"Terkilir? Keram? Jatuh? Terpeleset?" Tanya pemuda itu, meminta kejelasan mengapa Yua ada dalam keadaan sekarang yang seakan membutuhkan perhatian khusus. Pemuda itu nampak berusaha menyamakan tingginya dengan Yua, menekuk lututnya hingga berada dalam posisi berjongkok.
Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk menyelipkan rambut Yua yang menutup wajahnya. Ia menurunkan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih menggenggam gagang payung.
Sebetulnya, Yua ingin sekali melihat wajah pemuda baik hati yang berempati padanya ini. Tepatnya, karena ia merasa kenal dengan suara yang rungunya dengar. Namun, ia memilih untuk tidak merespon. Dirinya sudah cukup malu menghadapi fakta seseorang “memergokinya” dalam keadaan bodoh seperti sekarang.
–––
To be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐨𝐧 𝐀𝐦𝐨𝐮𝐫 | Suguru Geto
FanfictionYua Sato tidak pernah menyangka menangis di Shibuya malam itu malah mempertemukannya dengan pemuda dari dimensi lain yang selalu dia sukai selama beberapa tahun terakhir. Yua Sato (Female Reader) x Suguru Geto fanfic :) Created with love, Thesiane...