" Saya sudah pulang... " ucap Phuwin sambil membuka kasut. Nada nya kelihatan tidak bersemangat.
" Selamat pulang. Bagaimana ? " tanya Pond selepas membalas sapaan Phuwin dengan senyuman manis.
Phuwin pandang Pond yang tengah duduk di sofa. Dia terus melangkah ke arah Pond dan menghempaskan tubuh tinggi nya di sana. Kepalanya di alaskan dengan paha Pond.
" Okay lah " balas Phuwin singkat. Dia mengiring, menghadap perut Pond dan dia menutup matanya.
" Okay lah ? Macam tak bersemangat je. Ada apa ? " tanya Pond, mengelus ubun-ubun rambut Phuwin.
Phuwin menggelengkan kepalanya sahaja, " Dah lah, saya nak mandi " Phuwin bangun dari baring dan dia membuka ikatan rambut nya.
Rambut nya yang tergulung kemas, terhurai panjang separas bahu. Dia menyikat helaian rambutnya dengan jari-jemarinya.
Pond hanya melihat sahaja gerak-geri Phuwin. Matanya tidak lepas memandang wajah Phuwin yang kepenatan itu sambil menyikat rambut dengan jari sendiri. Tiba-tiba fikirannya berfikiran fantasi dan perut nya berdenyut tiba-tiba.
" Sayang.. " panggil Pond dan dia memeluk pinggang Phuwin dengan erat. Dia menggeselkan hidung mancung nya di potongan leher Phuwin dengan perlahan.
Jantung Phuwin berdenyut kencang. Dia menelan salivanya, " Kenapa ni P'Pond ? "
Pond mengucup leher Phuwin dan tangannya bergerak, menyikat rambut panjang Phuwin dengan jari-jarinya.
" Sudah lama kita tak.... " Pond menggantungkan ayatnya. Dia menolah kerah baju Phuwin dan bahu Phuwin dikucup lembut.
Phuwin ketawa kecil dan menepuk bahu Pond, " Saya nak mandi. Saya penat lah " jawap Phuwin dan dia menolak perlahan tubuh tegap Pond.
Pond tidak melepaskan rangkulannya terhadap Phuwin. Dia semakin mengeratkan rangkulannya itu dan dia squeeze Phuwin di dalam pelukannya membuatkan isterinya terkekeh geli.
Pond memegang pipi Phuwin dan dia mendekatkan wajahnya. Nafas Phuwin menampar lembut wajahnya. Matanya tidak lepas dari memandang mata coklat gelap berbingkai bulu mata lentik itu.
" Can I... " tanya Pond dan dia mengucup hidung Phuwin.
Phuwin ketawa dan menggeleng kepala. Dia kepenatan tapi dalam masa yang sama juga, dia mahukannya. Phuwin tersenyum simpul lalu dia mengedipkan matanya menandakan iya.
Pond terus menemukan bibir mereka. Pond menjamah bibir Phuwin yang basah dan kenyal. Sungguh memabukkannya. Bibir ini sudah menjadi kecanduan dirinya. Dia seperti terbayang-bayang, saat pertama kali mereka lakukannya di Jerman. Mereka berciuman dengan rokok campuran strawberi. Rasa pahit dan manis. Dia rindukan suasana seperti itu tetapi dia tidak tahu, bila dia akan dapatkan malam itu lagi.
Pond mengucup jawline Phuwin dan dia menghirup aroma almond campuran vanilla yang pekat di tubuh Phuwin. Tangannya liar, melepaskan setia butang baju Phuwin.
" Nghh.. Ahhh " desah Phuwin sambil mendongakkan kepalanya ke atas. Dia menjilat bibirnya dengan mata yang tertutup. Nikmat bila Pond memberikannya kasih sayang. Tangan Phuwin yang runcing itu, menyentuh badan belakang Pond dengan liar dan berantakan.
Pond menolak tubuh Phuwin dan Phuwin perlahan-perlahan terbaring di atas sofa.
Pond memandang Phuwin yang tercungap-cungap kerananya.
" Just enjoy it dear " ucap Pond, berbisik di telinga Phuwin, sensual. Tangannya menarik tengkuk Phuwin dan dia mengucup bibir bengkak Phuwin.
Phuwin menutup matanya dan dia merangkul erat leher sang suami, memperdalamkan lagi ciuman tersebut.
YOU ARE READING
Strawberry and Cigarettes ( S2 )
RomanceAda seseorang memerhatikannya membuatkan dia hidup di dalam ketakutan dan berhati-hati bersama pasangannya yang melindunginya