03

80 13 0
                                    

Happy Reading

Di salah satu sudut rooftop, seorang siswa nampak duduk santai bersandar pada sofa usang, jemarinya mengapit sebuah rokok, mulutnya sesekali menghisap benda bernikotin itu hingga asap mengepul di depan wajahnya. Di depan siswa itu ada 2 orang remaja lelaki yang tak lain adalah sahabatnya.

"Ngerokok mulu dah lo, busuk tuh paru-paru tahu rasa," ucap salah seorang siswa yang tak lain adalah Devan. Ya, saat ini Angkasa dkk. masih berada di rooftop.

Angkasa berdecak malas, "Ck...serah gue dong,"

"Mending lo juga cobain deh Van, cupu banget lo udah gede kagak ngerokok, atau kalau ngga nge-vape deh," sahut Harsa.

Devan memutar bola matanya malas, "Ogah, mending duitnya buat yang lain. Apa enaknya ngerokok, cuma ngisep asap doang. Kenyang kagak, bengek iya," balas Devan. Memang dari ketiganya hanya Devan yang tidak pernah merokok. Bukannya apa-apa, hanya saja Devan tidak mau membuang-buang uangnya untuk hal yang sia-sia. Bahkan di antara mereka hanya Devan pula yang belum pernah mabuk. Jika diajak ke bar, Devan lebih memilih minuman bersoda dan duduk seraya memperhatikan kedua sahabatnya. Devan pula yang bertugas membawa mereka pulang jika sudah teler.

"Halah lo bilang gitu karena lo belum ngerasain. Coba aja deh, lo pasti candu. Secandu bibir doi," ujar Harsa.

"Serahh.." ujar Devan. Harsa mendengus kesal, ia kembali melanjutkan aktivitasnya bermain game. Cukup lama mereka dalam keadaan hening, hingga tiba-tiba pintu rooftop dibuka dengan kencang. Datanglah ketiga cewek dengan pakaian yang cukup terbuka, tidak selayaknya pelajar SMA.

"HONEYYY..." teriak salah satu dari ketiga cewek tersebut. Sebut saja dia Amel, dibelakangnya ada kedua antek-anteknya yang tak lain adalah Cika dan Dira. Amel ini merupakan orang yang tergila-gila dengan Angkasa. Angkasa menghela napasnya kasar, tangannya mengepal dengan erat. Ada saja yang mengganggu dirinya. Amel dan kedua dayangnya berjalan ke arah Angkasa dkk.

"Honeyy..aku dari tadi nyariin kamu loh, ternyata kamu malah di sini," ucap Amel centil seraya memegang lengan Angkasa.

"Lepas!" Angkasa berusaha melepaskan tangan Amel, sungguh ia merasa risih.

"Ihhh..sayang kok gitu sih," rengek Amel. Harsa dan Devan yang mendengar suara perempuan tersebut bergidik geli.

"Heh...ondel-ondel ngapain sih lo ke sini, ganggu aja," sahut Harsa. Ia sungguh muak melihat wajah Amel yang penuh dandanan itu.

Amel menatap sinis Harsa, "Serah gue dong, kok lo yang ribut, gue kan ke sini mau nemuin pacar gue," ujar Amel dengan PD-nya.

"Dihh siapa pacar lo?" ucap Harsa.

"Tentu aja my honey sweety Angkasa, ya kali gue pacaran sama lo," balas Amel.

'Siapa juga yang mau pacaran sama ondel-ondel kayak lo, hihhh amit-amit,' batin Harsa geli.

"Bisa diem ngga, berisik. Lo mendingan pergi deh," usir Angkasa kepada Amel dkk. Amel tentu saja menolak dengan keras. Ia bahkan kembali bergelayut manja di lengan Angkasa. Sungguh rasanya Angkasa ingin melempar Amel dari rooftop, moodnya semakin menurun  gara-gara ketenangannya terganggu. Namun tak lama kemudian, sebuah ide terlintas dibenaknya. Angkasa tersenyum miring.

'Kayaknya nih lampir bisa gue manfaatin haha,' batin Angkasa dengan sorot mata licik.

"Amel..." panggil Angkasa membuat mata Amel berbinar, tidak biasanya Angkasa mau memanggil namanya.

"Ya sayang, kenapa?" tanya Amel dengan nada mendayu.

"Lo mau nyenengin gue nggak?" tanya Angkasa. Amel tentu saja mengangguk dengan semangat.

Rinai SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang