"Tidak ku sangka kau akan menyelamatkannya"ucap seorang pria dengan jubah hitam elegan sambil memainkan gelas berisi wine ditangannya.
"Lalu,membiarkannya mati begitu saja?.Aku tidak sebodoh membuat rencana kita berantakan"balas pria lainnya dengan seringai.
Di dalam ruangan mewah dengan ornamen kuno dua pemuda itu tengah menikmati segelas wine.Aura menyeramkan terpancar dari keduanya.
"Kuta berada satu langkah didepan tua bangka itu.Bahkan sampai sekarang mereka belum menemukan keberadaan bocah itu"
"Setelah ini,apa rencana selanjutnya?"
"Tentu saja sesuai rencana awal,mengorbankan bocah itu saat malam kebangkitan"
....
Gelap
Itu yang Renjun lihat.Tidak ada apapun disekitarnya selain kegelapan sepanjang mata memandang.
Renjun tidak tau sekarang berada dimana.Berlari kesana kemari tidak menemukan jalan keluar.Lalu tiba tiba angin kencang mengenainya.Dalam sekejap mata Renjun sudah berada di dalam ruangan mewah dengan ornamen kuno namun elegan.Disana juga dia bisa melihat sepasang laki laki yang tengah tersenyum sambil memandang bayi di gendongan salah satunya.
Renjun mencoba mendekat untuk melihat lebih jelas.Namun dimatanya wajah mereka malah buram.Ditengah rasa heran yang Renjun alami dia justru dibuat familiar dengan wajah bayi mereka.
Setelah diamati bayi itu mirip dengannya saat masih kecil.Namun bedanya bayi itu memiliki warna rambut two town berbeda dengannya yang hitam keseluruhan.
Renjun terus memandang mereka.Bagaimana cara mereka memandang anak mereka,memberikan perhatian.Jujur saja Renjun merasa sedikit iri.Sungguh beruntung bayi itu,memiliki orang tua yang begitu menyayanginya.Berbeda dengannya yang bahkan tidak tahu rupa dan nama orang tuanya.
Ditengah kebahagiaan keluarga kecil itu,mereka tiba tiba dikejutkan dengan suara gaduh yang ada di luar kamar.Begitupun dengan Renjun yang langsung tersadar dari lamunannya.
Sang dominan yang merasakan adanya bahaya langsung mengamankan pasangan dan anaknya.Namun sebelum pergi pintu tiba tiba terbuka dengan keras disusul sekelompok orang berjubah memasuki kamar.
Bisa renjun rasakan ketegangan yang sedang terjadi.Lalu saat serangan terjadi Renjun mencoba menghalau namun dia sadar dia hanyalah bayangan yang tidak bisa dilihat dan dirasakan.
Sang dominan bisa memukul orang orang itu mundur.Memaksa mereka keluar dan menghadapi mereka jauh dari keluarganya.Dia pikir itu bisa menjauhkan bahaya dari mereka.
Namun dia tidak sadar justru meninggalkan mereka bersama bahaya itu sendiri.Setelah semua orang pergi dam menyisakan ibu dan bayinya sendiri.Seorang pria bertopeng datang disertai serangan yang membabi buta.
Dengan sekuat tenaga sang ibu berusaha menghindar untuk melindungi bayinya.Dengan sekuat tenaga dia balik menyerang dengan mantra mematikan.Namun naas,salah satu mantra musuh berhasil mengenainya.Membuatnya terpental sehingga bayinya terlepas dari dekapannya.
"Tidakk!!"teriak Renjun berusaha meraih bayi itu.Namun sekeras apapun dia berusaha bayi itu tetap terhempas menghantam lantai dengan keras.
"Tidakkk,Rainn!!"dengan susah payah sang ibu merangkak mendekati bayinya yang sudah tidak bergerak.
"Rain,tidak.Bangun sayangku hiks.Jangan tinggalkan papa"lirihnya.Berusaha membangunkan anaknya.Namun anaknya yang terluka parah tidak memberi respon apapun meski masih bernafas walaupun sangat lemah.
"Siapa kamu.Kenapa kamu menyerang keluargaku"tanyanya penuh marah pada pria bertopeng.
Namun hanya tawa jahat yang dia berikan.Renjun yang melihat semua itu hanya bisa terdiam tanpa bisa menolong.Rasanya dia sangat tidak berguna karena hanya bisa melihat.
"Siapa aku itu tidak penting.Baekhyun yang malang.Seharusnya kau terus berada di pihak putih.Namun justru kau malah berkhianat bahkan memiliki anak bersama musuh besarmu sendiri"
"Jadi karena itu.Aku mengerti sekarang,siapa dalang dari semua ini.Lalu musuh siapa,bukankah kalian yang menganggap kami musuh.Aku tidak berkhianat pada siapapun karena aku bukan hitam maupun putih.Justru kalian yang jahat disini!"ucapnya
"Aku hanya mengembalikan semuanya ke tempat yang seharusnya.Dan menghancurkan iblis itu sebelum dia bisa menguasai segalanya"ucap pria bertopeng.
Dengan berlinang air mata dia mendekap anaknya dengan erat.
"Kalian yang iblis.Keserakahan kalian akan menghancurkan diri kalian sendiri.Aku bersumpah,kalian akan membayar untuk semua ini.Entah itu ditangan suamiku,putraku atau siapapun itu.Kalian akan hancur,kehilangan segalanya dan juga harga diri yang kalian bangga banggakan itu.Kalian akan membayar rasa sakit anakku akhir hidup kalian"sumpahnya diiringi dengan petir yang menyambar.
Lalu ditatapnya tubuh kecil anaknya.Dengan sisa kekuatan yang dia punya dia mengeluarkan sesuatu dari tangannya.Cahaya biru muncul membentuk sebuah mutiara kristal yang merupakan inti kehidupannya.
Dia tidak bisa membiarkan anaknya mati begitu saja.Rainnya harus tetap hidup.Meskipun dia yang akan mati.
Dengan sihir dia memasukan inti kehidupannya ke dalam tubuh anaknya.Setelah selesai,nafas bayi itu mulai teratur,tidak lemah seperti sebelumnya.
Tidak lama kemudian tangisan bayi itu mulai terdengar bersamaan dengan luruhnya tubuh sang ibu.
Malam itu satu nyawa melayang dengan cara yang begitu tragis.Dengan tangisan anaknya yang mengiringi nafas terakhir sang ibu yang direnggut dengan cara yang begitu kejam.
"Tidak"
"Jangan"
"Akhhhhh!!"
Renjun terbangun di dalam kamarnya sendiri.Dengan nafas yang tidak beraturan disertai keringat.
Mengusap wajahnya frustasi dia lalu meraih botol minumnya dan meneguk air yang di dalamnya hingga tinggal setengah.
Mimpi itu lagi.Entah sudah berapa kali dia memimpikan mimpi yang sama,dan selalu berakhir seperti sekarang.
Jujur saja Renjun dibuat stres karena mimpi itu.Karena pasti setelah ini dia tidak akan bisa tidur sampai pagi.Sejujurnya dia juga heran,sudah kesekian kali dia mendapat mimpi yang sama berulang kali.Sebenarnya apa yang terjadi padanya,dan juga siapa mereka,kenapa Renjun tidak bisa melihat wajah mereka.
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku.Siapa mereka?"ucapnya bertanya tanya.
Wei kembali.....
Sedikit dulu ya untuk hari ini
Klaten,17 september 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Darkness
FanfictionHuang Renjun,pemuda yatim piatu yang hidup sendiri setelah memutuskan keluar dari panti asuhan yang menjadi tempatnya tumbuh dari kecil hingga berusia enam belas tahun. Berbekal uang tabungan yang dia kumpulkan dan juga peninggalan kedua orang tuany...