"Tolongin Tante, Deana. Setiap malem Tante diganggu sama setan. Padahal Tante udah nyuruh orang pinter buat ngusir setan-setan yang ada di rumah ini, tapi mereka nggak pergi."
Wanita berdaster motif bunga itu terus merengek pada Deana. Kebetulan cewek itu lewat di depan rumah tetangganya—Tante Rini. Mau tak mau Deana mampir. Dari halaman rumah yang cukup luas ini, Deana dapat melihat mereka yang sangat banyak.
"Satu, dua, tiga ... banyak!" teriak Deana mengagetkan Rini yang sedang meratapi nasibnya hidup berdampingan dengan hantu di rumahnya.
"Rumah Tante kayaknya jadi penampungan setan terlantar, deh. Aku hitung ada 50 lebih setan yang nangkring di sini."
Rini meringis mendengar ucapan Deana. "Serius kamu? Kalau gitu usir mereka semua, Tante takut."
Tanpa takut Deana perlahan melangkah dan diikuti oleh Rini di belakangnya. Wanita berumur 25 tahun itu was-was ketika sudah sampai di dalam rumahnya sendiri.
Raut Deana datar. Dari ruang tamu, ia dapat melihat semua hantu berbagai macam bentuk dan rupa. Ada anak kecil, pocong, kuntilanak, genderuwo, dan ada juga hantu yang wajahnya rusak dipenuhi darah dan belatung
Deana mendongak untuk melihat lantai dua rumah ini. Di sana dominan dihuni oleh sosok tua perempuan dan laki-laki. Ada juga hantu remaja yang menurutnya tak menggangu.
"Woy!"
Lagi-lagi teriakan Deana mengejutkan Rini. Ia sangat bingung kenapa tetangga kompleknya itu hobi teriak.
Para hantu yang sedang sibuk masing-masing mengarahkan pandangannya ke Deana. Raut mereka berubah menjadi tegang, bahkan ada yang ketakutan dan memilih langsung pergi.
"Siapa dia? Kenapa teman-teman kita pada kabur?"
"Kenapa dia di sini? Saya takut, saya mau langsung pergi saja daripada diusir sama dia."
"Dia anak yang diceritain Mbak Kunti itu?"
"Iya! Dia ngusir setan di rumah sebelah. Dia juga mau ngusir kita dari sini!"
Tentu hanya Deana yang dapat mendengar ocehan mereka. Tampaknya namanya sudah terkenal oleh para kalangan hantu karena jadi pengusir hantu handal.
"Kalian semua." Deana menuding semua hantu dengan raut ganas. "Kalian semua pergi dari sini! Rumah ini bukan tempat penampungan hantu terlantar! Pergi!"
Teriakan Deana yang melengking membuat telinga hantu-hantu itu panas. Mereka melarikan diri menembus dinding dan atap. Seperti inilah Deana, tak perlu melakukan ritual heboh seperti di film yang pernah di tontonnya untuk mengusir hantu. Cukup berteriak dan memasang wajah ganas, para hantu sudah kabur begitu saja.
"Udah, Tan." Deana berbalik menatap Rini yang masih sembunyi di belakangnya. "Mereka semua udah pergi."
Rini memasang raut curiga. "Beneran? Jangan bohong kamu!"
"Beneran! Ngapain aku bohong?!" Deana meninggikan nada suaranya. Semua orang yang ditemuinya untuk minta tolong mengusir hantu, pasti menganggap Diana bohong karena memang sesimpel itu.
"Kalau nggak percaya, lihat aja sendiri." Dengan cepat Deana menutup mata Rini dengan kedua tangannya. "Aku bukain mata batin Tante biar lihat rumah ini bersih dari para hantu."
Rini langsung mundur. Ia tak mau mata batinnya dibuka. Bisa-bisa Rini gila hidup seperti Deana yang bisa melihat hantu yang menyeramkan.
"Nggak-nggak! Tante percaya, kok," ucap Rini disertai kekehan ringan.
"Oke kalau begitu." Tanpa malu Deana mengulurkan tangannya di depan wajah Rini. "Upahnya mana?"
"Upah?" Dahi Rini berbentuk gelombang. "Upah apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo tapi Konyol
Historical FictionMenjadi seorang indigo tak membuat Deana Catarina keberatan. Justru ia sangat senang mendapat kelebihan yang menurut orang menakutkan. Deana bisa dapat cuan setelah menjadi pengusir hantu di rumah orang. Diana pun bisa mendapat hantu yang layak dij...