Chapter 44

279 13 0
                                    

Pond bangun daripada duduk dan melihat Phuwin yang tertidur di atas sofa dalam keadaan mengiring. Pond mencangkung di hadapan Phuwin dan muka Phuwin diusap-usap lembut. Dia memandang leher Phuwin yang tertutup oleh baju turtleneck.

" Phuwin sayang, bangun.. Jom lunch" ajak Pond dan mengucup kening Phuwin.

Phuwin membuka matanya dan mengeliat perlahan, " Hmmmm.. "

Pond yang melihat Phuwin seperti masih mengantuk, bangun daripada mencangkung, " Tunggu sekejap " Pond pergi keluar daripada bilik pejabat, meninggalkan Phuwin sendirian.

Phuwin kembali berbaring dan menutup matanya. Tidak sampai 10 minit, Phuwin mendengar pintu pejabat terbuka dengan suara tapak kasut pantofel yang menyentuh lantai.

" Phuwin " panggil Pond dan Phuwin terus bangun. Tanpa disangka, Phuwin tertepis tangan Pond yang tertadah ke hadapan dan satu cawan kertas jatuh di dada Phuwin.

" Auchh !! " teriak Phuwin, matanya terbeliak besar melihat air kopi yang panas itu mengenai dadanya. Kopi yang masih mendidih itu sungguh panas sekali menyentuh kulit dada Phuwin membuatkan Phuwin mengerut kesakitan. Matanya berkaca-kaca.

" Ya Tuhan ! Phuwin !! " Pond dengan segera, meletakkan cawan kertas berisi kopi susu yang masih selamat di tangan lainnya di atas meja kopi. Dia mengalihkan cawan kertas yang tergeletak di paha Phuwin.

" Phuwin... Are you okay ? " tanya Pond dengan suara yang cemas. Pond mahu menyentuh dada Phuwin.

" Auchhh !! Sakit " Phuwin mengadu dekat Pond sambil memandang mata Pond dengan pandangan yang berkaca-kaca.

Pond terus membuka baju turtleneck yang dipakai Phuwin. Baju itu diletakkan di atas meja kopi. Dada Phuwin yang memerah itu dipandang dengan pandangan sayu.

" Kena bersihkan dan sapu krim ni sebelum jadi melecur " Pond terus bertindak. Air mineral dan tisu digunakan untuk mengelap dada Phuwin yang terkena kopi panas didih itu. Penuh berhati-hati Pond membersihkan dada Phuwin.

Sesekali Phuwin mengaduh kesakitan. Tangannya mengenggam sofa sambil mengetap bibirnya, menahan ringisan sakit. Phuwin bergerak membuatkan Pond susah mahu membersihkan dada Phuwin.

" Sayang, duduk diam-diam " pinta Pond dan memeluk pinggang ramping Phuwin menggunakan tangan kirinya manakala tangan kanannya membuka krim. Krim itu disapu dekat bahagian memerah itu.

" Shhh... " Phuwin meringis bila krim yang sejuk itu menyentuh kulit dadanya yang panas. Perlahan-perlahan, kesakitan itu menghilang digantikan dengan kepedihan.

Pond mengalihkan tangannya dan matanya melihat dada Phuwin yang sudah muncul melecur, " Maaf sayang. Kalau saya pegang lebih kuat, mesti perkara ni tak jadi " kata Pond sambil mengusap-usap lembut krim di luka melecur Phuwin.

Phuwin hanya senyum nipis sahaja, " It's okay. Saya pun nak minta maaf juga sebab tak berhati-hati " ucap Phuwin dan meringis kesakitan bila kuku Pond tergores di tempat melecur nya.

Pond mengusap-usap lembut pinggang Phuwin, menenangkan Phuwin.

Tiba-tiba terdengar pintu bilik pejabat terbuka. Terus tergamam Phuwin dan Pond. Tangan Pond turut berhenti menyapu krim. Kepala mereka berdua terus menoleh ke arah pintu. Apa yang mereka berdua lihat membuatkan nafas mereka terhenti untuk seketika.

June ! Mulut June ternganga, mata membulat tidak percaya. Terkejut melihat posisi Pond dan Phuwin yang mencurigakan. Dengan Phuwin yang bertelanjang dada bersama banyak hickey di seluruh inci leher, bahu, dada dan perut Phuwin membuatkan June berfikiran negatif. Pond seperti sedang menindih Phuwin sambil tangan memegang dada Phuwin. June kelu. Lidahnya lumpuh. Matanya berkaca-kaca bila melihat pemandangan di hadapannya saat ini sungguh mengecewakan hatinya. Sekuntum bunga rose yang tersorok di belakang badan June, terjatuh di lantai dengan penuh kesedihan.

Strawberry and Cigarettes ( S2 ) Where stories live. Discover now