Happy Reading All✨
Kalo ada typo tandai yaa
Thank you All✨
~~~~~~~~~~~~~~
Alife kini tak tahu sedang dimana, mau bertanya kepada siswa lain pun ia tak berani. Alfie memang pemalu, ia akan lebih berani ketika berbicara di depan, namun ia lebih tidak berani bertanya kepada orang lain. Ya agak aneh sih, tapi itulah Alfie.
“Mama tolonglah anakmu ini, huhu. Aku harus kemana ya? Mau nanya ke yang lain malu, huaa! Apa aku beranikan diri aja kali ya? Daripada kayak orang linglung gini,” gumam Alfie, sambil berjalan ke arah tangga bagian selatan.
Alfie pun berjalan menaiki anak tangga demi anak tangga sambil menunduk, karena malu ada orang yang lewat dan memperhatikannya, hingga akhirnya ia menubruk seseorang.
Bruk!
“Astagfirullah!” kaget Alfie dan reflek mendongak, melihat siapa yang ditubruk olehnya.
Alfie melihat ada seorang lelaki didepannya, langsung ia menundukkan kepalanya dan meminta maaf.
“Ah, maafkan aku. Aku tadi tidak melihat jalan dan tidak sengaja menubruk mu, sekali lagi maafkan aku!” ucap Alfie sambil membungkuk meminta maaf kepada lelaki itu.
“Hm, lain kali hati-hati ya,” ucap lelaki itu santai.
“Lo ngga papa kan?” lanjut lelaki itu khawatir.
“Ah, aku ngga papa kok” Alfie masih menunduk.
Terlihat dari bawah sana Alfie tersenyum, ia bersyukur lelaki dihadapannya ini tidak terlihat seperti wajahnya yang datar.
“Terima kasih.... Alvin?” ucap Alfie, sembari mendongak melihat nametag lelaki itu diseragam sekolahnya.
“Lo pasti murid baru ya? Lo juga linglung kan nyari ruang kepala sekolah dimana?” tanya Alvin.
“E-eh, iya aku murid baru. Mmm bi-bisakah kamu antar a-aku ke ruang kepala sekolah?” gugup Alfie kepada Alvin, karena mengetahui bahwa ia sedang linglung.
“Oke, tapi ada syaratnya”
Alfie kaget!
What? Kenapa harus ada syarat segala? Ngga ikhlas banget jadi orang!
“Syarat? Apa itu?” terpaksa ia bertanya, takutnya syarat yang aneh-aneh.
“Traktir aku makan di kantin nanti,”
Alhamdulillah, cuman traktir makan doang mah gampang! Yuhuu~ batin Alfie senang
Lain halnya dengan ucapan yang keluar dari mulutnya, ia masih tergugup.
“O-oke,” ucap Alfie gugup diakhiri senyum, tanda ia benar-benar menerima syarat itu.
Akhirnya Alvin dan Alfie turun dari tangga dan berjalan menuju ruang kepala sekolah, yang ternyata berada di lantai bawah. Letaknya di dekat pohon yang sangat rindang, membuat Alfie tidak dapat menebak kalau itulah ruang kepala sekolah. Sesampainya di ruang kepala sekolah, Alfie dan Alvin pun masuk.
~~~~~~~~~~
Kriiiing! Kriiiing! Kriiiing!
Setelah beberapa menit kemudian, mereka keluar dari ruang kepala sekolah bersamaan dengan bel masuk dan ditemani oleh Bu Raisa, sang wali kelas Alfie. Alfie ditempatkan di kelas 11 MIPA 2, berbeda dengan Alvin yang menduduki kelas 12 MIPA 1.
Alvin pamit kepada Bu Raisa dan Alfie, tak lupa juga ia mengingatkan Alfie untuk mentraktirnya makan. Segeralah Alvin menuju ke kelasnya, yang berada di lantai 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Alfie
Short StoryMy First Story ✨ Peringatan! Semua cerita hasil halu sendiri wkwk. Mon maaf ya kalo ada kesamaan dengan nama tokoh, tempat, latar dll. Semoga suka and dukungan kalian berarti untuk ku✨ ~~~~~~~ Takdir? Bukankah telah tertulis di Lauh Mahfudz? Lalu...