"10 MIPA 2" gumam seorang gadis yang sedang melihat papan pengumuman. Tanpa pikir panjang, ia langsung menuju ke kelas tersebut.
Ini adalah hari pertama tahun ajaran baru. Murid-murid datang dari berbagai daerah untuk mengemban ilmu di sekolah yang cukup populer di Yogya. Ada yang dari kalangan atas, menengah, bahkan kalangan bawah. Terlihat jelas sekali wajah-wajah semangat dari setiap murid-murid baru tersebut.
Hari pertama sekolah pasti tidak lepas dengan yang namanya masa pengenalan lingkungan sekolah atau disingkat menjadi MPLS. Seperti nama kegiatannya, saat ini mereka sedang mendengarkan arahan dari kakak kelas. Walaupun masih pukul 9 pagi, nyatanya matahari sudah berada di tahtanya dan membuat beberapa murid dibanjiri oleh keringat.
"Apa sih, ngoceh ga jelas dari tadi" celetuk seorang siswi yang berada di barisan paling belakang.
"Haha sabar ya. Namanya juga MPLS" balas seorang siswi yang berada di sampingnya.Hening. Keringat sudah mengalir deras dari dahi mereka berdua. Tak jarang mereka mengelap keringat menggunakan jilbab dan lengan baju mereka.
Panas
Ketua osis dan jajarannya masih saja mengoceh
Panas
'panas gini padahal. Ga punya hati banget'
Tiba-tiba seseorang bersandar di bahunya. Ia melihat, ternyata siswi yang mengobrol dengannya tadi.
Mukanya pucat
"Hei" ia menepuk pelan pipi gadis tersebut. Tidak ada respon.
Pingsan?
Wajah gadis itu pucat, nafasnya terasa berat, dan berkeringat dingin.
"Permisi, kak" ia mengangkat tangan.
"Iya? Kenapa yang di belakang?" Jawab salah satu kakak kelas.
"Ada yang pingsan kak"
"Kamu bawa dia ke uks sekarang" perintah salah satu kakak kelas yang sedang duduk di bawah pohon rindang. Enak sekali hidupnya.
"Nyusahin amat"
Tanpa pikir panjang, ia menggedong siswi tersebut ke uks.
Setelah merebahkannya di ranjang uks, ia diperintahkan membuat teh oleh guru penjaga uks tersebut. Walaupun ia sudah mengerjakan ini itu, gadis itu tetap tidak bangun.
"Kamu temani dia disini ya. Ibuk ada urusan bentar" guru itu pergi tanpa menunggu jawaban dari dirinya.
"Seenaknya ae. Ga apa-apa lah, toh juga di luar panas banget" ia beranjak dari kursi dan berbaring di ranjang satu lagi.
Ia menatap gadis yang tengah pingsan tersebut.
Badan kecil, kulit putih, suaranya lembut, berpakaian layaknya seorang wanita sholehah. Sempurna sekali."Pasti hidup lu baik-baik aja" ia kemudian memejamkan mata
"Kenapa nasib orang pada bagus semua ya?"
.
.
.Samar-samar terasa sentuhan kecil mendarat di pipi gadis itu. Perlahan ia membuka mata dan melihat ke samping.
"YA TUHAN" ia kaget setengah mati melihat gadis yang ia tolong tadi sekarang sudah duduk di samping ranjangnya.
Gadis itu tertawa kecil. Ia langsung duduk di pinggir ranjang."Kayanya lo udah sehat. Kalau gitu gw mau ke kelas" ia beranjak pergi, namun dihalangi oleh gadis itu.
"Sebentar"
Ia tidak bertanya, hanya memasangkan isyarat 'apa maumu?'
"Makasih ya udah nolongin aku. Maaf udah ngerepotin. Kalau boleh tau, kamu siswi dari kelas mana?" Gadis itu bertanya dengan lemah lembut.
"Mipa 2" jawabnya singkat.
"Aah! Kita sekelas! Haha kebetulan sekali. Kalau begitu, kita kekelas bareng aja" gadis itu tersenyum manis
Ia hanya mengangguk, lalu berjalan terlebih dahulu.
"Btw nama kamu siapa? Kenalin, namaku Shyakira Hanna. Panggil aja hana" ia tersenyum sambil berlari kecil untuk menyamai kecepatan berjalan temannya.
"Namila" jawabnya singkat.
"Nama yang bagus. Let's be friends" Hana berkata dengan semangat.
"Terserah"
.
.
.
.
.Yuks, silahkan tap bintang, dan komen ya😁
Terima kasih udah mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirage
RandomAda yang mengatakan, lingkungan membentuk kepribadian seseorang. Apa yang diperbuat orang lain, dan apa yang diterimanya, akan menjadi senjata. Semuanya hanya masalah waktu. Kesalahpahaman, sakit hati, putus asa, dan kekecewaan akan menjadi duri...