Kenal mereka

189 85 74
                                    

Mika Aksaraja, gadis berumur 20 tahun itu memotong wortel dengan lihai. Tangannya juga terlihat cekatan, memotong sambil menggoreng 3 ekor ikan Nila yang tenggelam didalam wajan penuh minyak panas. Menu masakannya untuk makan malam kali ini simpel, sayur soup, sambal ayam, prekedel kentang dan ikan goreng.

Dengan baju tidur atas bawah motif bebek berwarna kuning yang dia kenakan terlihat basah karena keringat, juga ada sedikit noda kecap manis, saos dan kunyit. Dia berpakaian seperti ini saat dirumah, rambutnya yang sebahu bahkan hanya dicepol asal.

Sekarang jam 4 sore, jamnya seorang Mika akan super sibuk. Dia harus memasak untuk keluarganya, karena hanya dia yang berdiam diri dirumah. Ayah dan ibunya bekerja di warung makan soto yang memang milik mereka sendiri, sedangkan kakak laki-lakinya bekerja di kantor pajak. Kakak perempuannya sedang kuliah kedokteran dan adik bungsunya sekolah SMP.

Menjadi pengangguran yang berdiam diri dirumah bukannya mudah, Mika harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendirian. Memasak, mencuci, menyapu, dan masih banyak lagi. Sudah 2 tahun sejak dia lulus sekolah SMA, dia tidak melanjutkan kuliah karena kendala biaya.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.42 WIB, semua makanan sudah selesai di masak. Biasanya, Faris kakak pertamanya akan tiba lebih dulu dirumah disusul Rani kakak keduanya dan Via yang memang sedang ada pelajaran tambahan untuk Ujian sekolah. Sedangkan ayah dan ibu pasti akan sampai dirumah jam 10 malam, karena warung tutup jam 9 malam.

Setelah dirasa cukup menata meja makan, Mika kembali ke kamarnya untuk mandi dan membersihkan dirinya. Pekerjaan rumah tangga tidak ada habisnya, mau tidak mau dia harus begini. Karena hanya dia sendiri yang dirumah dan tidak bekerja. Sebenarnya dia ingin mencari pekerjaan, tapi ibunya melarang. Katanya "lebih baik kamu kerja di rumah Mik, lagian ibu sama bapak udah kerja."

Ada benarnya juga, tapi Mika ingin sekali bisa menghasilkan uang untuk melanjutkan kuliahnya. Dia ingin mengejar mimpinya menjadi seorang penerjemah hebat dan penulis buku. Dia ingin menulis dan menyumbangkan buku itu untuk semua orang. Hanya itu mimpinya.

Setelah mandi, Mika mengecek ponselnya. Bukan ponsel mahal memang, miliknya ini sudah sangat jadul. Karena sudah menemaninya dari kelas 1 SMA, itu saja dia dapatkan dari hasil jualan sang ayah dengan cara kredit.

Tidak ada yang spesial, Mika hanya mengecek Instagram dan story teman sekolahnya dulu. Hampir semuanya kuliah, dan sebagian lagi sudah bekerja. Mika hanya bisa menghela napas dalam, beginikah hidup yang dia impikan sejak kecil? Dia dulu ingin sekali menjadi seperti sang kakek, seorang penerjemah terkenal. Tapi apalah daya, mimpinya hanya sebatas khayalan dan rancangan semata.

Kenapa hidup orang diluaran sana sangat beruntung, bisa memilih jalan untuk dirinya sendiri. Mika bahkan melihat seorang laki-laki sedang merayakan ulang tahun disebuah hotel mewah nan megah, bahkan dihadiri artis dan orang pemerintahan. Sungguh, Mika tidak iri. Dia hanya menyayangkan hidupnya yang begini-begini saja.

*******

Devanka Malik Ahmad, lagi-lagi namanya muncul diberita Kalimantan Tengah News. Sudah menjadi langganan wartawan kantornya atau wartawan TV swasta meliput atau menulis tentangnya, memang sangat bagus menjadi pengusaha di umur yang masih muda. Dia bahkan sudah memiliki perusahaan penerbit buku sendiri, yang dia bangun dengan usahanya selama berkuliah di Belanda.

Keluarganya yang memang sudah sangat mampu, malahan sangat kaya itu makin menambah kesan positif untuknya. Devan anak pertama dari 3 bersaudara, papahnya pemilik salah satu tambang terkenal se kalimantan tengah. Kakeknya dulu memang menjadi Gubernur di Kalimantan Tengah. Memiliki usaha kelapa sawit dan perkapalan membuat mereka semakin terkenal.

Devan tidak mengikuti jejak sang papah atau kakeknya, dia malah tertarik dengan bidang percetakan. Dengan bekal pernah belajar sastra di belanda, Devan juga pernah mendampingi menteri Indonesia saat kunjungan keluar negeri. Pokoknya pengalamannya sangat banyak dan memukau. Kalian akan melihat banyak piagam, piala, penghargaan dan bahkan foto-foto Devan bersama orang-orang terkemuka di dalam negeri maupun di luar negeri terususun rapi di rumahnya.

Sekarang jam 4 sore, dia masih dikantor. Belum menyelesaikan pekerjaannya, ada beberapa penulis buku daerah yang ingin diterbitkan. Tapi harus mengikuti prosedur, dan Devan memang terbiasa mengecek terlebih dahulu sebelum di publish. Hanya sedikit pengecekan dasar, karena sisanya akan diurus oleh karyawannya. Devan sekarang memiliki 30 karyawan dikantornya, yang memiliki 3 lantai. Dia membeli sendiri tanah dan mendesain sendiri kantornya. Di umur yang masih muda, tapi kemapanan sudah berpihak kepadanya.

Devan memijit keningnya yang mendadak pusing setelah melihat foto Instagram dari  papahnya, mamahnya dan keluarga lainnya tentang pesta kejutan ulang tahunnya yang ke 26 tahun beberapa hari lalu. Sangat memalukan kalau dilihat lihat lagi, dia bukan anak kecil dan juga bukan perempuan yang harus dirayakan. Bahkan umurnya mendekati 30 tahun, tapi mamahnya berkelot acara ulang tahunnya itu untuk menyambung tali silahturahmi antar keluarga mereka yang memang terpisah pisah.

Dia juga pusing memikirkan tentang OB dilantai 3 kantor. Yang kabur setelah mencuri beberapa uang karyawan dan uang kas kantor. OB itu baru 3 bulan bekerja dan sudah mencuri kerugian setidaknya 10 juta, memikirkannya saja membuat Devan kembali kesal.

Di masing-masing lantai kantor ini memiliki OB, karena akan susah kalau dicampur. Jadi mereka akan memiliki satu dapur dan satu atau dua OB per lantai. Dilantai pertama menjadi tempat dengan pajangan buku-buku terbitan, piagam penghargaan Devan, foto Devan, dan beberapa piala yang di dapatkan kantor. Disini jua disediakan beberapa fasilitas untuk menyambut tamu, karena tidak jarang ada penulis luar negeri yang ingin karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia.

Lantai dua untuk proses pembukuan, atau pencetakan buku yang akan diterbitkan. Disini seperti pabrik pencetakan yang akan mencetak lebih dari 1000 buku novel per hari.

Sedangkan lantai 3 untuk kantor pribadi Devan, dan juga beberapa karyawan penerjemah, wartawan berita, admin untuk perekrutan penulis novel dan staf-staf Devan. Ada sekitar 25 orang yang berkerja dilantai tiga.

Ayo di like dan komen, maksa!!
Kalau enggak, aku datengin rumah kalian buat like!

Ayo di like dan komen, maksa!!Kalau enggak, aku datengin rumah kalian buat like!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beschandyaaaaa ya, berschandyaaaa!!!

Beschandyaaaaa ya, berschandyaaaa!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Transparan SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang