Kalau ditanya siapa orang yang paling aku percaya di dunia ini? Aku akan jawab kamu.
Kalau ditanya siapa orang pertama yang akan aku tanyakan pendapatnya mengenai apapun itu, jawabannya juga kamu.
Pertanyaan soal orang yang paling tahu soal aku pun jawabannya juga masih kamu.
Saat aku pertama kali menyapamu di bamgku sekolah menengah atas dengan pertanyaan yang sama sekali tidak masuk akal seperti itu, aku sama sekali tidak berpikir kalo keputusan macam itu dapat memberikanku hadiah seorang sahabat yang sudah seperti saudara kandung sendiri.
Kalau aku pikir-pikir lagi, aku yang memang sangat berisik ini bisa saja membuatmu risih. Tapi buktinya, tujuh tahun kita bersama malah membuat kita makin akrab. Unik sekali.
Berkali-kali aku bertanya padamu, apakah kamu risih punya teman seperti aku. Dan jawabanmu sejak beberapa tahun yang lalu pun masih sama, sangat konsisten. "Aku tidak risih, kalo aku merasa capek, tinggal aku kacangin saja kamu," ujarmu. Entah kenapa, aku malah tertawa dan tidak sakit hati sama sekali mendengar jawaban itu. Mungkin karena aku sudah sangat paham soal kamu.
Aku yang berisik dan banyak bicara, dan kamu yang pendiam. Kalau orang melihat kita, biasanya mereka terheran kenapa kita bisa berteman. Satu hal yang mereka tidak tahu soal kamu, sebenarnya kamu ini orang yang asik sekali diajak bicara. Mereka kurang beruntung saja karena tidak bisa tahu sisimu yang seperti itu. Kita berdua bisa bicara panjang lebar mengenai topik seringan toko kue yang baru saja dibangun di perempatan jalan sebelah toko buku, tapi kita juga tetap bisa asik juga berdua membahas hal seberat rencana hidup di masa depan. Aku rasa, kamu memang teman yang menyenangkan untuk selalu diajak bicara. Apapun topiknya.
Kamu yang tidak pernah mempertanyakan semua hal aneh yang aku lakukan. Kamu yang selalu mengiyakan ajakanku melakukan hal-hal aneh. Dan kamu yang selalu bersedia membaca semua cerita yang aku tulis sejak 2016. Kamu harus tahu, kalau tidak kenal kamu, mungkin hidupku tidak akan semenyenangkan sekarang.
Di setiap laraku, kamu yang paling tahu kalau aku adalah manusia yang aneh. Walau aku selalu bicara tentang banyak hal dan tak bisa diam, kamu yang paling tahu kalau sebenarnya aku sangat tertutup. Kamu tidak pernah memaksa aku untuk bercerita, tapi kamu selalu menawarkan tempat yang nyaman nagiku untuk bisa menjadi diri sendiri. Kamu selalu berkata bahwa aku bisa bercerita kapan saja dan mewanti-wanti agar aku tidak memikul beban sendiri. Terima kasih, ya. Asal kamu tahu, bicara dengan kamu saja sudah cukup untuk memperbaiki hariku yang tadinya suram.
Waktu kita duduk di kelas tiga sekolah menengah atas, aku sempat khawatir. Dalam lubuk hatiku paling dalam, aku tidak peduli jika harus berpisah dengan teman-teman yang lain, tapi aku tahu kalau aku akan hancur lebur jika berpisah dengan kamu. Orang-orang mengira, aku yang ekstrovert ini akan mudah cari teman baru. Tapi satu hal yang cuma aku yang paham, tidak ada seorangpun yang bisa jadi gantimu. Beruntungnya, ternyata aku masih diberikan kesempatan untuk bersama dengan kamu. Berkuliah di kampus yang sama, jurusan yang sama, bahkan program studi yang sama. Aku bukannya mau sombong, tapi aku mau menobatkan diriku sendiri sebagai orang yang paling bangga dan bahagia mendengar bahwa kita satu tempat belajar lagi.
Aku pernah baca buku yang mengatakan bahwa jika dua orang sudah berteman selama tujuh tahun, maka kemungkinan besar mereka akan bertahan menjadi teman hingga selamanya. Aku tertawa membaca kalimat itu, orang yang ada dalam benakku adalah kamu. Sungguh menyenangkan memikirkan bahwa nantinya kita akan tinggal bersebelahan sebagai tetangga hingga tua. Lalu aku yang sudah berumur senja sengaja menjahilimu dengan memencet bel rumahmu lalu kabur dan bersembunyi. Menyisakan kamu yang sudah tua, kesusahan membuka pintu, dan mengomel ketika tahu kalau akulah yang menjahilimu. Ah, memikirkannya saja aku sudah sangat puas. Ayo kita wujudkan hari itu bersama. Kita memang sudah dikutuk —kiasan saja, aslinya aku senang dengan 'kutukan' ini— untuk bersama selamanya.
Malang,
2 September 2023.
Ditulis dengan senyum bahagia,
oleh Yurei.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unsent Love Letters from Yurei
RandomIsinya cuma surat cinta, rangkaian kata-kata yang ingin disampaikan sang penulis pada orang-orang berharga yang ada di hidupnya. Ini bukan fiksi, ini bukan juga sebuah cerita, apa lagi novel. Ini adalah hal-hal yang sangat ingin dikatakan secara lis...