1. Ramalan [Revisi]

142 20 8
                                        


Perpustakaan.

Pukul 14:30, seseorang membuka pintu, menerbangkan beberapa debu, membuatnya bagaikan kilauan bintang yang diterpa sinar matahari.

Canda, tawa, dan cerita, sudah hilang dari tempat itu. Menyisakan dia seorang, seorang laki-laki yang kini jadi ujung tombak perpustakaan.

Niko Dheiman, itu namanya! Siswa kelas dua SMA itu, kini seorang diri menjaga tempat tua di sudut kawasan sekolah.

Sudah hampir dua bulan dia melakukan rutinitas itu sendiri, namun... kemana yang lain? Seniornya sudah naik ke kelas tiga, dan fokus pada ujian-ujian yang akan datang.

Itu yang membuatnya kini seorang diri di sana, tempat yang sepi, sejuk, dan nyaman. Untuknya.

Saat Niko hendak membersihkan lantai dari debu dan buku dari jaring laba-laba. Langkah kaki yang khas terdengar, khas sepatu pentofel yang dipakai para guru.

"Oi! Dheiman!"

Bu Rita, guru wanita itu tiba dengan wajah kejamnya seperti biasa.

"Kukira kau udah jadi bangkai di sini."

Niko mengerutkan keningnya. "Sembarangan! Coba kalau aku gak disini? Duh... bisa angker nih tempat,"

"Lebih angker lagi kalau ada kau di sini," sahut Bu Rita, dengan senyum sinis.

Guru itu mendekat, sedikit mencondongkan tubuhnya dan berbisik dengan serius. "Yakin mau lanjut? Tinggal kamu doang loh disini."

Niko sudah sering mendengar rayuan itu, tapi hatinya selalu berkata...

"Yakin!"

Bu Rita menatapnya lemas, khawatir dengan nasibnya yang sebatang kara di perpustakaan. "Yaudah, tapi surat pengunduran diri selalu terbuka buatmu,"

"Ok!" balas Niko, mengacungkan jempol.

Guru wanita itu berbalik, hendak pergi. Namun...

"Ehem..." dia melirik ke belakang, menatap Niko yang masih diam di tempatnya. "Kayaknya kamu harus nyari pacar, deh." godanya.

"Yaudah sini sama ibu aja," sosor niko, tak kalah jahil.

"Kepalamu!"

Bu Rita pun melangkah keluar dari perpustakaan, dan Niko segera melaksanakan tugasnya, menyapu, mengepel, dan merapikan buku-buku di rak.

Saat menyapu lorong, dia menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu. Pintu yang sudah lama menarik perhatiannya.

Dibalik pintu itu ada gudang, yang jangan dibuka, makanya Niko sangat penasaran dengan isinya.

Buka gak, ya? Pikirknya.

Setelah melirik kesana-kemari, di rasa aman, dia pun menarik gagang pintunya. Namun...

Krak!

Pintu tak bisa dibuka. "Yaelah! Pake dikunci segala!" keluhnya.

Ia pun bergegas menuju meja tugasnya, membuka laci, mengambil tumpukkan kunci dari sana.

Dan beberapa saat kemudian, pintu berhasil di buka. Barang-barang tua penuh debu membuat napasnya sesak.

Uhk, uhk, uhk!

Ia pun melangkahkan kakinya ke dalam, melihat barang-barang tua yang belum pernah dia temu. Namun... pandangannya jatuh pada sebuah buku, buku kulit tua yang berdiri tegak di rak.

Seolah-olah ada dorongan, kedua tangannya meraih buku itu, dan membukanya. Tapi...

"Lah? Kosong?" katanya heran.

Forbidden Book [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang