Bagian 7

113 14 1
                                    

"Apa maksudmu?" 

Suzuki semakin menatap Iori keheranan. Apa maksudnya dengan apa? Sejak tadi mereka hanya berdua. Tidak ada orang lain di tempa ini. 

"Kau baik-baik saja? Coba perhatikan sekitarmu. Tidak ada siapa-siapa selain kita berdua!"

Iori menggeleng keras. Menatap Suzuki keheranan balik atas omong kosongnya. Ia dapat melihat Riku dengan jelas di meja makan. Tapi tatapan yang diberikan Suzuki mengatakan hal yang berbeda. 

"Aku pu-"

"JANGAN BERCANDA! MATAMU BUTA HAH!"

Lepas. Iori kelepasan berteriak di depan Suzuki. Tepat sekali memotong ucapan Mitsuki yang membuka pintu. Dapat sekali ia tangkap suasan tegang antaran mereka. 

"Ad ap-"

"Nii-san!" 

Sekali lagi belum sempat Mitsuki menyelesaikan perkataannya, Iori sudah berteriak. Raut wajahnya mulai menunjukan kepanikan. Satu hal yang pasti dapat Mitsuki tangkap adalah emosi yang bercampur aduk milik sang adik.

"Untuk apa memanggil polisi gadubgan ini hah?! Bisa-bisanya dia membual terus. Riku ada di depan mata kita mengapa dia tidak melihat!" teriak Iori frustrasi.

Mitsuki mengerti. Rasa sakit menatap wajah Iori yang kembali seperti masa-masa kelam kala itu. Sesuatu hal yang paling tidak bisa diterima adiknya.

"Iori... Riku memang tidak ada di sini," balasnya lemah

"Kau ikut mempermainkanki hah?! Lihat Riku sed-"

Iori membelalak maniknya. Baru saja ia menunjuk ruang makan. Menunjuk keberadaan Riku yang sedang menyantap buburnya dengan ogah-ogahan. Tapi maniknya menangkap hal sebaliknya. Tidak ada seorang pun di sana. Sama sekali.

"Riku di rumah sakit Iori. Riku sudah koma sejak tiga bulan yang lalu karena kecelakaan."

Dua kalimat penjelas yang memecahkan dunianya. Tidak. Bukan hanya dunianya. Riku yang sejak tadi berdiam diri, berdiri tepat di belakang Iori ikut terkejut hebat. Apa maksudnya ini?

"Hei Mit-"

Riku tak sanggup menyelasaikan perkataannya. Tangan yang berusaha mencapai Mitsuki, tembus tak berjejak. Satu kali, dua kali ia coba tidak berhasil. Tembus begitu saja.

"KAU BOHONG NII-SAN! RIKU SELALU BERSAMAKU!"

Teriakan Iori semakin memekakan telinga Riku. Menciptakan kegundahan besar di hatinya.

"Tapi lihat! Dimana Riku yabg kau maksud!" balas Mitsuki.

Riku menggeleng tak percaya. Berbalik mencoba berhadapan dengan Iori yang berlutut kaku.

"Hei I...iori, aku a...da di si..ni"

Riku terbata. Tidak sanggup harus menerima kenyataan selanjutnya. Apa pun yang ia akan hadapi. Masih berharap ini hanya permainan oeran biasa.

Namun, sayang amat disayang. Pikiran hanya pikiran. Hidup bukanlah sesuai keinginan yang kita harapkan. Tepat Riku menyentuh Iori, tangannya kembali menembus sosok remaja di depannya. Dengan di saat yang sama  sosok itu beranjak dari hadapannya.

"RIKU DIMANA KAU! AKU TAHU KAU SEDANG BERMAIN!"

Terikan itu semakin menusuk hatinya. Apa-apaan ini. Dia bukan sosok nyata manusia?! Dia hanya sosok hantu yabg bergentayangan belaka?

Air mata mengalir di pipinya yang pucat. Tidak, tidak ada perasaan basah di saat matanya mengalirkannya. Tidak ada perasaan basa di pipinya sama sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Efuola [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang