Gone

9.4K 375 4
                                    

Aku menghembuskan nafas pelan dan menatap segerombolan lelaki yang tengah memperebutkan bola dilapangan basket, mencari-cari sosok yang sudah dua hari tidak membuat hariku begitu indah seperti biasanya.

Jika diingat, setiap aku duduk disini dan mencuri pandang kearah lapangan. Ia sudah menatapku tajam untuk beberapa detik dan setelah itu tersenyum hangat. Aku mengusap wajahku pelan dan menutup kedua kelopak mataku, mencoba menggali setiap memori tentang dirinya yang telah tersimpan dikepalaku.

Ini begitu sulit, begitu sulit untuk diterima. Dirinya yang hilang begitu saja. Kabar yang tiba-tiba datang dan segalanya membuat diri ini mengguncang. Sulit menerima jika dirinya tak mewarnai keseharianku lagi, sulit menerima jika dirinya tak akan menganggu keseharianku lagi. Ini begitu sulit.

"Lisa?"

Aku menghela nafas dan membuka kelopak mataku. Sialan. Hatiku berteriak kesal, suara lelaki yang begitu kurindukan terdengar begitu nyata mengalun ditelinga dan fikiran.

Angin sore dengan langit yang terlihat mendung membuat beberapa dedaunan yang telah kering runtuh begitu saja mengikuti arah angin berhembus, rambutku mengikuti arah angin. Seperti deja vu. Aku menghembuskan nafas pelan, ini benar-benar menyiksa batinku. Dia terus berlari-lari mengeliling fikiranku.

Dengan lamban kuambil buku diary pemberian dari dirinya beberapa waktu lalu, aku membuka halaman terakhir yang telah ada serangkaian tulisan yang kutulis beberapa hari lalu.

"Kau bilang kau akan membuktikan jika dirimu memang mencintaiku, tetapi kenapa dirimu yang meninggalkanku begitu saja?" -Melissa Valentina.

Aku mendesah pelan, aku begitu bodoh menyimpulkan jika dirinya meninggalkanku tanpa sebab. Begitu dungu memikirkan persaanku sendiri tanpa memikirkan tentang apa yang dia lakukan sekarang atau apapun tentangnya, terlalu egois.

Aku menulis beberapa kalimat yang menggambarkan keadaan batin dan kehidupanku saat ini, kehidupanku tanpa dirinya. Senyumnya. Senyum hangat dan menggetarkan hati yang ia sendiri membuatnya menjadi beku.

"Dear Nathan,
Aku mencintaimu, Mencintaimu dengan banyak alasan. Mencintai dirimu yang begitu berharga dihidupku, Yang membuat hidupku berubah menjadi begitu berwarna, yang membuat diriku merasakan apa itu dianggap begitu sempurna dan spesial bagi seorang lelaki sepertimu.

Dear Nathan,
Tanpa dirimu, hariku tak berwarna dan tak sama seperti biasanya.

Dear Nathan Julio Pranata,
Aku akan selalu mencintaimu, selalu dan selamanya"

*****

Flashback

Suara berisik dari hentakan kaki terdengar begitu keras dilorong koridor sekolah yang telah terlihat begitu sepi, tentu saja. Jam pelajaran sekolah telah habis dan hanya beberapa anak-anak yang mengikuti kegiatan masing-masing yang berada disekolah.

"NATHANNNN TUNGGUUUUUUU" Teriak seorang gadis berambut keemasan, mengejar lelaki yang seperti dikejar oleh raja iblis.

Lelaki itu berhenti untuk beberapa saat dan membalikkan tubuhnya, mendapati wanita yang tengah merapikan rambut keemasannya sembari menatap dirinya dengan tatapan manja yang dibuat-buat yang membuat lelaki bernama Nathan itu bergidik ngeri.

"Coba kau tutup matamu, aku ingin mendekatimu dan menyatakan sesuatu yang selama ini ingin kusampaikan" ucap Nathan dengan seringaian kecil yang membuat gadis itu berhenti merapikan rambutnya, ia tersenyum dengan mata yang berbinar dan segera menutup kedua bola matanya.

"Baiklah, tutup matamu dan jangan membuka matamu sebelum aku mengenggam tanganmu." gadis itu menganggukan kepalanya dengan semangat yang membuat Nathan bergidik geli sembari membuka pintu ruangan yang sedari tadi berada disebrangnya. Dengan cepat ia memutar kenop dan menutupnya dengan pelan.

Begitu masuk kedalam ruangan yang ia yakini ruangan musik itu, ia mendengar dentingan not Piano terdengar begitu merdu, lagu I Almost Do dari Taylor Swift terdengar lebih indah jika dimainkan dengan piano.

"I A.l.m.o.s.t. D.o" ucap Nathan dengan terbata-bata, hatinya seolah-olah mengenali inti dari segala lirik lagu itu. Ia mendesah pelan dan mengacak rambutnya.

"Nathan?" suara seorang gadis yang begitu ia kenal terdengar begitu pelan memanggil namanya, Nathan menelan air liurnya dan membalikkan tubuhnya.

"Melissa"ucapnya pilu, Wanita berambut gelombang yang tengah menatapnya datar, tanpa senyum seperti dulu. Tanpa rasa kagum seperti dulu. Dan dia tahu kenapa.

Dia tahu karena dirinya alasan kenapa ia membuat gadis itu diam, padahal dia melakukannya itu demi Melissa, gadis yang dicintainya.

-----

Another Cerita dari 'bieburholic' insyallah I'm Not Her atau The Nanny posted tonight:3
Plus for information, Cerita ini aku buat sama2 kakak-kakak keyceh alias Ricky_martinopradityaramaa

The NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang