"Theo awass sayaangg" aku berteriak lantang karena Theo tidak bisa diam, diumurnya yang 1 tahun ia sudah bisa berjalan dan berlari dan itu membuatku kewalahan. Ia sedari tadi berlari-lari kesana-sini tanpa henti dan jeda sedikitpun.
bukkkk.
Aku terjatuh kererumputan hijau diperkarangan belakang rumah Anderson ini, aku meringis karena bokongku sedikit nyeri. Theo berlari kehadapanku dan tertawa terbahak-bahak, aku menatapnya sembari cemberut dan mencoba untuk berdiri sembari membersihkan tubuhku.
"Lain kali hati-hati, kau bahkan belum 2 hari disini"lelaki berbadan atletis itu berjalan mendekati anaknya yang tengah tertawa. Lelaki sialan, teriakku dalam hati. "Amelia tolong ambilkan handuk Theo, dia ingin berenang bersamaku" ucap Marcus tanpa menatapnya, ia sibuk menatap anaknya itu.
Aku menghentakkan kakiku menuju kedalam rumah sambil cemberut, kesal bukan main karen sikap acuhnya Marcus. tunggu kenapa aku perduli? aku memukul kepalaku dengan tangan kananku yang terkepal dan mengucapkan kalimat-kalimat kotor untuk lelaki itu.
Bukk..
"AWWWWWW SIALAANN"teriakku dalam bahasa indonesia, aku meringis sembari menutup mataku dan mengigit bibirku menahan sakit dibokongku. Ini yang kedua kalinya bokongku menjadi korban karena kecerobohanku sendiri.
"Kau benar-benar dungu" suara berat Marcus terdengar dari arah belakang, aku membuka kelopak mataku dan mendapati Ms.Leane yang mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri dan aku menerima dengan suka hati. Aku membalikkan tubuhku dan menatap Marcus dengan senyuman lebar sembari menatapnya tajam dengan kedua bola mata hitamku, tetapi ia malah mendengus dan berbalik menjauhiku.
Benar-benar hari sialan!
***
Aku memberikan handuk kecil kepada Marcus saat ia tengah melepaskan celan pendek dan celana dalam Theo, aku menghentak-hentakan kakiku sembari bersenandung tak sabaran. Aku ingin cepat-cepat jauh dari dekat Marcus.
"Amelia tunggu apa lagi?kau ingin aku membuka celanaku disini?"semburan merah dikedua pipiku aku pastikan telah terlihat, aku memberikan handuk miliknya yang sedari tadi aku pegang dan berlari mendekati Theo yang tengah berjalan santai dengan menyanyikan lagu teletubbies --film kesukaanya--
"Theosky"panggilku dan menyentuh rambut hitamnya yang basah, ia berhenti dan mendongak untuk menatapku.Aku terkekeh pelan saat ia memperlihatkan beberapa giginya yang telah tumbuh, aku kagum bukan main karna ia malah terlihat seperti anak berusia 3 tahun dari pada 1 tahun.
"Mom" panggilnya, ya ini adalah kuputusan Marcus beserta diriku. Lelaki es itu memintaku untuk membiarkan Theo memanggilku Mom bahkan ia bilang sebenarnya aku cocok untuk telah menjadi ibu, dia memang hobi sekali membuat lelucon yang tak lucu sama sekali.
Aku menarik pelan jemari kecil Theo dan mengaitkannya serta menariknya pelan untuk mengajaknya berjalan, dan ia melanjutkan nyanyian yang sempat ia hentikan.
"Amelia" suara berat memangil namaku,siapa lagi kalau bukan suara Marcus? Aku mendengus dan membalikkan tubuhku dan mendapatinya yang telah membuka baju kebesarannya tadi yang telah basah, aku membelakkkan mataku dan berteriak.
aku menutup mataku dengan tangan kananku "demi bumi dan segala isinya, pakai bajumu tuan yang terhormat" aku bisa mendengar jika Marcus tertawa mengejek serta anak lelakinya yang tertawa begitu besar didekatku,sial.
"Tidak usah sok kaget begitu, bukannya kau dulu pernah ingin menyentuh perutku?" ucap Marcus, aku mendengus kesal. Kenapa ia masih mengingat hal konyol yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu?sialan sekali. "lihat pipimu seperti tomat sekarang" aku membuka telapak tanganku dan menatapnya tajam, ya tuhan tubuhnya begitu menggiurkan. Aku menelan air salivaku sendiri.
"Berhenti mengejekku, demi langit dan bumi. Kenapa kau memanggilku tuan Marcus Anderson?" Ia tersenyum miring dan mendekat kearah anaknya, dan ia merubah senyumnya menjadi begitu ceria. Cih, menjijikkan.
"Karena sebentar lagi jam 9 dan listrik akan padam, jadi bagaimana jika kita ketaman kid? kau bisa main apapun disana bersama mom" saat ia mengatakan Mom, ia menatapku dengan tatapan yang membuatku ingin muntah. Tetapi Theo segera mengangguk dan mengucapkan kata taman dengan suara khas anak-anaknya yang begitu menggemaskan.
"Bagaimana?"tanya Marcus, aku tersenyum kepada Theo yang melompat-lompat.
"Tentu saja, bukankah biasanya disana ada banyak hal? Aku pernah membacanya lewat situs internet" jawabku dengan tersenyum lebar, dan segera mengajak Theo untuk berjalan menuju kamarnya dan kamarku yang berdekatan dilantai atas.
****
"Marus, demi tuhan bagaimana bisa Theo tak bisa diam seperti ini?" lelaki bernama Marcus itu menatap gadis mungil yang telah terduduk direrumputan sembari menutup kedua kelopak matanya dan menghirup nafas dengan pelan, benar-benar tak berubah.
"Marcus berhenti berlari aku lelah" Marcus tertawa dengan begitu besar, sampai-sampai beberapa pengunjung taman lainnya menatapnya dengan berbagai ekspresi. sedangkan gadis yang sedari tadi mengejarinya tengah menutup kelopak matanya sembari merentangkan tangannya dan mengirup nafas pelan
"Apa yang kau lakukan? kau membuatku takut tahu Amelia"ucap lelaki itu dengan pelan, ia mendekati kekasihnya yang telah membuka kelopak matanya dan menatap kearahnya dengan wajah cemberut.
"Nanti kalau sudah lulus SMA aku akan pergi keCanada dan menjelajah" ucap Amelia dengan cengiran konyol khasnya, Marcus terkekeh pelan. Tentu saja ini bukan pertama kalinya jika Amelia mengungkapkan salah satu impiannya tadi.
"Tentu Amelia, dan aku akan pergi pergi bersamamu. Selalu"ucap Marcus sambil tersenyum dengan Amelia yang tengah menatapnya dengan intens. "Aku mencintaimu"tambah Marcus, Amelia menganggukan kepalanya dan memeluk Marcus dengan erat.
"Kau sedang apa? jangan membuat Theo takut" ucap Marcus, dengan cepat Amelia membuka kelopak matanya dan menatap Marcus dengan tatapan membunuh
"bilang saja kau yang akan ketakutan dasar pengecut" ucap Amelia santai sembari mencari keadaan anak asuhnya yang rupanya tengah memakan ice cream yang tadi ia beli.
"Berhenti mengungkit masa lalu" ucap Marcus tegas, tidak. Ia tak bermaksud seperti itu. Amelia menatapnya dengan tatapan bingung "Yang berla-"
"Yang berlalu biarlah berlalu, aku ingat itu Tuan Anderson. Tetapi apakah kau tak berfikir? Sebenarnya siapa disini yang selalu mengungkit masa lalu? dirimu atau aku?" ucap Amelia, wajahnya begitu merah membuat Marcus menelan air liur. sialan.
"lebih baik aku mencari pemandangan yang lebih bagus untuk dilihat dari pada berdebat tak masuk akal dengan duda beranak satu" tambah Amelia diselingi dengusan, gadis itu berjalan dengan menghentakakan kakinya seperti biasa. Ya, seperti biasa.
Sedangkan Marcus hanya menatapnya dengan kesal sekaligus geram, ia memalingkan pengelihatannya. Menatap anak lelakinya yang tengah melambai kepadanya dan kembali memakan ice creamnya yang membuat Marcus tersenyum lebar.
"AWWWW SIALAANNN"
Marcus tersentak kaget dan segera menatap kearah belakang tubuhnya, ia menggeram dan wajahnya menjadi merah. Sialan, kenapa Amelia terlalu ceroboh?
-----
hayoo apa yang dilakuin Amelia? aku tahu aku selalu next lama tapi ini karena baru jadi anak SMA brohh, anak putih abu-abu ini wkwks. oh yah, Happy Ramadhan yapssss qaqasss. Semoga bisa menjalankannya tanpa halangan yah amin;) insyallah besok aku post dua part walau mungkin dipart ini enggak ada yang baca wkwks:3
Dan pemeran Marcusnya itu Mario Maurer wkwkws bukan Matt Bomer enggak cocok:3 dan ceweknya yah pasti kakak gue dong yaituuuu Chelsea Islan wkwks kalo dia Islan nama belakang gue Aslan biar mampus:3
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nanny
RandomJika bukan karena keadaan ekonomi ku yang begitu menyedihkan ini, aku tidak akan mau bekerja dengan dirinya. Bayangkan saja, aku harus bekerja sebagai babysitter--atau juga biasa disebut dengan Nanny-- untuk seorang anak lelaki yang tidak bisa diam...