So

2 0 0
                                    

"So, are you happy now? Finally happy now, are you?"

Lirik lagu milik IU tersebut sering kali berputar di kepalaku. Namun, konteks lagu itu berbeda di kepalaku. Sama-sama ditujukan untuk seseorang, bedanya lirik tersebut menjadi pertanyaan sarkas.

IU menulis lirik itu dengan maksud tulus menanyakan keadaan seseorang, sedangkan aku seakan menyindir seseorang itu.

Apakah ia bahagia dengan keadaanku yang seperti ini? Diriku yang rusak ini?

Pasti, dong. Ini kan hasil karyanya.

Memecahkan jiwa yang sudah sangat rapuh dan menghilangkan pecahan itu, alhasil jiwaku tak pernah bisa utuh kembali seperti sediakala.

Dengan jiwa yang berlubang ini, ia memintaku untuk berlagak seperti manusia dengan jiwa yang utuh. Tidak diperbolehkannya aku untuk bertindak sesuai keadaanku.

Aku disakiti, tetapi aku tidak boleh menyerah, tidak boleh merasa sakit, tidak boleh sedih, tidak boleh marah.

Aku harus bersyukur, bersyukur, dan BERSYUKUR ATAS PENDERITAANKU YANG TIDAK SEBERAPA DIBANDINGKAN ORANG LAIN.

Aku tidak dibolehkan untuk merasa. Dan disaat aku sudah tidak bisa merasa, aku diharuskan merasa. Hmm.

Kian hari, aku makin rusak. Jiwa yang sudah tidak kokoh sedari awal dan tidak utuh ini, makin hari makin hancur.

Aku bisa merasakan suara retakan yang semakin lama semakin besar. Dan yang terburuk adalah tidak ada yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa menjadi saksi bisu atas mahakarya miliknya.

Jadi, apakah kau bahagia sekarang? Akhirnya bahagia, benar kan?

✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩✩

21923 4:14 AM

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kata Demi KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang