04

125 20 3
                                    

Happy Reading

Nava terdiam mendengar hinaan orang di depannya. Rasa bahagianya seketika menguap. Nava mencoba menguatkan hatinya, remaja itu melanjutkan kegiatan makannya, mencoba mengabaikan keberadaan orang tersebut.

"Woi tuli, kalau ada orang ngomong tuh dijawab malah diam aja. Oh iya gue lupa, lo kan juga bisu, jadi mana bisa ngomong haha.." tawa orang itu seolah merasa puas. Nava berusaha menelan makanannya dengan susah payah. Tenggorokannya seperti tercekat sesuatu, sesak sekali. Ia tidak menyangka jika orang yang tak lain adalah keluarganya akan menghinanya secara terang-terangan. Mungkin jika itu orang lain, ia tak akan merasa sesakit dan sesedih ini.

"Gak guna banget lo hidup!" hardik orang itu. 

"Kaiden!" tegur seseorang. Dia adalah Raiden Chandra Grayson, kakak kembar dari orang yang telah menghina Nava, Kaiden Cashelo Grayson. Mereka adalah sepupu Nava dari pihak ayahnya.

"Ckk..apa?" tanya Kaiden ngegas. Raiden hanya diam, ia segera menyeret adiknya itu agar menjauh dari Nava. Raiden bahkan mengabaikan teriakan penuh protes dari Kaiden.

Nava masih berada di tempat. Ia segera meletakkan sendoknya ke atas piring, nafsu makannya sudah hilang. Remaja itu lantas segera pergi menuju kamarnya. Nava merebahkan tubuh kecilnya di atas kasur.

'Nava ingin bahagia Tuhan,' batin Nava. Tak lama kemudian remaja lucu itu tertidur.

***

Waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Nava perlahan membuka matanya dan menguap. Ia segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Tak lama kemudian pintu kamarnya diketuk. Nava berjalan mendekati pintu dan membukanya, nampaklah Bi Siti yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

'Ada apa Bi?' tanya Nava.

"Aden hari ini Tuan Besar sama Tuan Muda teh pulang, mereka udah ngumpul di ruang makan, aden di suruh ke bawah sama Tuan Besar," jelas Bi Siti. Nava mengangguk tanda mengerti.

'Sebentar ya Bi, Nava mau ambil sesuatu dulu, nanti Nava ke bawah kok, Bibi duluan aja!' balas Nava. Bi Siti pun mengerti, ia turun untuk kembali ke dapur. Nava kembali masuk ke kamarnya, ia mengambil sebuah note kecil dan sebuah pulpen yang diberi pita agar bisa ia kalungkan ke lehernya. Nava kemudian turun ke bawah.

Sesampainya di sana, ia bisa melihat keluarganya telah berkumpul, lengkap dengan kedua sepupunya. Nava merasa heran, tumben sekali ayah dan abang-abangnya ini pulang. Meskipun tak dapat dipungkiri di dalam lubuk hatinya ia merasa senang. Nava segera mendekati mereka dan duduk di samping kakak sulungnya.

"Lama banget sih!" protes Kaiden. Tak lama kemudian remaja itu meringis kala kakinya diinjak dengan kuat oleh kakak kembarnya.

"Sakit woii.." ringis Kaiden.

"Diam!" ujar Raiden dengan nada datar membuat kembarannya itu mendengus.

Anggara yang mendengar perdebatan kedua keponakannya itu pun mencoba untuk melerai, "Udah, ayo makan!" ujarnya.

Mereka pun segera memulai makan malamnya dengan tenang. Beberapa menit kemudian mereka menyelesaikan acara makannya.

"Oh iya, mulai besok twins akan tinggal dan sekolah di sini, jadi ayah harap kalian mau menaati peraturan ayah di sini, jangan kecewakan kedua orang tua kalian di sana," ujar Anggara yang ditujukan untuk sepupu Nava. Twins adalah anak dari kakak Anggara, yakni Stefano Anggara, yang telah meninggal 1 bulan yang lalu, menyusul istrinya yang telah berpulang lebih dulu. Oleh karena itu, Anggara memutuskan untuk membawa si kembar ke mansion karena mereka sudah tidak memiliki orang tua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rinai SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang