10 tahun berlalu, bagaimana jika kamu di pertemukan kembali dengan teman lama mu? mungkin bisa di bilang cinta di masa lalu mu namun dengan keadaan yang berbeda. dia sudah menikah dan memiliki anak, kamu terlambat mengatakan suka padanya, haruskah k...
Krist menghentikan mobilnya di depan rumah singto, ia menatap rumah tersebut dan memberanikan diri untuk keluar dari mobil berjalan ke depan rumah.
Krist mengetuk pintu rumah namun tak ada jawaban. Hampir 30 menit krist berada di depan rumah singto mengetuk pintu rumah tersebut namun singto tak kunjung membukakannya pintu, krist mencoba menghubungi singto namun ponsel singto tak aktif.
Satu bulan setelah berita tentang perselingkuhan krist dan singto, hari ini baru krist memberanikan diri untuk menemui singto.
Krist mengurus banyak hal selama 1 bulan ini, membayar mahal setiap saluran televisi yang menayangkan berita tentang perselingkuhan mereka agar menghentikan berita tersebut dan menghapus jejak digital tentang perselingkuhan mereka sehingga tak bisa di cari lagi melalui apapun bahkan google sekalipun.
Krist bekerja keras untuk semua itu, ia sengaja melakukan itu karna merasa itu tak adil untuk singto. Krist tahu singto lebih banyak mendapatkan hujatan di banding dirinya.
"Maafkan aku, sing. Dimana kamu sekarang" gumam krist, saat menyadari jika rumah singto kosong.
**** Di sebuah rumah sakit jiwa, gun berjalan menelusuri koridor rumah sakit sembari menatap Kiri dan kanan memperhatikan banyak orang sakit di sana. Saat tiba di sebuah ruangan, gun membuka pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalam.
Di lihatnya singto tengah duduk melamun dan tak menyadari kedatangannya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Sing..." Ucap gun, membuat singto menatap ke arah gun.
Terlihat dari tatapan singto jika dia takut dengan kehadiran gun.
"P-pergi!" Ucap singto sembari memeluk tubuhnya sendiri.
Gun meremas tangannya sendiri saat mendengar itu. Hatinya terasa sangat hancur sekarang. Karna tak ingin singto semakin takut, gun memutuskan untuk keluar dari ruangan singto di rawat, gun berjalan menuju ruangan dokter yang memeriksa keadaan singto.
"Selamat siang, dok" ucap gun setelah dia di perbolehkan masuk.
"Selamat siang, tuan gun. Ada keperluan apa kamu ke sini?" Ucap dokter tersebut.
"Apa keadaan singto sudah memungkinkan untuk di bawa keluar Negri? Aku ingin memindahkannya ke rumah sakit jiwa yang ada di negara jepang" ucap gun.
"Sebenarnya singto bisa di bawa kapanpun hanya saja saya takut saat di perjalanan nanti dia akan berteriak dan berontak" ucap dokter.
"Ya, itu yang ku pikirkan juga" gumam gun.
"Kapan rencana mu ingin membawanya?"
"Dalam waktu dekat, dok. Aku juga tak bisa terlalu lama di sini, jika dia ku tinggal sendiri, aku takut tak ada yang menjaganya, itu sebabnya aku bermaksud untuk membawanya"
"Saya akan membantu mu agar mudah memindahkan singto nanti" ucap dokter tersebut.
Gun tersenyum senang mendengarnya kemudian ia pamit pergi dari sana.
*** Gun pulang ke rumah singto, saat ia tiba di sana, gun terkejut melihat krist yang tengah menggendor pintu rumah. Gun memang mengenal krist walau belum pernah bertemu langsung, foto krist dan singto bahkan bertebaran di televisi dan internet jadi wajar jika gun mengenalnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini!?" Tanya gun datar membuat krist menatap ke arah pria yang baru saja berbicara dengannya.
"Maaf, kamu siapa?" Tanya krist.
"Aku sepupu singto"
"Apa kamu tahu dimana singto?" Tanya krist.
"Bukankah kamu pria yang menjadikan sepupu ku selingkuhan mu? Kenapa baru datang sekarang?! Kemana kamu selama 1 bulan ini!?" Tanya gun.
"Aku... maaf, aku--"
"Lupakan singto, jangan pernah kamu menganggap jika kamu mengenal singto! Apa belum cukup semua yang di rasa singto sekarang?" Ucap gun marah.
"Ijinkan aku bertemu langsung dengan singto, ku mohon" ucap krist.
"Pergi ke rumah sakit jiwa, jl. Xxx, kamar B8" ucap gun.
"Rumah sakit jiwa?" Gumam krist, namun ia tetap melangkahkan kakinya pergi dari sana sedangkan gun membuka pintu rumah dan masuk ke dalam.
*** Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, krist tiba di rumah sakit jiwa yang di maksud oleh gun, krist berjalan menelusuri koridor rumah sakit tersebut mencari ruangan yang di sebutkan oleh gun tadi.
Setelah krist menemukan ruangannya, krist hendak masuk namun ia malah mendengar teriakan dari ruangan singto.
Krist terkejut saat melihat singto berteriak ketakutan dan berontak berusaha untuk melepaskan diri dari beberapa suster dan dokter.
Beberapa menit kemudian singto terdiam setelah dokter menyuntiknya dengan obat penenang.
"A-apa yang terjadi padanya, dok?" Tanya krist setelah singto tenang.
"Dia sempat mengamuk tadi" ucap dokter.
"Maksud ku kenapa dia di rawat di rumah sakit ini" tanya krist.
"Singto mengalami kecemasan yang berlebihan sehingga membuatnya depresi, jiwanya sedikit terganggu sekarang" ucap dokter.
Krist hanya mengangguk paham, dia menatap ke arah singto yang tengah terbaring lemas di ranjang. Krist berjalan menghampiri singto dan duduk di samping ranjang singto.
"Maafkan aku, sing. Aku benar-benar minta maaf" ucap krist sambil memegang tangan singto dan menangis.
Singto hanya menatap ke arah krist dengan tatapan kosongnya seakan ia tak mengenal krist.
Tatapan krist terarah ke perut singto, bagaimana keadaan anak mereka? Ia mengusap perut singto sehingga membuat singto kembali berontak dan menangis.