Kelopak mata putih bergerak-gerak dan perlahan-perlahan, mata terbuka menampakkan manik warna coklat gelap, menunjukkan keelokkannya kepada alam semesta.
Phuwin mengerang sambil memegang kepalanya. Kepalanya pening saat ini. Phuwin memandang sekeliling dan dia nampak ada infus di tangannya. Phuwin menghela nafas bila mengetahui dia ada di hospital saat ini.
Apa yang terjadi dekat dirinya ?
Phuwin perlahan menutup matanya, mengingati apa yang terjadi. Satu kejadian berlayar di hadapan matanya dan Phuwin membuka matanya dengan nafas yang tercungap-cungap. Dadanya berombak perlahan.
Krekkk...
Phuwin memandang pintu wad nya dan dia melihat Pond.
" Selamat pagi sayang " ucap Pond dan dia mengucup dahi Phuwin. Ubun-ubun rambut Phuwin diusap lembut.
" Pagi P'Pond. Sekarang pukul berapa ? " tanya Phuwin, tidak memandang Pond. Matanya setia memandang siling wad yang warna putih pucat.
" 6:55 pagi. Bagaimana ? Apakah ada yang sakit ? " tanya Pond sambil meneliti tubuh ramping Phuwin.
Phuwin menggelengkan kepalanya, " Phi.. Saya nak ceritakan something "
Pond mengangkat kening, " Cerita ? Hmm.. Baiklah " Pond duduk di kerusi plastik yang tersedia di sisi katil Phuwin.
Phuwin berusaha bangun daripada baring. Pond yang melihat itu, terus menolong Phuwin duduk sambil bersandar di kepala katil.
Selepas melihat Phuwin sudah nyaman dengan posisi nya, Pond kembali duduk, menghadap Phuwin.
" Saya nak bagitahu apa yang terjadi waktu malam semalam " bagitahu Phuwin, menundukkan kepalanya.
Pond diam. Bagi ruangan untuk Phuwin berbicara.
Phuwin menarik tangan kanan Pond dan dia mengenggam erat jari-jemari suaminya yang kasar. Dia ingin sedikit kekuatan untuk menceritakan hal ini.
" Semalam saya mahu pulang ke rumah menggunakan bas sebab awak cakap yang awak ada emergency di hospital. Masa saya jalan dekat persimpangan itu, saya dikejar oleh lelaki berhoodie. Lelaki berhoodie itu mengejar saya dengan penukul besi di tangannya " Phuwin memberhentikan ceritanya, mengambil jeda seketika. Hatinya berdenyut sakit bila mengingat wajah Nanon.
" Saya lari dan masa saya nak rehatkan diri jap, tiba-tiba ada orang pegang saya,rupanya Nanon. Saya nampak Nanon memakai hoodie -
" Dan awak fitnah Nanon ? " tanya Pond dengan kerutan di dahinya.
Phuwin diam dan beberapa saat kemudian, Phuwin mengangguk.
" Tapi yang pelik nya, Nanon menyuruh saya jangan pandang belakang. Saya ingin tahu ada apa di belakang saya sampaikan saya melanggar perintah Nanon itu. Di belakang saya, lelaki berhoodie itu mengejar saya dan Nanon dengan penukul besi di udara. Saya dan Nanon ketakutan lalu kami lari, memasuki kembali ke dalam jalanan persimpangan "
" Then ? "
" Kami fikir kami dapat larikan diri daripada lelaki berhoodie itu tetapi dia dapat menjumpai kami. Nanon menyuruh saya lari ke rumah dan memberitahu awak tentang ini. Masa saya lari itu, saya nampak Nanon terbaring di tanah dengan... dengan darah.... Saya mahu menyelamatkan Nanon tetapi tidak sempat kerana lelaki berhoodie itu kembali berlari ke arah saya. Saya terus pergi dari situ dan yahhh... Saya hanya menggunakan larian dengan kedua kaki saya untuk sampai di kondominum " Phuwin menghela nafas panjang. Dia menunduk, memandang jari-jemari nya yang meramas-ramas jari-jarinya Pond. Dia berasa sangat bersalah kepada Nanon saat ini.
Pond senyum nipis dan mengusap kepala Phuwin seperti melayan budak kecil.
" Jangan risau. Nanon selamat " ucap Pond dengan perlahan.
Mata Phuwin membesar, " Nanon selamat ? Seriously ? Bagaimana ? Siapa yang selamatkan Nanon ? " tanya Phuwin bertubi-tubi. Perasaan ingin tahu membuak-buak dalam dadanya.
" Pawin.. Pawin ingin pulang ke rumah dan dia perlu melalui jalanan persimpangan itu dan dia nampak Nanon. First time, Pawin ingatkan Nanon sudah mati kerana di sekeliling Nanon ada darah tapi Pawin masih mendengar bunyi suara Nanon membuatkan Pawin tahu yang Nanon masih hidup. So, Pawin membawak Nanon untuk menjalankan rawatan di hospital saya " beritahu Pond dengan terperinci.
Phuwin diam. Apakah Pawin seorang lelaki yang baik ?
" Di mana Nanon ? Saya mahu berjumpa dengannya " pinta Phuwin, memandang mata Pond dengan pandangan mengharap.
Pond senyum dan mengangguk.
Pond membawak Phuwin ke wad di mana Nanon dirawat. Sampai sahaja di hadapan pintu, Pond membuka benda persegi warna putih itu dan menampakkan dalamannya yang tenang.
Phuwin melangkah masuk dan dia duduk di kerusi tepat di sisi katil Nanon. Pond meninggalkan Phuwin dan Nanon berduaan kerana dia masih ada kerja yang perlu dilakukan.
Phuwin memandang wajah Nanon yang pucat. Di kepala Nanon terbalut bandage warna putih dengan ada beberapa tompok warna merah.
" Nanon... " panggil Phuwin, memegang tangan Nanon yang lemah.
Kelopak mata kecoklatan itu terbuka bila mendengar ada seseorang memangil namanya. Dia menoleh ke kiri dan bibir kering nya mengukirkan senyuman nipis.
" Eh Phuwin.. Kau macam mana ? Sihat ? Ada apa-apa yang sakit ke ? " tanya Nanon bertalu-talu.
" Aku okay. Kau ? Bagaimana dengan kau ? "
" Aku okay je tapi kepala masih sakit lah. Kau baru bangun ke ? " tanya Nanon, memandang siling bilik.
" Hmm.. Kau dah lama terbangun ke ? " tanya Phuwin dengan kening terangkat tinggi.
" Pukul 6:30 tadi... " jawap Nanon dengan suara yang perlahan.
" Nanon, aku nak berterima kasih kepada kau sebab kau dah selamatkan aku. Terima kasih sangat-sangat. Aku minta maaf sebab aku ada tuduh kau. Maafkan aku " ucap Phuwin dengan suara yang lirih. Perasaan bersalah sungguh besar di dalam dirinya.
Nanon tersenyum dan menggeleng, " Tak apa. Aku yang nak menolong kau. Jadinya ini bukan salah kau kalau aku masuk dalam hospital. Aku belum mati lagi " kata Nanon dengan suara yang mendatar, tiada perasaan.
Phuwin hanya mengangguk.
Suasana hening seketika. Hanya bunyi jam memenuhi segenap ruangan warna putih itu.
" Hmmmm.. Nanon... " panggil Phuwin.
" Hmmm ? " gumam Nanon, merespon panggilan Phuwin dengan singkat.
" Kenapa kau melibatkan diri kau di dalam masalah aku ? Kau tak ada apa-apa kaitan pun di dalam hidup aku. Siapa kau ? " tanya Phuwin dengan pandangan mata yang mulai mengecil, melihat Nanon dengan pandangan menyelidik.
Nanon menutup matanya dengan helaan nafas panjang.
" Suatu hari nanti, kau akan tahu. Belum masanya kau mengetahui semua ini " ucap Nanon dengan datar.
" Ha ? Apa yang kau sorokkan dari aku ? Bagitahu lah aku " pinta Phuwin, sedikit mendesak kerana Nanon tidak mahu mengikuti kemahuannya.
" Suatu hari nanti, kau akan tahu. Tunggu sahaja " kata Nanon, mengulang ayat yang sama.
Nanon menutup matanya, pura-pura tidur supaya Phuwin berhenti menanyakan pelbagai soalan.
Phuwin menghela nafasnya dan dia menyandarkan tubuhnya di kerusi. Dia memicit-micit kepalanya yang semakin sakit memikirkan siapa Nanon.
Kenapa Nanon menolongnya ?
Siapa Nanon ?
Phuwin memandang siling dan masa itu, helaan nafas yang panjang keluar dari hidung mancung nya.
YOU ARE READING
Strawberry and Cigarettes ( S2 )
RomanceAda seseorang memerhatikannya membuatkan dia hidup di dalam ketakutan dan berhati-hati bersama pasangannya yang melindunginya