Makhluk dari dalam poster

46 4 0
                                    

Sekarang gue tahu, kenapa kost di sini lumayan merogoh kocek dari kost yang biasa. Begitu pintu terbuka, gue bisa langsung ngelihat kamar yang ukurannya lumayan luas. Kayaknya buat muter-muter nari India juga bisa. Apalagi buat latihan salto-salto jungkir balik.

Selain luas, perabotnya juga masih baru dan komplit. Ada ranjang dengan seprei motif kembang setaman, ada lemari 2 pintu yang tingginya saingan sama gue. Gak kayak lemari di kostan lama yang selalu bikin gue mengingat sopan santun. Soalnya ukurannya sejajar dada gue yang tingginya di atas rata-rata pria Indonesia. Bayangin, kalau gue mau ambil baju, gue mesti membungkuk dan nunduk-nunduk.

Di samping lemari, disediakan meja belajar set dengan kursi yang ada rodanya. Lumayan, kalau lagi gabut kursinya bisa dipakai muter-muter sampai pusing sembilan keliling. Dan yang paling gue demen, ternyata kamar itu difasilitasi dengan kamar mandi pribadi serta penyejuk ruangan. Bukan baling-baling yang hanya mutar-mutarin angin doang. Ah ... ini sih yes banget!

“Bagaimana?” Suara Bu Asih menarik perhatian gue yang menjelajahi setiap sudut kamar itu. Ia menyalakan lampu dan suasana kamar itu semakin menjadi terang benderang, kayak masa depan gue kalau nikah bareng anak gadisnya.

Gue spontan manggut-manggut tersenyum. “Lumayan, Bu. Adem. Tapi ini listriknya gimana?”

“Tenang aja, untuk Ac itu udah free. Mau dihidupin sampai kiamat juga bebas. Asal jangan digadaikan ke tukang kelontong. Mau nge-charge HP, laptop, juga bebas. Asal gak nge-charge mobil aja. Pokoknya semua barang elektronik yang ada di sini udah masuk dalam biaya kost sebulan. Kecuali kalau nambah barang elektronik lain seperti rice cooker, microwave, tivi, kulkas, mesin cuci, apalagi kalau buka usaha laundry di sini. Nah, itu ada biaya tambahan,” cerocosnya panjang lebar tanpa jeda dan titik koma, bikin gue menelan ludah beberapa kali melihatnya yang ngos-ngosan.

Setelah ngejelasin semua persyaratan, aturan dan tata tertib di kostan itu, ibu yang modelannya kayak karung beras itu pun langsung ngacir ninggalin gue sambil dangdutan goyang ngebor. Soalnya gue langsung bayar di depan untuk setahun penuh.

Bayangin, gimana ibu itu gak hepi? Gue bahkan langsung dapat bonus di pipi kanan dan kiri yang bikin gue jadi melongo kayak sapi bego.

Gue emang sefleksibel itu. Kalau udah pas, ya udah. Ngapain ditunda-tunda. Kalau emang mampu, ya ngapain mempersulit ke depannya. Lagian membuat orang senang juga rasanya bikin hati adem.

Pintu segera gue tutup lalu, melemparkan tas bersama kunci motor ke atas ranjang. Membuka jaket, dan juga melemparnya ke tempat yang sama. Kemudian membuka jendela selebar-lebarnya lalu, bergerak mengatur barang-barang gue.

Yang pertama gue beresin itu pastinya pakaian. Gue cowok, tapi gue penganut sekte kerapian. Hal yang paling utama gue perhatiin dari orang-orang itu adalah penampilan. Karena itu, gue juga selalu menjaga penampilan. Termasuk pakaian yang akan gue kenakan.

SRUKKK’

Suara itu membuat gue menoleh ke sumber suara dan ngelihat jaket gue udah terjatuh ke lantai. Kening gue mengerut sesaat, tapi gue mengabaikannya, dan kembali memasukkan pakaian satu persatu ke dalam rak.

SRUKKK’

Kembali gue refleks menoleh ke arah sumber suara. Kini tas ransel gue yang ada di lantai.

“Perasaan tadi gue naruhnya di tengah deh. Apa gue naruhnya di samping, ya?"

Gue garuk-garuk kepala lalu melangkah ke dekat ranjang. Memungut tas dan jaket gue di lantai lalu melemparnya kembali ke atas ranjang, kemudian gue berbalik kembali ke lemari untuk memasukkan pakaian yang tersisa.

SRUKKK’

Langkah gue terhenti dan spontan berbalik. Jaket yang baru gue taruh di ranjang kembali jatuh ke lantai. Kening gue mengerut, memandangi ranjang dan jaket secara bergantian selama beberapa saat, kemudian menoleh ke arah jendela. Angin dari luar emang berembus cukup kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kepincut Hantu CentilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang