8

2 1 0
                                    

POV Riski

Aku mematung di depan lemari dengan tumpukan pakaian yang terlipat rapi. Hari ini aku akan menghadiri acara ulang tahun salah satu adik tingkat.

Sebenarnya tidak ada niat untuk pergi ke sana, tetapi Keyyen dan Samuel memaksaku. Apalagi Tyo yang ingin bertemu para cewek cantik berlapis make up. Sudahku bilang berulang kali jangan berpacaran, tapi ia hanya membalas dengan cengengesan. Ah biarlah. Bukan salahku jika nanti dia masuk neraka.

Aku mematut diri di depan cermin besar. Melihat bayangan yang sangat keren dan tampan, aku berdecak. Mengapa pula aku berpenampilan seperti ini hanya untuk acara tidak penting itu. Tapi pakaianku di lemari tidak ada satu pun yang jelek, semuanya rata-rata masih baru.

Bagaimana ini? Apa aku tidak hadir saja?

Aku duduk di tepi kasur, menimbang. Satu menit, dua menit berlalu. Tiba-tiba ponselku berdering. Kulihat Keyyen mengirim pesan WhatApps, mengabari bahwa dirinya dan Samuel berada di depan rumah.

Aduh! Ngapain pula mereka pada ke sini? Padahal aku sudah berniat untuk tidak pergi.

"Yuhuuu! Keyyen yang paling kerren datang!"

Aku sudah hafal sekali dengan mantra itu yang tidak pernah ketinggalan jika Keyyen bertamu.

Dua sosok yang merupakan temanku semenjak di sini muncul di balik pintu. Keyyen terlihat tampan dengan stelan gaya khasnya. Tapi kurasa wajahnya masih jauh di bawahku. Aku tampannya masya Allah dan dia tampan biasa aja.

Di belakang Keyyen, ada Samuel dengan tubuh jangkungnya yang menjulang. Lelaki itu seperti biasa, selalu memasang wajah serius. Walaupun sebenarnya dia tidak ada serius-seriusnya. Orang lain yang tidak mengenalnya pasti akan terkecoh. Aku salah satu korban si Jangkung menjulang itu.



"Yuk berangkat!" Ajak Keyyen dengan semangat.

Sedangkan aku tidak beranjak dari tempat. Keyyen berdecak dan menarik tanganku, tetapi tidak berhasil. Aku menahan badan. Dia meminta bantuan pada si Jangkung di pintu yang bersedekap memperhatikan kami.

Samuel membantu. Aku menyerah, kalah dengan kekuatan dua orang itu.

"Oke-oke! Biarkan gue ganti baju dulu!" Ujarku, membuat kening dua orang temanku berkerut.

"Emang kenapa dengan baju lo yang ini?" Samuel bertanya.

"Ini terlalu bagus untuk acara tidak penting itu," jawabku sembari memegang baju yang kukenakan.



Setelah menyetujui, dua orang itu keluar. Aku membuka lemari lagi, memperhatikan setiap detail pakaian di sana. Membongkarnya. Fix sudah kubilang ini semua tidak ada yang jelek.

Gedoran pintu terdengar beserta teriakan Keyyen. Ah anak itu sungguh tidak sabaran. Kucari lagi pakaian ke paling bawah hingga kutemukan kaus dan kemeja usang. Aku ingat ini bajuku saat tinggal bersama nenek, warnanya sudah pudar. Oke pakai ini saja lah. Kutarik kaus dan kemeja itu keluar lemari dan cepat-cepaf kukenakan.

Kulirik bayanganku di cermin. Ini saja masih terlihat tampan. Tapi tak apalah dari pada yang tadi terlalu keren sekali.

Kubuka pintu kamar. Hal pertama yang kulihat adalah tampang melongo Samuel dan Keyyen. Kenapa pula mereka macam tu? Aku menggeleng-gelengkan kepala sembari berjalan dan menuruni tangga.

"Nggak salah, Ki. Lo pake baju kek gini ke pesta?" Keyyen melontarkan pertanyaan ketika kami berada di bawah.

"Emangnya kenapa?" Aku menoleh pada orang yang mengekor di belakang. "Lo mau bilang kalo gue jelek pake baju ini?" Tanyaku dengan suara ketus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Impian yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang