"Hayo! Mau kemana lo?!"
Kedatangan Reval mengagetkan Deana yang terburu-buru. Cowok itu sedang nongkrong bersama dua temannya dekat dengan taman belakang sekolah terbengkalai.
Reval yang sedang duduk dan menikmati rokoknya pun berdiri. Ia menghadang Deana agar tak lari.
"Minggir!" ancam Deana. Tingginya jauh berbeda dari Reval membuatnya mendongak. "Gue buru-buru! Kalau mau nanya kenapa gue bisa sembuhin Allendra nanti aja!"
"Eh! Stop!"
Baru dua langkah, Deana dihentikan lagi oleh Reval. Cowok itu membuang sisa rokok dan menginjaknya. Sedangkan Aksa dan Alan memilih diam saja.
"Gue buru-buru!" sentak Deana karena Reval malah diam saja dan menatapnya dengan intens.
Raut garang Reval berubah dalam sekejap. Cowok itu merendahkan tubuhnya dan berlutut di depan Deana.
"Tolongin gue! Please, tolongin gue!" mohon Reval.
"K-kenapa? L-lo kenapa?" ucap Deana gugup. Apalagi melihat Aksa dan Alan ikut menatapnya.
"Si Reval ketempelan setan dari semalam." Bukannya Reval yang menjawab, tetapi Aksa. Ia berdiri dan diikuti Alan yang masih sibuk makan cilok.
Reval merasa malu. Sial, padahal ia ingin mengatakannya baik-baik tanpa menginjak harga dirinya. 'Kan nggak lucu badan gede takut sama setan.
"Lo bisa lihat setan, 'kan?" Kini Alan ikut bicara setelah menelan cilok yang menghuni mulutnya. "Coba lo lihat setan, demit, atau jurig apa yang nempel di tubuh bencong ini."
"Anjing!" umpat Reval. Hilang sudah harga dirinya. Ia berdiri karena terlalu lama berlutut, Deana tak menggubrisnya malah mendengarkan dua temannya.
Deana melirik Reval, dan beralih lagi ke Aksa dan Alan. Cewek itu membasahi bibirnya beberapa kali karena bingung mau menjawab apa.
"Iya! Gue bisa lihat setan!" jawab Deana. Percuma ia menutupi kelebihannya, satu sekolah sudah tahu kalau ia seorang indigo.
"Nah, kalau gitu setan apa yang nempel sama Reval?" Aksa menuding temannya itu yang pura-pura berani. "Itu anak dari semalam rewel mulu, gue sama Alan sampai nginep dirumahnya karena takut diganggu setan."
Tak kuasa menahan tawanya, akhirnya Deana kelepasan. Perutnya sampai melilit karena tak bisa membayangkan seperti apa Reval jika ketakutan. Deana tahu Reval adalah sosok berandal putra dari Pak Bayu yang kenakalannya bikin orang lain mengelus dada. Tapi ternyata di balik semua itu Reval penakut?
"Pantas dijuluki bencong sama teman-temannya," batin Deana yang masih tertawa.
"Gue minta tolong lo, De." Suara Reval menghentikan tawa Deana. Cowok itu terlihat serius, beda dengan kedua temannya yang mau ikut tertawa tapi masih ditahan dari tadi.
"Ada yang aneh dari semalam. Bahu gue berat banget, kaya ada yang nempel." Reval menepuk bahunya yang masih terasa berat sampai sekarang. Padahal ia sudah menghabiskan beberapa lembar koyo cabai untuk ditempelkan di bahunya, tetapi tak mempan untuk melawan rasa berat itu.
Deana memfokuskan pandangannya pada cowok itu. Suasana berubah menjadi aneh, Aksa dan Alan pun jadi ikut merinding karena sudah satu menit lebih Deana diam saja.
Napas Deana menjadi cepat. Rasa takut merebut keberaniannya. Ia mundur dengan langkah kecil agar tak dekat dengan Reval. Ralat, sosok yang menempel pada kakak kelasnya itu.
"Ada apa, De?" tanya Aksa dan Alan bersamaan. Mereka hendak mendekati Deana. Reval yang merasa tak beres pun ingin melakukan yang sama.
"Jangan dekati gue!" teriak Deana. Bukan Reval yang ditakutinya, tetapi sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo tapi Konyol
Historical FictionMenjadi seorang indigo tak membuat Deana Catarina keberatan. Justru ia sangat senang mendapat kelebihan yang menurut orang menakutkan. Deana bisa dapat cuan setelah menjadi pengusir hantu di rumah orang. Diana pun bisa mendapat hantu yang layak dij...