Introducing: Raka Davicky Hadrian
"Tetap napas kalau masih pengen hidup."
...
Happy reading
Selasa, 1 Januari 2019
Azka's POVAku tak bisa berhenti memikirkan perkataan Safiq tadi. Dia bilang, aku yang menyebabkan hidupnya serasa di neraka. Bagaimana bisa? Sementara, ini bahkan baru kali pertama kami mengobrol. Kenal pun tidak teralu.
Kesalahan apa yang telah kulakukan hingga membuatnya semarah itu?
Karena tenggelam dalam lamunan dan tak memperhatikan jalan, tanpa sengaja aku menumbuk bahu seseorang. Aku cukup beruntung minuman panas yang dibawa lelaki itu tak sampai tumpah--karena kalau mengenai kulit akan membuatnya melepuh dan itu sakit--dan, ia juga bukan tipikal manusia bersumbu pendek yang akan langsung megamuk detik itu juga ketika ada yang mencari gara-gara dengannya.
"Maaf." Aku membungkukkan badan sedikit sebagai tanda permintaan maaf.
Namun, hal selanjutnya yang terjadi justru di luar dugaan. Lelaki--yang bahkan belum sempat kulihat wajahnya itu--memelukku. Kedua alisku tertaut dibuatnya.
Memangnya, siapa dia? Dan, kenapa tiba-tiba memeluk gini?
"Makasih udah nyelametin adik gue." Suara lelaki itu pelan terdengar di telinga kiriku. Lelaki itu lantas melepaskan pelukan dan netra almondnya mengontak ke arahku. "Gue berutang budi ke lo."
"Siapa?" Secara refleks, aku menggumamkan itu. Lelaki ini sepertinya pernah kulihat sebelumnya, tapi aku tak ingat kapan dan di mana.
"Gavin." Ia mengulurkan tangan kanan, yang pada detik itu kujabat. "Kakaknya Raka," katanya dengan mengulum senyum.
Raka? Oh, aku ingat. Raka adalah salah satu laki-laki yang berada di laboratorium bersamaku kemarin, salah satu anggota grup 'simpul mati' yang juga berencana mengakhiri hidup sepertiku--sebelum akhirnya terselamatkan.
"Gimana keadaan Raka?" tanyaku.
"Udah lebih baik."
Kedua sudut bibirku tertarik mendengar itu. Lega mengetahui Raka baik-baik saja. Dengan begitu, empat dari enam orang yang melakukan aksi bunuh diri di laboratorium kemarin bersamaku itu sudah kuketahui kabarnya--dan mereka selamat. Tinggal dua orang lagi, Hanung dan Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST, MAYBE?
Novela JuvenilJika ada ungakapan, "Maut yang memisahkan." Maka bagi mereka, justru kebalikannya. Maut yang mempertemukan mereka. Menjadikan utuh dan melengkapi satu sama lain, selaksa kepingan puzzle. Mereka, Tujuh pemuda dengan setumpuk skenario keji yang ditimp...