Part 1

56 4 0
                                    

part sebelumnya prolog aja gak ada cakap-cakap yg BT boleh demonstrasinya :v ini juga -_-

Ada yg mengganjal dihati ku soal hijab ini. Sebenernya aku ga mau bilang sama siapa-siapa dan emang komitmennya ngga bilang titik.

Aku emang terkenal privatif masalah pribadi. Tapi lama-lama dipendem sendiri itu emang ngga enak, tersiksa dan pokoknya engga enak!!

To the point aj yah. sebenernya aku itu.. ehmm eh emmm aku akuuu..
Punya pacar!

Ups terlanjur ngomong. Ih sebenernya biasa dan wajar sih orang seusia aku menyukai dan ingin memiliki seseorang. Siapa yg setuju?

Tapi cara yang aku pake ini tentu sangat salah. Secara kan sekarang aku ini hijaban, besar lagi, banyak ngaji kesana-kemari. Nah itu yang bikin ganjelan dihati aku.

Seseorang yang aku anggap pacar tapi hati kecil menolak itu bernama Apasha Mustofa Ali aku biasa nyebutnya AMA karena singkatan dari nama panjangnya itu. Tapi teman-temannya biasa menyebut Amali kalau orang tua dan keluarganya sih Apasha atau Ali. Penting memang ya.

Kesan pertama ketika mendengar namanya pasti sebagian besar orang berpendapat kalau keluarganya ada keturunan arab atau mirip arab. ya benar sekali.

Yang aku suka dari Ama yg kalau aku tanya wanita lain pasti juga suka yaitu berparas ganteng kearab-araban.

Tinggi, putih, berjenggot, mancung, pokoknya arab lah. Tapi siapa sangka mama dan papanya Ama bukan keturunan arab lho.

Kata mamanya dulu waktu mengandung sangat tertarik bahkan terobsesi dengan arab. Sampai-sampai pas usia kandungannya tua mama terbang ke arab dan melahirkan disana.

Sejak kecil Ama rajin gosok rambut pakai seledri biar rambutnya kayak orang arab. Dan hasil jerih payah itu tidak sia-sia, sekarang Ama sudah ganteng seperti dambaan mama dan juga wanita lain, ehm seperti aku. wkwkwk

Memang saat mengandung itu semuanya akan berdampak, dari mulai yang si ibu lihat, dengar, rasakan, dan semuanya akan sangat berdampak pada anaknya didalam kandungan.

Contohnya Ama mirip arab namun adik-adiknya stardar nasional Indonesia ganteng dan cantiknya. Tapi ngga mungkin juga sih faktor genetik tidak ambil peran. Memang secara cerita oom nya Ama ada yg berjenggot dan papa Ama juga putih tinggi.

Udahlah ya cerita tentang Ama nya. Emang kalo aku cerita tentang dia ngga mau berhenti. Karena jarang juga aku cerita ke orang lain tentang seseorang dibelakangku selama ini dan juga malu..Ama.

Sebenarnya mungkin jalan putus memang baik untuk menjaga diri dan keimanan. Tapi lagi-lagi aku digoda syaiton. Tetap aja Ama dipertahankan hati ini. Memang kita komitmen menikah setelah Ama lulus magister.

"Kalau emang serius kenapa nunggu lulus? kalau emang yakin jodoh kenapa nunggu nanti? bikin dosa kok betah!" kata-kata dalam sebuah buku yang aku baca penulisnya ustad mualaf terkenal. Kata-kata itu seketika menampar aku.

Merenung sejenak. Aku memang tidak bisa putus dengannya, tapi aku bisa jauh dan bahkan lost kontak berlama-lama dengan Ama.

Dosa itukan kalau deketan, berkhalwat, dan bertindak seperti suami istri. Saling sms memberi perhatian sampai. . . . ...

"Astagfirullah. Yang namanya pacaran tetep aja dosa. hubungan atau ngga sama-sama dosa" bener-bener ini buku menjawab semuanya.

"Dengan kamu mengingat mencintai dia tanpa didasari iman berarti itu kamu dosa"

"Yaudah berarti putus".

"Eh tapi komitmen nikahnya itu?"

"Alah komitmen-komitmen. Kalau dia serius ya datengnya ke orang tua kamu. Malu dia kalau natap kamu!"

"Yaudah besok aku putusin dia."

"Besok-besok. Yakin besok masih ada umur?"

"Astagfirullah. Iya tad sekarang. doain aku ya tad."

Aku segera mengambil handphone. Mencari kontak Ama dan meng-sms nya.

Ama yang aku sadari orang yang kusayangi selain keluargaku dan Allah. Karena kecintaanku pada Nya melebihi kecintaanku padamu. Aku ingin melepaskanmu yg jelas-jelas bukan punyaku.

Berikut ku kirim pesan itu lewat aplikasi chatting. Belum ada kabar dibaca, lalu aku lanjutkan.

Jika kamu jodohku kau pasti menemui ayahku.:')

Kukirim lagi tanpa rasa ragu.

Sudah seperti tidak ada jarak antara kami. Walaupun kami jarang bertemu karena aku dan Ama sama-sama sibuk kuliah. Tapi keluargaku dan Ama sudah saling mengenal. Bahkan keluarga besarnya pun mulai dari kedua belah nenek kakek Ama aku sudah kenal. Dia yang mengenalkan. begitu juga keluarga besarku pada Ama.

Konyol mungkin kedengarannya aku yang jarang kontak tiba-tiba mengirim chat pernyataan putus tanpa basa-basi dan perhitungan itu. Memangnya math ada hitungannya. Ini masalah hubungan aku sama Allah yang terancam retak karena kehadiran Ama.

Dan aku yakin Ama akan setuju karena sebenarnya dia juga sering bicara tentang ganjalan ini namun karena dia respect menunggu aku yang mengucapkan.

Lima menit belum juga ada balasan. Mungkin dia sedang sibuk. Aku tak lagi menunggu lama. Langsung pergi dari tempat yg mungkin sudah bosan menjadi pendengar kutikan hati kecil Dinika Musliamadina ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DINIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang