1). Mie Ayam Pak Otoh.

1.2K 100 8
                                    

"Eh Jisung! Ada pacar Lo tuh dibawah."

Dari kubikel kerjanya, Jisung menoleh ke samping tempat seseorang yang semula bicara dengannya. "Hah? Ngapain dia kok tiba-tiba ke sini?" tanyanya heran.

Gadis bernama Karina itu menggendikan bahunya sebagai jawaban. "Mending cepet dih," suruhnya pada Jisung sebelum ia kembali duduk di kursi miliknya. Meninggalkan Jisung dengan kebingungan dalam benaknya. Lelaki dua puluh lima tahun itu membuka ponsel miliknya, dan ternyata benar terdapat beberapa pesan juga miscall dari nomer kekasihnya. Astaga, Jisung baru sadar kalau ia menonaktifkan suara notifikasi ponselnya untuk lebih fokus berkerja.

Kemudian dengan malas-malasan Jisung beranjak dari kursinya untuk menemui sang kekasih yang katanya sudah menunggu di lobby kantor.

Ketika sampai, Jisung segera disambut oleh senyuman lebar pemuda bernama Jeongin yang merupakan kekasihnya itu. Jeongin terlihat duduk santai di salah satu kursi yang ada di sana, melambaikan tangan pada Jisung dengan sebuah bungkusan plastik di tangan lainnya.

"Jeje, ngapain kesini? Aku tau ya hari ini kamu ada kelas siang. Bolos lagi?" Jisung pasang ekspresi kesal di wajah manisnya. Tapi sedikitpun, sosok yang lebih muda enam tahun darinya itu sama sekali tak merasa terintimidasi.

"Duduk dulu kakak sayang. Kelas aku dua puluh menit lagi kok, aku kesini cuma pengen nganterin ini buat kamu, kak. Dimakan ya?" 

Jisung tetap berdiri di posisinya, membuat yang lebih muda memilih ikut berdiri kemudian menepuk-nepuk pucuk kepala Jisung yang memang lebih pendek darinya. Ya, meskipun Jisung jauh lebih tua dari Jeongin, tapi untuk urusan postur tubuh Jisung lah yang kalah jauh. Tinggi Jisung hanya sebatas dada Jeongin saja sebenarnya.

"Jangan marah dong kak, aku udah ngantri setengah jam loh buat dapetin mie ayam pak Otoh."

"I-ihh jangan puk-puk kepala aku deh Je! Malu tau, berasa aku yang dibocilin sama kamu. Padahal yang bocah itu kamu." Jisung berkata cetus walaupun rona merah menguasai pipi bulatnya dan sungguh tak dapat disembunyikan dari Jeongin.

Jeongin terkekeh pelan, pemuda itu berhenti menepuk kepala Jisung dan beralih mencubit pipi kesayangannya itu untuk meluapkan rasa gemas. "Kalo salting tuh bilang, jangan ngomel kayak ibu-ibu."

"Kamu ngatain aku kayak ibu-ibu?" marah Jisung lagi.

"Loh, salah kah? Kan kakak juga nanti bakalan jadi ibu-ibu. Ibu dari anak-anak kita."

Mata Jisung membulat dengan tangannya yang refleks mencubit perut keras milik Jeongin. "Aku cowok ya!"

"Aduh kak, shhh..."

"Makanya jangan aneh-aneh ngomongnya Je! Ih bisa darah tinggi aku ngadepin bokem kayak kamu!"

Jeongin yang sadar sudah buat kekasihnya sangat kesal pun mengeluarkan cengiran dengan wajah tanpa dosa. Ia curi satu kecupan di bibir yang ranum bak gula-gula milik Jisung dan segera pergi sebelum mendapat cubitan level dua dari jemari cantik nan mungil itu. "Aku balik ke kampus! Dimakan mie ayamnya, kalo nggak dimakan kakak yang aku makan nanti malem!"

Jisung menatap sekelilingnya dengan seluruh rasa malu yang dia punya. Bisa-bisanya anak itu mengatakan hal demikian dengan suara yang keras lalu segera pergi menaiki motor miliknya menghindari amukan Jisung. "Jeje..." Jisung merengek dalam hati dan berbalik menuju lantai tempat divisinya sembari membawa mie ayam pemberian Jeongin.

"Arghhh!"

Jisung duduk di kursinya dengan geraman kesal bercampur malu. Kebisingan yang ia timbulkan membuat Karina yang ada di kubikel sebelahnya menongolkan kepala untuk mengintip apa yang tengah Jisung lakukan.

BERONDONG (JEONGSUNG)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang