01

40 0 0
                                    

Malam yang di guyur hujan tidak bisa meredamkan gejolak dalam hati pria berambut kuning keemasan itu, yang seharusnya dipenuhi tawa bahagia dan pelukan hangat kini dihadapannya justru tergeletak map coklat dengan isi di dalamnya adalah surat perceraian.

"A-apa makssudmu?" Tenggorokannya tercekik sehingga hanya 2 kata itu yang lolos dari bibir mungil yang sekarang bergetar menahan isakan meski air mata sudah lolos membanjiri pipi seputih awan itu.

"Hera hamil dan usia kandungannya sudah 6 bulan. Aku ingin kita bercerai, aku harus bertanggungjawab pada Hera."

Hancur, hancur sudah hati Zee ketika bukan hanya surat perceraian yang dia dapatkan tapi Michael yang berstatus suaminya yang sudah menjalin rumah tangga dengannya selama 5 tahun bahkan menanam benih di perut wanita lain.

"Ha ha,,,,, hiks,,, ha ha."

Zee rasanya ingin tertawa terbahak-bahak sampai pita suaranya putus ketika sebuah fakta yang menyakitkan harus dia terima.

Michael ikut merasakan sakit di ulu hatinya ketika melihat Zee begitu hancur dan itu disebabkan oleh dia sendiri, dia yang berstatus suaminya.

"Tanggungjawab? Lalu bagaiamana dengan anak kita? Brengsek!"

Michael terhenyak, apa katanya tadi. Anak kita? Zee hamil? Hamil? Dia mengandung buah hati Michael?.

"Apa yang kau katakan? Siapa yang hamil?" Michael dengan degup jantung yang sudah tidak beraturan semakin dibawa jatuh kedasar jurang yang tak berujung ketika telinganya mendengar jika Zee sedang hamil dan usianya sudah 2 bulan.

Hujan semakin mengguyur kota itu dengan lebat dan petir pun mulai menyambar-nyambar dengan kilatnya yang membuat mata ber kunang-kunang. Ruangan itu masih saja menampakan suasana suram seperti mendukung hujan yang berada di luar sana.

"Aku! Aku yang hamil dan itu adalah anakmu! Jika kau bertanggungjawab kepada orang yang kau hamili lalu bagaiamana denganku? Bagaiamana dengan anak kita?" Zee masih berusaha tegar ketika harus dihadapkan dengan takdir yang akan membawanya ke sebuah mimpi buruk.

"Gugurkan. Kandungannya masih 2 bulan kan? Gugurkan dan......."

Plak!

Suara tamparan menggema keseluruh ruangan itu, Zee sudah tidak lagi menahan amarahnya ketika Michael dengan seenaknya mengatakan jika dia harus menggugurkan kandungannya? Zee semakin ingin tertawa dengan kelakuan orang di hadapannya ini.

"AKU SUAMIMU DAN ANAK INI ADALAH ANAKMU! DENGAN SEENAKNYA KAU BILANG GUGURKAN!? APA KAU BAHKAN TIDAK MERASA KASIAHAN PADAKU KETIKA KAU TIBA-TIBA SAJA MEMINTA CERAI DAN KAU JUGA SUDAH MENGHAMILI ORANG LAIN LALU SEKARANG KAU MEMINTAKU UNTUK MEMBUNUH BAYI YANG BAHKAN BELUM TERDENGAR DETAK JANTUNGNYA!"

"LALU APA YANG HARUS KULAKUKAN! KANDUNGAN HERA SUDAH 6 BULAN DAN TIDAK MUNGKIN UNTUK AKU MENINGGALKANNYA! JADI SATU-SATUNYA ADALAH AKU MEMILIH ANAK YANG SUDAH MEMBESAR DI PERUTNYA!" Michael pun ikut terbawa emosi dan berteriak.

"Bajingan! Brengsek! Kau brengsek Michael! Jadi maksudmu kau menyuruhku untuk membunuh janinku sendiri karna dia masih kecil? Karna dia masih belum terlihat? Ha ha ha aku tidak tau jika kau se brengsek ini!"

Michael tau dia salah dan kesalahan yang dia perbuat kali ini tidak bisa menemukan opsi lain tapi seharusnya Zee bisa mengerti jika dia tidak mungkin mengurus anak yang ada dalam perut Zee ketika dia sudah mempunyai calon anak dari wanita yang dia cintai.

"Kita bercerai dan aku tidak akan pernah menggugurkan kandunganku. Lagipula mulai detik ini, ini adalah anakku bukan anak mu apalagi anak kita. Aku harap kau bahagia dengan wanita yang kau pilih."

IT'S ALWAYS YOU (BL)Where stories live. Discover now