Bagian 2

242 29 3
                                    

Rasanya berdebar. Entah mengapa terakhirnya tidak ingat bagaimana konser terlaksana. Entahlah. Tapi rasanya sudah sangat lama. Padahal Idolish7! pernah konser beberapa bulan yang lalu. Namun, ia tidak begitu ingat dengan kejadian itu. 

Tidak seperti yang lain. Riku masih di dorm. Merebahkan tubuhnya di sofa di depan televisi. Tidak ada tugas yang diberikan untuknya selain konser nanti malam. 

Ini masih pagi. Tidak banyak yang bisa ia lakukan. Sekalinya ada akan diprotes Iori. Padahal teman-teman yang lain seakan tidak peduli dengan apa yang ia lakukan. Tidak seperti lalu-lalu. Mungkin karena ia terlalu sering memberontak. Tidak masalah, Ia malah bersyukur jika mereka memberikan kelonggaran. Ia menjadi lebih bebas. 

"Aku bosan!" keluhnya. 

Ponselnya menghilang. Ia belum dibelikan ponsel baru. Sebenaranya bisa saja ia membeli ponselnya sendiri. Namun, ia terlalu malas untuk melakukannya. Lebih tepatnya ia merasa belum terlalu membutuhkannya. 

Segala aktivitas internetnya hanya dilakukan di laptopnya. Itu pun jarang ia lakukan. Sejak masalahnya dengan Iori mengenai posisi center, ia jadi sangat mengurangi penggunaan internet. Toh ia lebih suka buku ketimbang internet. 

Kruyuk..

"Ugh..."

Perutnya lapar. Riku melangkah ke dapur. Membuka kulkas untuk melihat simpanan makanan yang mereka miliki. 

"Hah..."

Tidak ada makanan di kulkas. Lebih tepat makanan sisa atau pun siap saji. Hanya ada bahan-bahan makanan yang tidak mungkin ia sentuh. Bukan tidak mungkin, tetapi ia tidak diperbolehkan untuk menyentuhnya. 

Riku ingat sekali betapa marahnya Mitsuki di saat ia mencoba untuk memasak makanannya sendiri. Pertama ia menghancurkan dan menghanguskan bahan makanan terakhir meraka. Mungkin itu bisa dimaklumi. Namun, tidak untuk alasan kedua. 

Riku pernah hampir membakar dorm. Ya. Dengan kecerobohannya ia menuangkan alkohol tanpa takaran hingga api membara di wajannya. Itu menjadi titik mula dirinya di larang untuk menyentuh kompor. 

Pilihan sekarang hanyalah belanja keluar. Mau tidak mau karena Riku tidak ingin mengambil resiko. Mitsuki juga tidak akan pulang dulu sebelum konser. Dan masih ada empat jam sebelum ia harus pergi ke tempat konser untuk persiapan panggung dan sejenisnya. 

Kring!

Tiba-tiba telepon rumah mereka berbunyi. Buru-buru Riku mengangkat telepon tersebut. Untung saja ia belum pergi. 

"Halo?"

"Nanase-san!" 

Panggilan dengan suara khasnya. Tentu saja itu panggilan dari Iori. Tidak ada yang memanggilnya seperti itu kecuali dia. 

"Ada apa Iori?"

"Kau ingin keluar?" 

Riku sedikit mengeryit. Bagaimana bisa Iori menebak seakurat itu. Di saat yang pas pula. Sedikit membuat Riku merinding. Ini bukan sekali atau dua kali. Ini sudah sering! Seperti cenayang saja. 

"I-iya. Ini aku sedang bersiap."

"Sudah kuduga. Kau langsung saja pergi ke tempat konsernya. Sepertinya tidak ada yang bisa menjemputmu. Di sini sibuk sekali. Dan kalau bisa kau lebih cepat datang kemari. Ada perubahan rencana lagi" 

"Perubahan?"

"Ya. Aku tidak ingin menjadi center lagi di konser. Jadi aku bersikeras untuk membuatmu kembali." 

Riku sedikit bingung. Seingat dia tapi entahlah ia tidak terlalu ingat, Ketua sudah menggantikan posisinya dengan Iori. Ada  perombakan besar-besaran di seluruh lagu mereka. Entah apa alasannya. Tapi entah mengapa ia tidak mendapatkan jatahnya bernyanyi solo. Hanya ada bagian untuk dirinya di saat bernyanyi bersama.  

Efuola [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang