02

114 11 2
                                    

Happy Reading

Nava jatuh terduduk di lantai. Seragamnya sedikit basah karena tersiram air dari orang yang menyenggolnya. Beruntung itu hanya air mineral, jika jus yang berwarna maka akan sulit untuk mencucinya.

"Bangsatt..." umpat orang itu bersamaan dengan jatuhnya Nava. Nava meringis kecil merasakan sakit kemudian kepalanya mendongak. Ia melihat seorang remaja lelaki yang sepertinya adalah kakak kelas, terlihat dari badgenya, tengah menatap tajam ke arahnya. Sepatu remaja itu terlihat basah karena tersiram air yang ia bawa. Di samping remaja itu ada 2 remaja lelaki yang sepertinya adalah temannya.

"Nava!" pekik Saga kala melihat Nava jatuh. Remaja itu membantu mengangkat tubuh kecil Nava untuk berdiri.

"Heh bangsat...kalau jalan liat-liat dong!"  bentak Si kakak kelas. Nava sedikit gemetaran, membuat Saga turun tangan.

"Santai dong bang, gak usah ngegas gitu, lagian lo juga ga kenapa-napa kan?" sahut Saga.

"Heh mata lo buta, lo ngga liat sepatu gue basah kuyup gini!" ujar Si kakel yang bername tag Angkasa Leander P. Sagara memutar bola matanya malas.

"..a..aff..." lirih Nava. Mata Angkasa menyipit mendengar suara lirih Nava yang kurang terdengar jelas.

"Ngomong apa sih lo?" ujar Angkasa.

"...aa..aff," ucap Nava lagi. Angkasa tersenyum remeh kemudian tertawa.

"Hahaha...bisu lo ngomong maaf aja nggak jelas.."

Deg..

Perkataan Angkasa sedikit menyentil hati Nava. Tangan Nava bergetar, remaja itu bahkan terlihat gelisah. Ia sungguh takut orang-orang di sekolah itu akan ikut mengolok-olok dirinya seperti Angkasa. Mereka kini menjadi bahan tontonan murid-murid di koridor.

"Hah...bisa-bisanya sekolah elit kayak gini nerima murid cacat kayak lo.." Angkasa menatap remeh Nava.

Bughh..

Bughh..

Saga melayangkan tinjunya ke arah wajah Angkasa lalu menendang perut si kakak kelasnya itu tanpa rasa takut.

"Maksud lo apa satt..." emosi Saga. Angkasa yang tersulut pun membalas pukulan Saga. Nava ingin melerai mereka namun sudah didahului oleh kedua teman Angkasa.

"E..ehh woi..woii udah dong, kalian nih apa-apaan sih, ketahuan guru mampus kita," lerai teman Angkasa, Harsa Pratama Dewa. Harsa menarik Angkasa untuk menjauh dari Saga, sementara temannya yang lain yakni Devano Abrisam menarik Saga agar berhenti memukuli Angkasa. Bisa-bisa mereka dilaporkan ke BK karena bertengkar.

Saga menghempaskan tangan Devan yang bertengger di kedua bahunya. Napasnya terdengar memburu. Ia kesal dan marah temannya dihina seperti itu. Kakak kelasnya itu tidak berhak menghina Nava karena Tuhan menciptakan Nava seperti anak-anak yang lain, hanya saja ia terlahir istimewa.

"Dengar ya, Angkasa Leander, gue ngga peduli mau lo kakak kelas gue apa ngga, tapi kalau lo hina temen gue, gue nggak bakal segan-segan buat mukul lo. Emang lo sesempurna apa sampai berani hina temen gue, lo itu cuma seonggok makhluk songong yang sok jagoan dan cuma bisa berlindung di bawah kekuasaan bokap lo!" tekan Saga dengan menatap tajam ke arah Angkasa. Saga segera menarik lengan Nava untuk pergi.

Rinai SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang