Ada dua hal yang paling gue benci dalam dunia ini. Yang pertama adalah dikekang. Gue orangnya berjiwa bebas, gak suka dikekang atau terkekang. Gak suka diatur-atur, apalagi sama cewek yang gak jelas yang baru berstatus pacar. Gue paling benci cewek yang sok ngatur. Kalau nemu cewek modelan gitu, udah gue angkat tangan. Buat lo aja. Gue mending jadi high quality jomblo seumur hidup dari pada sok diatur-atur.
Hal kedua yang paling-paling gue benci adalah sesuatu yang berwujud tak kasat mata, alias "Hantu". Sumpah gue paling merinding jika berhubungan dengan sesuatu yang berbau mistis, horor, dan membuat bulu kuduk merinding. Sorry! Gue bukan penakut, tapi gue emang gak suka berurusan dengan hal tersebut. Gak percaya? Ya, udah. Terserah lo aja!
Tapi tau gak, semesta ternyata sebercanda itu dengan gue. Diantara semua hal yang ada di dunia ini, gue malah dihadapkan dengan dua hal yang paling gue benci itu sekaligus.
"Terkekang dan Hantu."
Astaganaga ... Udah dikekang, diatur-atur, dibuntuti ke mana-mana, eh sama setan pula.
Ya ... Tuhan.
Demi langit dan bumi beserta segala isinya. Apa gak ada hal lain yang harus gue hadapi selain itu? Terjebak menikah dengan Lisa blackpink misalnya? Atau kalau enggak dijadikan brondongnya Wulan Guritno gitu.
But, a ghost?
Ayolah! Apa stok ciwik-ciwik hidup udah habis sampai gue hanya kebagian rohnya aja?
Gue benar-benar gak habis pikir. Dosa apa gue sampai dikejar-kejar dan dibucinin setan. Gue sampai sembelit tujuh hari tujuh malam. Perut gue sampai membuncit kayak orang kena santet, tapi tuh setan malah makin ngintilin gue ke mana-mana.
"ETHAN!!!"
Noh, dia teriak lagi. Gue jauh dikit dia udah manggil-manggil kek Nenek Lampir manggil grandong buat dikasih makan. Mana suara cemprengnya cuma gue yang bisa dengar.
Oh, iya. Nama gue Indra. Panjangnya Ravindra Ethan Prayoga, tapi sama si setan centil itu gue sering dipanggil Ethan, kepleset dikit jadi Setan. Cuma kurang S aja.
Gue berbalik ke sumber suara, dan dia langsung melayang dari tempatnya ke depan muka gue. Matanya yang udah horor semakin menyeramkan saat membulatkan mata.
"Tan, itu foto siapa?" tanyanya sambil nunjuk selembar foto cewek cantik manis aduhai di atas meja.
"Tan, Tan, emang gue setan lo panggil Tan? Yang setan itu elo goblok!"
"Aku setannya, tapi namamu yang Setan. Tinggal nambahi S udah jadi setan dodol!" makinya balik, membuat gue mendengus kesal.
"Aku tanya, siapa cewek di foto itu?" ulangnya bertanya, seperti pacar posesif.
"Pacar gue." Gue menjawab cuek.
"Pacar? Ada lagi? Bukannya kamu baru putus?" tanyanya marah. Yups, pacar terakhir yang datang ke kostan gue sampai lari terbirit-birit gara-gara dia kerjain habis-habisan. Alhasil, besoknya gue langsung diputisin.
Sialan! Padahal sebelumnya gue yang selalu mutusin cewek. Gak ada sejarahnya gue yang diputisin, tapi gara-gara kehadiran setan absurd, tengil, centil satu itu, gue jadi dijauhi cewek-cewek.
"Emang gak boleh punya pacar lagi?"
Wajahnya yang putih semakin memucat. Bola matanya keluar beberapa sentimeter ke depan, dan gigi taringnya menonjol keluar setiap kali marah dan kesal. Awal ngeliatnya seperti itu, gue beneran takut.
Serem gila, anjir! Jantung Gue rasanya seperti terkena serangan peluru nyasar, bikin gue yang secara fisik ini sehat bugar akhirnya merasakan yang namanya pingsan. Akan tetapi, karena keterpaksaan, gue akhirnya terbiasa ngeliat muka seremnya.
"Ngapain masang muka jelek begitu? Gak ngaruh! Gak ngefek. Gue gak takut!" Gue balas melotot. Kemudian merebahkan tubuh ke ranjang minimalis dan mengabaikannya. Cuek bebek dia mau marah, lempar-lempar barang, atau menembus dinding dan atap. Gue benar-benar gak peduli.
Dan tau gak dia ngapain? Dia langsung nangis kejer kayak Suzanna yang gak kebagian sate.
"Huuuuu ... Huuu ... Huuu ...."
"Astaga!" Gue mengacak-acak rambut, frustrasi dan stres menghadapi setan yang satu itu. Walaupun niat gak mau peduli, tapi dengerin suaranya yang menangis pilu kayak emak-emak ditinggal mati suaminya bikin hati gue luluh begitu saja.
"Diamlah, dia bukan pacar gue."
Seketika tangisnya langsung reda. Suasana mendadak hening. Aura dingin berembus dan mejusuk ke sendi-sendi. Sosok gadis bertubuh transparan itu langsung melayang ke atas gue yang tengah berbaring. Bola matanya kembali masuk ke dalam, giginya perlahan-lahan mengecil, dan menampilkan seulas senyum manis pada wajahnya.
Jujur, jika dalam keadaan tenang, wajahnya sangat imut dan cantik. Seandainya saja ia berwujud manusia pastinya akan banyak lelaki yang mengejarnya alih-alih mengejar gue saat ini.
"Bener bukan pacarmu?" tanyanya sambil melayang-layang di atas gue.
"Ck, iya!"
"Bener?" tanyanya lagi, kini semakin turun merapat di atas gue hingga jarak kami hanya tinggal sejengkal.
"Ya, udah klo gak percaya!"
CUP'
Kecupan yang rasanya sedingin es di Kutub Utara tiba-tiba mendarat di pipi Gue, kemudian si centil transparan itu langsung melayang menembus dinding.
Tanpa sadar bibir gue mengembang bak diberi baking powder. Tangan gue terangkat mengusap-usap pipi, lalu menggelinjang kesenangan.
"Ya, ampun. Kok gue baper dicium setan, sih?"
Tangan Gue turun menyentuh dada dan ngerasain jantung di dalam rongga dada goyang koprol gak karuan. Gila! Masa iya gue kecantol sama setan centil itu?
Yup! Arwah gentayangan yang ngaku-ngaku bernama Susanti itu emang nyata tapi juga gak nyata. Eh, gimana sih ngejelasinnya. Gue juga bingung. Tapi kalau kalian penasaran gimana ceritanya, ikutin aja kisah gue bersama si centil tak kasat mata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepincut Hantu Centil
HumorDibucinin cewek cantik itu udah basi, tapi kalau dibucinin sosok tak kasat mata? Nah, itu baru luar biasa. Lho, lho? Gimana ceritanya? Ravindra Ethan Prayoga, seorang playboy kelas ikan teri yang gak suka berkomitmen dengan cewek manapun, mendadak...