01. keluarga

198 23 4
                                    

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
Hyuuga

Berada seruangan dengan ibunya adalah hal yang tidak disukai Hinata sedari belia, apalagi harus berada di kantor polisi karena kesalahannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berada seruangan dengan ibunya adalah hal yang tidak disukai Hinata sedari belia, apalagi harus berada di kantor polisi karena kesalahannya sendiri.

Sialan Sasuke, beneran ngajak pacaran di penjara.

Ekor matanya melirik ke arah Sasuke yang nampak santai-santai saja walaupun disebelahnya ada Paman Fugaku dan Bibi Mikoto. Bahkan Sasuke masih sempat menorehkan kedipan untuknya.

Hinata mendecih, tak menyangka omongan Sasuke yang seperti tong kosong nyaring bunyinya ternyata benar terjadi.

"Apa yang anak kalian lakukan itu melanggar ketertiban lalu lintas."

Tiba-tiba telinganya mendengung, ucapan salah satu aparat kepolisian lalu-lintas seakan menciutkan nyalinya.

"Melakukan pawai tanpa izin dianggap ilegal, apalagi belum ada surat izin mengemudi."

Hinata mengepalkan tangan mencoba menetralisir rasa gugupnya, pikirannya berkelana tentang apa yang akan ibunya lalukan untuknya sebagai hukuman.

"Jadi, sebagai bentuk peringatan agar kejadian ini tidak terulang kembali, kami wajibkan untuk Uchiha Sasuke dan Hyuuga Hinata melakukan wajib lapor selama seminggu kedepan dengan didampingi wali masing-masing."

Hembusan nafas ibunya terdengar di telinga Hinata, takut-takut ia menoleh untuk melihat ekspresi apa yang ibunya perlihatkan, "Saya tidak ada waktu untuk mendampingi anak saya, kenapa anda tidak pilih denda sebagai penyelesaian masalah?" Ibunya bersuara, menyampaikan ketidak-sukaannya pada keputusan tersebut.

"Ini bukan soal uang nyonya Hyuuga, saya paham kalian mampu jika harus bayar berapapun untuk menyelesaikan masalah, tapi itu tak bisa memastikan anak kalian tidak akan mengulanginya."

"Anak saya itu anak yang taat aturan, Hinata bahkan tidak bisa menaiki motor sendiri," Hinata kemudian melihat ibunya menunjuk Sasuke, "anak Uchiha itu yang sudah mengajak Hinata melakukan kesalahan."

"Jangan hanya menuduh Sasuke karena ia yang mengemudi," terdengar suara Bibi Mikoto yang menyahut, "tanyai saja Hinata, ide siapa yang mengajak Sasuke keliling kota." Baik Bibi Mikoto dan Ibunya saling menorehkan pandang.

"Jika anakmu tak mengajak Hinata berpacaran, semuanya tidak akan terjadi."

"Memangnya siapa yang suruh Hinata menerima Sasuke?"

Tidak ada, jika Ibunya tau Sasuke menembaknya pun, Ibunya pasti akan marah, memastikan jika Hinata tak menerimanya.

"Diajari apa anak anda, masih ingusan main cinta-cintaan." Ibunya berujar sengit, ditatapnya penampilan Sasuke dari atas ke bawah dengan pandangan mencemooh.

Sasuke yang sedari tadi diam pun mulai angkat bicara, dihentikannya niat Bibi Mikoto untuk berdiri dengan memegangi pergelangan tangannya, "kalian tidak perlu mendampingiku dan Hinata untuk wajib lapor ataupun membayar denda, biarkan saja, aku sama Hinata udah sepakat untuk pacaran di penjara."

Stres berat, Hinata berniat untuk menempeleng kepala Sasuke saat itu juga.
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

• Uchiha

Sasuke berdiri di depan mobil ayahnya, menunggu Hinata yang masih berada di dalam kantor polisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasuke berdiri di depan mobil ayahnya, menunggu Hinata yang masih berada di dalam kantor polisi. Untuk hasil mediasi dari pelanggaran yang Sasuke dan Hinata perbuat, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kunjungan amal di panti asuhan Konoha minggu depan.

Baik usulan pihak kepolisian, usulan Bibi Hikari, dan usulan Sasuke sendiri-pun tidak ada yang diterima.

"Ngaco kamu, bunda jika jadi Hinata gak bakal mau pacaran di penjara," ucap Ibunya yang saat itu menjadi satu-satunya orang di ruang mediasi yang memberi respon. "Iya kan, Hinata?"

"Iya Bunda." Hinata menjawab dengan kikuk.

Menghembuskan nafasnya, Sasuke mencoba menghilangkan rasa lelah menunggu. Bingung juga ia, kenapa Hinata tak kunjung sampai di parkiran. Ibunya juga sudah beberapa kali menyarankan untuk besok saja di sekolah tentang apapun yang Sasuke akan bicarakan dengan Hinata, namun rasanya Sasuke tak rela harus menunggu esok.

Sejenak kemudian, dari arah kanan jalan pandangan Sasuke menemukan keberadaan Hinata yang sedang berjalan ke arah parkiran dengan Bibi Hikari. Dengan berlari Sasuke menghampiri, "Hinata!" panggilnya, "bisa bicara sebentar?"

Hinata tampak ragu, ia kemudian melirik arah Bibi Hikari meminta persetujuan, namun belum sempat Bibi Hikari setuju Sasuke sudah lebih dulu menggandeng tangan Hinata dan membawanya menjauh.

"Lo berani banget, Sas." Ujar Hinata padanya, "Mamah bakalan marahin gue nanti."

"Kalo mamah lo marahin lo, balik marahin."

"Omong doang gampang."

Mereka berhenti di samping pohon berukuran besar, menggunakan ukurannya untuk menyembunyikan diri.

"Bunda sama ayah udah setuju kalo kita pacaran, tinggal mamah lo aja nih, soalnya papah lo juga diem aja tuh dari tadi." Sasuke berujar, diliriknya tempat Bibi Hikari berada, masih setia menunggu Hinata.

"Iyalah papah gue diem aja, lo gimana si, orang tadi papah nggak ikut."

"Masih dinas?"

"Gak tau tuh, di rumah selingkuhannya kali."

"Hus, ngomongnya," Sasuke mengingatkan, "gak boleh gitu sama papah sendiri."

"Bodo deh," Hinata acuh tak acuh, dilihatnya Sasuke yang belum juga menyampaikan tujuan mengajaknya berbicara, "lo sebenernya mau ngomongin apa?"

"Lo deg-degan nggak?"

"Hah," Hinata mengerutkan dahi, agak bingung maksud Sasuke bertanya demikian.

"Itu tadi, lo deg-degan nggak?" Tanya Sasuke lagi, "kalo lo deg-degan coba deh nanti biasain rasanya gimana, soalnya nanti bakal banyak kejadian yang nggak sesuai sama keinginan Mamah lo dan lo pasti bakalan kena omel, tapi gue jamin gak bakalan kelewatan." Sasuke dengan serius menjelaskan, memandangi Hinata yang nampak seperti berfikir.

"...."

"Santai aja," ujar Sasuke lagi, "besok kita berangkat bareng ke sekolah, kalo Mamah lo gak ngebolehin, kabur aja, ya."

Dan setelahnya, Hinata tersenyum, mengangguk padanya pertanda setuju.

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang