01 - Sadar

252 20 28
                                    

Saat kedua kelopak mata itu terbuka, cahaya menyilaukan pertama kali menyambut. Ia duduk dan membawa telapak tangannya ke depan wajah, menghalau cahaya tersebut agar tidak mengenai netranya.

Tersadar, kepalanya menunduk. Memperhatikan tubuhnya yang terbalut pakaian berwarna putih. Sangat putih. Lalu pandangannya beralih menatap ke sekeliling. Ah, ia berada dalam ruangan yang memilikki warna sama seperti pakaiannya. Tidak ada satu bendapun di sana.

Mencoba mengingat sesuatu. Namun nihil. Tidak ada memori apapun dalam benaknya. Semua seakan kosong. Hingga...

"Akh!" ia memekik sakit kala kedua telinganya mendengar bunyi nyaring.

'Nak, maafkan mommy. Jangan pergi.'

'Mommy? Siapa?'

'Hei son. Kau bisa berjuang bukan? Daddy akan berubah asal kau bertahan.'

'Daddy? Berjuang? Kenapa?'

Tubuhnya meringkuk di atas lantai yang dingin. Kedua tangan semakin menutup telinganya.

'Kau bilang ingin merayakan ulang tahun bersama. Kenapa justru seperti ini?'

'Bulan ini kau bertambah usia. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan, asal tetaplah hidup!'

Air mata mulai menetes saat mendengar ucapan demi ucapan yang terdengar sangat lirih itu. Ia tidak tahu. Tak mengerti. Dadanya sesak saat mendengarnya, meski ia tidak mengenali suara-suara itu.

'Jangan pergi. Kau mencintaiku bukan? Jangan tinggalkan aku.'

"Aaaaakkhh!" ia berteriak sekuat mungkin kala bunyi nyaring itu semakin memekakkan telinga.

Hingga akhirnya menyerah pada kegelapan.

'Dokter, detak jantung pasien kembali!'

_JY_

Kelopak mata yang sejak tadi menyembunyikan sepasang bola mata indah itu akhirnya terbuka. Segalanya terlihat buram hingga ia harus beberapa kali mengedipkan mata perlahan. Matanya menatap sekeliling. Ah, ruangan berganti. Ia bukan lagi berada di tempat serba putih menyilaukan.

"Nak? Oh Tuhan! Kau sudah bangun? Sayang!"

Mengedip lemah, ia merasa pernah mendengar suara itu. Tapi di mana? Netranya menatap seorang wanita cantik meski mungkin usianya sudah tidak terlihat muda. Dengan mulut yang tertutup NRM*, berusaha mengucap sesuatu.

"S-siapa?" ia bertanya dengan susah payah dan suara yang sangat lirih. Tenggorokannya sakit.

Sepasang suami istri itu terkejut.

"Son? Tunggu sebentar!"

Pria paruh baya yang baru saja berdiri di samping wanita itu dengan segera memencet tombol Nurse Call*. Tangan kanannya bergerak mengelus kepala pemuda yang masih terbaring lemah itu dengan lembut. Keduanya tidak berbicara apapun.

Beberapa saat kemudian, seorang dokter datang bersama dengan dua orang petugas medis lainnya di belakang.

"Dok, dia sama sekali tidak mengenali kami. Apa yang terjadi?" wanita itu bertanya panik.

Mereka begitu cekatan memeriksa di beberapa bagian. Sang dokter membicarakan sesuatu kepada dua orang di belakangnya. Seorang suster mencatat hal yang diperlukan, dan langsung pergi keluar ketika dokter tersebut menyuruhnya mempersiapkan sesuatu.

"Bisa ikut saya sebentar? Ada yang harus saya sampaikan."

Seolah mengerti, sang istri membiarkan suaminya berjalan keluar mengikuti dokter itu. Sementara ia berjaga di sana, menatap sang anak yang terlihat kebingungan.

Change (Time) : Start OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang