Prolog

405 111 116
                                    

Hi! Call me Ama🐱

Jangan lupa kasih ⭐ and komentarnya 💬 ya guys... thank you^^




"Anjir, ngapa lo pada ngejar gue!?" pekik Rora, berlari kencang.

Rora berlari kencang menghindari dua orang preman berbadan besar yang mengejarnya. Wajah Rora dipenuhi dengan beberapa lebam karna cewek itu baru terlibat perkelahian di arena balapan karna tak terima jika motornya diambil oleh pemenang yang curang.

Awalnya Rora berjalan sambil misuh-misuh kesal saat mengingat dirinya dicurangi saat balapan hingga motornya jadi korban. Tapi disisi lain ia juga senang karna bisa melampiaskan kemarahannya pada lawannya yang curang itu yaitu dengan memukulinya. Rora sempat kena pukulan diwajahnya beberapa kali, tapi Rora tidak peduli.

Rora yang masih kesal terus menggerutu hingga akhirnya ada kaleng bekas coca cola tergeletak ditrotoar menghalangi jalannya, Rora langsung menendang kaleng itu hingga kaleng coca cola itu terbang dan mengenai kepala botak preman yang tengah duduk bersantai bersama temannya. Sontak preman botak itu tak terima karna kepalanya sedikit benjol. Ditambah Rora yang mengata-ngatai preman botak itu.

Flashback

"Woy! Sialan siapa yang lempar kaleng ini ke gue?!" pekik preman itu.

"Aduh bang, sorry gue gak sengaja," ujar Rora menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"Sialan lo! Ganti rugi gak?!"

"Hah? Apa yang mau gue ganti bang? Lo kan gapapa," jawab Rora dengan watados.

"Lo gak liat?! Muka gue yang ganteng jadi benjol?!" sentak si botak.

"Hilih! Masa benjol? Dan apa? Ganteng? Anjir bang, dimana letak gantengnya? Udah botak, codet, item, gendut, kucel, mana pasti bau lagi,"

"Bang, mending lo mandi sana. Biar gak kucel terus wangi, jangan lupa skincare-ran sama luluran supaya glowing."

"Sekalian lo beli rambut palsu juga bang, biar kepala lo gak silau kalo kena panas," Rora tertawa saat melihat pantulan lampu dikepala preman botak itu yang kinclong.

"Nah kalo yang satunya lagi, mending lo ganti warna rambut. Itu rambut udah kayak tai tau gak?"

Preman botak itu yang merasa tak terima Rora mengata-ngatainya langsung berjalan mendekat. "Sialan nih bocah! Malah ngehina."

"Kejar, Bor." ujarnya pada temannya.

Rora yang melihat itu langsung was-was. "Weh! Weh! Apaan?!"

Ya. Seperti itulah kejadiannya hingga akhirnya Rora dikejar seperti buronan yang kabur dari penjara.

"Berhenti lo bocah bau kencur!" pekik si botak.

"Sial! Mau sampai kapan kalian kejar gue?!"

Rora terus berlari saat melihat ada gang kecil, Rora langsung berlari kearah gang itu. Keringat sudah bercucuran diwajah cantiknya. Namun sekuat tenaga Rora berlari kencang mengeluarkan jurus Naruto-nya.

Rora mengacak rambutnya prustasi saat melihat jalan buntu didepannya, Rora melihat sekitar mencari sesuatu yang bisa ia pakai untuk bersembunyi tetapi Rora hanya melihat bak sampah yang penuh dan beberapa kresek sampah yang menumpuk didekat bak sampah itu.

"Aish! Sial! Sial!" umpatnya.

"Kemana lo bocah?!"

Rora semakin panik saat mendengar suara preman itu lagi, Rora melihat benteng dibelakangnya, Rora terus berpikir apa ia harus memanjat benteng ini saja? Tapi bagaimana jika preman itu keburu menemukannya?

Rora terus berpikir hingga akhirnya ada seorang cowok datang dan menyenderkan badan Rora kedingding rumah kemudian memakaikan jaket ditubuh Rora.

Rora membulatkan matanya saat melihat cowok didepannya. "Razvan?"

Razvan. Cowok itu hanya menatap datar Rora, namun saat mendengar teriakan dari preman yang mengejar Rora, Razvan langsung menempelkan ibu jarinya dibibir mungil Rora kemudian mencium jarinya sendiri yang ia tempelkan dibibir Rora.

Mata Rora kembali membulat saat melihat perlakuan Razvan. Kedua netra mereka saling bertubrukan. Ini pertama kalinya Rora melihat Razvan tidak menggunakan kacamata dan ternyata tatapan mata Razvan lebih tajam tanpa kacamata. Rora dengan tatapan kagetnya dan Razvan dengan tatapan datarnya.

"Woy!" preman itu menghentikan langkahnya saat melihat gang kecil.

"Sialan!" umpat dua preman itu bersamaan saat melihat dua orang remaja berbeda jenis kelamin yang seperti tengah berciuman.

"Woy! Kalo mau mesum jangan ditempat sampah kayak gitu! Gak punya duit lo buat pesen kamar?!" teriak preman berambut kuning terang, tertawa mengejek.

"Ck udah lah, Bor. Biarin aja, kita cari lagi tuh bocah tai, masih daerah sini kayaknya," ujar si botak. Dan kedua preman itu akhirnya pergi menjauh.

Razvan menjauhkan wajahnya dan posisi tubuhnya dari Rora. Lalu dimenit berikutnya terdengar suara suara dari seorang anak kecil perempuan berumur lima tahun berlari kearah mereka.

Anak kecil itu memeluk kaki Rora yang membuat sang empu tersentak kaget. Apa lagi saat mendengar panggilan anak kecil itu yang sepertinya akan membuat jantung Rora melompat.

"Mama, Mala kangen sama mama," ucap gadis kecil itu.

Deg

Apa?! Mama?! Sejak kapan gue punya anak?! Pekik Rora dalam hatinya.










RORAZVAN: Mom Is a Badgirl (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang