Tuduhan

91 63 36
                                    

Tepat 3 hari setelah tawaran Devan untuk bekerja dikantornya menjadi OB, Mika belum mengantar lamaran nya juga. Dari pertemuan hari itu saja Mika langsung pamit undur diri, masa bodohlah dengan pikiran Devan tentang dia tersinggung dengan ucapannya atau apa. Pokoknya dia memang tidak ada niat bekerja, sudah tidak mau lagi.

Siang hari jam 12.30 WIB, Mika seperti biasa berada dirumah. Dia tengah menyetrika, dirumah ada Rani. Dia tidak ada kuliah hari ini karena hari minggu. Via menemani ayah dan ibu, sedangkan Faris quality time bersama pacarnya, Lulu.

Sambil mendengarkan lagu yang terputar di ponsel miliknya, Mika bersenandung pelan.
Tak berapa lama, keluarlah Rani dari kamarnya dengan gerasak gerusuk. Wanita berumur terpaut 2 tahun lebih tua darinya itu keluar kedapur, memeriksa meja makan, depan TV, sampai ke kamar-kamar lain.

Mika yang melihatnya pusing sendiri, sedangkan Rani terlihat frustasi berat.

"Nyari apa kak?" Tanya Mika basa basi.

"Nyari selembaran kertas KTI, buat tugas akhir gue."

"Cari yang bener coba, ingat-ingat lagi kak." Kata Mika masih sibuk menyetrika pakaian, sedangkan Rani terlihat sangat kelabakan sekali mencari kertas itu.

Dikertas itu ada penulisan tugas akhirnya, bahan untuk kelulusannya. Sudah dia kerjakan selama 1 bulan, tadi dia menaruhnya dimeja makan. Dan sekarang tidak ada, kepalanya rasa pecah memikirkan harus membuat ulang.

"Gue taruh dimeja makan Mik, nggak liat?"

"Tadi gue beres-beres banyak banget kertas nota belanjaan."

"Gue harus gimana dong."

Dengan berlinang air mata, Rani terus memeriksa setiap sudut rumah. Disamping tong sampah, di dalamnya, bahkan sampai ke dalam kulkas. Mika juga ikut mencari, dia mencari ke kamar mandi dan mesin cuci tapi nihil, tidak ada dimana mana. Sampai kedua orang tuanya datang bersama Via dan Faris yang bertemu didepan rumah.

"Kenapa Ran?" Tanya Ratun bingung.

"Nyari kertas bahan KTI kuliah bu, penting banget buat kelulusan tepat waktu Rani." Jawabnya dengan air mata mengucur dipipi.

"Kok bisa hilang, kamu taruh dimana?"

Semua yang mendengar sontak kaget, mereka juga berusaha membantu mencari kertas itu sekarang.

"Terakhir Rani taruh dimeja makan bu, sekarang udah nggak ada."

"Iya bu, tadi aku beresin meja makan cuman ada nota belanjaan doang." Tambah Mika.

"Apa kamu salah buang Mik? Kamu nggak cek notanya satu-satu kan?" Kata Faris yang sibuk mengecek tempat sepatu, sangat kreatif sekali tempat pencarian Faris ini.

"Enggak sih bang, aku cuman taunya itu nota aja."

"Bodoh sekali kamu!"

Semuanya terkejut dengan bentakan Ratun, dengan mata tajam Ratun menghampiri Mika didepan TV.

"Kamu tau kan itu penting buat kelulusan kakakmu!"

"Tau bu, cuman Mika kan nggak tau di dalamnya ada kertas kuliah kak Rani."

"Kamu bukan nggak tau, tapi malas ngecek."

"Bu, jangan salah-salahan lah." Sela Faris.

"Apa susahnya sih dibaca dulu baru buang-buang sesuatu Mika, ibu tau kamu marah karena tidak kuliah. Tapi kasihan kakak mu, biarin dia lulus dulu. Toh nanti dia bakalan kerja."

Ratun menyerepet kata panjang, membuat Mika menunduk mendengarkan. Ibunya ini memang sensitif dengan Mika, apapun kesalahan Mika pasti ibunya akan berlebihan memarahi. Yang lain hanya bisa melihat, tidak berani membuka suara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transparan SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang