Akhirnya aku pulang! Aku melihat ke sekeliling rumah dan mendesah lega. Tinggal di kota yang cukup asing tanpa dia memang cukup aneh.
Ah … bagaimana kabarnya sekarang, ya? Apakah cukup baik? Apakah dia masih mengingatku? Dia masih mengingatku, bukan? Atau … apakah dia sudah punya seseorang?
Aku menggelengkan kepalaku. Apa-apaan pemikiran tidak jelas ini! Aku memegang dadaku, merasakan detak jantung yang cukup cepat di sini. Aku merasa bersemangat untuk menemuinya!
"Oppa, berapa lama lagi kita akan sampai di rumah?" Aku bertanya dengan serius. Namun, kenapa malah Oppaku tertawa? Hey!
"Sebentarlah, Hana. Aku merasa semakin besar kau semakin tidak sabar." Aku melotot ketika Oppa mengatakan aku orang yang tidak sabaran.
Aku marah, bagaimana mungkin? Aku selalu menjadi orang yang sabar! Jika tidak bagaimana aku memiliki banyak teman jika aku tidak sabaran?! Ini hanya faktor … hanya karena aku merindukan Baekhyun! Itu saja!
Mungkin Oppa merasakan amarah dan rajukanku. Dia dengan cepat membiarkan tangannya mencubiti pipiku. "Baiklah, gadis kecil Oppa jangan marah. Kita akan sampai sebentar lagi."
Aku menatap tajam Oppa. Dia mengatakan padaku agar tidak marah, tetapi dia mencubit pipiku hingga aku merasakan sakit! Dia ingin membujukku atau membuatku tambah marah, sih?!
Huh! Tunggu saja, Opaa! Aku pasti akan mengadukan semua ini pada Baekhyun nanti! Agar Baekhyun bisa membantuku mengalahkan Oppa seperti waktu kecil dulu, hahaha, mengingat masa lalu membuatku tertawa.
"Kenapa tiba-tiba yeodongsaeng manisku ini tertawa?" Mendengar suara Oppa mengalihkan perhatianku dari kenangan masa kecil itu.
Aku menggeleng dengan mengulum senyum, lalu berkata, "Tak apa, Oppa. Hanya mengingat sesuatu yang lucu." Oppaku hanya menganggukkan kepalanya tak acuh. Lalu, keadaan di antara kami hening beberapa menit sebelum Oppa memasuki sebuah pagar familiar.
Ah, inilah rumahku, aku kembali! Appa, Eomma, aku kembali! Baekhyun, hana kembali! Aku merindukan kalian semua, juga Damyang!
"Appa! Eomma!" Aku berteriak ketika melihat kedua orang tuaku yang berdiri menunggu di depan pintu.
"Honey." Aku memeluk kedua orang tuaku. Sungguh, selama bertahun-tahun hanya tinggal dengan Haraboeji dan Halmeoni membuatku merindukan mereka. Sudah cukup lama sekali mereka berdua mengunjungiku, terakhir adalah dua tahun yang lalu.
"Hana rindu," ucapku.
"Appa dan Eomma juga rindu kamu." Kalimat itu jelas membuat senyum berkembang di wajahku. Sekarang, aku telah menemukan kedua orang tuaku, sudah saatnya menemukan Baekhyun kan? Tetapi, di mana anak itu? Mengapa dia tidak ada di sini untuk menyambutku? Apakah dia sedang marah?
Aku melepaskan pelukanku. "Eomma, di mana Baekhyun? Apakah dia tidak tau aku akan kembali? Mengapa dia tidak menyambutku? Dia sedang marah karena aku tidak menepati janjiku, Eomma?" Aku bertanya dengan khawatir.
Baekhyun itu tipikal jika aku tidak menuruti ucapannya dia akan marah. Jadi, aku khawatir dia akan marah kali ini karena aku tidak menepati janji kepadanya dengan benar. Aku berjanji akan secepatnya kembali padanya, tetapi siapa yang akan menyangka bahwa aku akan tinggal di sana selama bertahun-tahun lamanya.
Appa dan Eomma bukannya menjawabku malah saling menatap dengan aneh. Aku mengerutkan keningku. Menggoyangkan tenang Eommaku dan berkata dengan manja. "Eomma, katakan padaku, Baekhyun marah? Aku akan segera membujuknya jika dia marah! Baekhyun tidak akan bertahan terlalu lama!"
Bukannya memberitahu di mana tempat Baekhyun, Eomma malah memegang kepalaku dan mengelusnya dengan lembut. Entah mengapa, jantungku berdetak kencang, merasakan perasaan yang sangat gelisah.
"Sayang … Eomma telah kehilangan kontak dengan keluarga Baekhyun, mereka telah pindah dari rumah samping." Aku terdiam. Sakit rasanya, Baekhyun pindah? Pindah ke mana? Kebahagiannya hari ini sangat terasa sia-sia ketika tidak menemukannya.
Senyum yang berusaha kupertahankan tidak bisa lagi bertahan. Kabar ini cukup menyedihkan. Baekhyun … beginikah rasanya ketika kau menyadari bahwa aku mengingkari janji? Itu karmaku, bukan?
***
"Hana-ya." Aku merasakan elusan di rambutku. Aku tersentak dan melihat Oppa telah berada di sampingku. Melihat mata hangatnya ingin membuatku menangis lagi.
"Oppa …." Suaraku gemetar, aku dengan reflek langsung memeluk pinggang Oppaku, aku tak ingin dia menganggapku cengeng. Aku hanya sedikit … sedih.
"Baiklah-baiklah, oppa mengerti. yeodongsaeng oppa ini adalah gadis yang kuat, dia hanya sedikit sedih, bukan?" Aku mengangguk.
"Ya … Hana hanya sedikit … sedih." Aku merasakan dengusan menahan tawa, mengelap air mataku dengan kaosnya, aku buru-buru menatap ke atas dengan tajam. "Oppa jangan menertawakanku!"
"Baiklah-baiklah, maaf, Sayang. Maafkan oppa oke?" Aku cemberut. Sudahlah, aku tidak akan perhitungan, mood-ku telah menjadi cukup baik karena ada Oppa, yah walaupun gak terlalu membaik.
Oppa mengelus kepalaku. "Istirahatlah, Hana. Tidak perlu memikirkannya. Kalau kalian jodoh, pasti ketemu dan akan menjadi sahabat lagi. Tidak ada yang tau takdir, bukan?"
Aku diam. Ya … Oppa tidak mengerti bahwa posisi Baekhyun itu lebih tinggi daripada sekedar sahabat di hatiku. Namun, melihat situasi ini, lebih baik tidak ada yang tau. Ini lucu, cintaku bahkan telah padam sebelum aku sempat memulainya.
"Hana, tidurlah. Oppa juga telah mengatur sekolahmu. Kau bisa istirahat selama dua hari sambil menunggu baju sekolah tersebut." Aku mengangguk. Sekolah di Damyang bersama Baekhyun bagaimana rasanya, ya?
Aku ingin merasakan itu, makanya aku pulang. Namun, dia tak ada di sini lagi. Huh, Baekhyun! Kita impas sekarang! Jika di masa depan aku menemukanmu dan kau masih marah, aku akan memukul kepalamu sampai kau sadar bahwa aku juga marah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Divergen
RomanceKetika dua bocah kecil yang tak pernah terpisah harus terpisah karena kepentingan dan tak pernah bertemu lagi. Bagaimana reaksi mereka berdua saat bertemu satu sama lain saat masing-masing dari mereka telah besar? --- "Jika kau lelah, bersandarlah d...