PROLOG

41 4 3
                                    

"Sebenarnya... Aku menyukaimu...." Tangan Namila mulai bergetar.

"Aku... Aku tau ini salah... Tapi aku tetap mengatakan, aku menyukaimu.." Air mata Namila mulai menetes.

Lawan bicara Namila sangat terkejut. Apa ini?
Perasaan Namila mungkin sangat tulus, tapi tetap saja tidak ada yang bisa menerima cintanya.

"Namila..."
Namila berusaha menenengkan diri.

"Aku... Sangat tidak bisa membayangkan kau akan mengatakan hal itu... Aku tidak faham apa makna cintamu. Entah cinta sebagai teman, atau cinta yang seharusnya dirasakan oleh dua insan"

Namila menunduk. Ia mulai merasa takut sekaligus muak dengan dirinya.

"Maaf Namila. Aku tidak bisa menerima cintamu. Bahkan dunia dan tuhan. Maaf"

Namila hanya terdiam. Dia berusaha menyadarkan dirinya dan mencerna apa yang terjadi. Dia tidak sedang mabuk, atau apapun itu. Tapi hal gila apa yang sudah merasuki hati dan pikirannya?

Namila menunduk dan meremas ujung jaketnya.

"Maafkan aku... Maafkan aku dan semua ucapanku tadi, Hana."

Namila berlari meninggalkan Hana sendirian di taman itu.

Langit yang cerah, dan angin berhembus perlahan, mampu membuat pipi Hana terbasuh air mata.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Namila?"

MirageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang