Chapter 62

229 12 4
                                    

Kelopak mata dihiasi bulu mata lentik itu perlahan-perlahan terbuka. Pandangannya kabur dengan suasana yang samar-samar diterangi cahaya mentol.

Dia di mana ini ?

Phuwin memandang sekeliling dengan kerutan di dahi. Kepalanya berdenyut-denyut sakit. Kedua tangannya diikat di belakang tubuhnya membuatkan dia kesusahan mahu bergerak.

" Akhh " ringis Phuwin bila dia menggerakkan kakinya. Dia melihat buku lalinya yang terluka kerana dikorek dengan pisau oleh Chimon.

Phuwin berdecit, " Bangsat Chimon ! "

Phuwin berusaha mendudukkan dirinya di atas lantai yang berdebu itu. Bauan yang memualkan memasuki rongga hidungnya membuatkan kerongkong Phuwin rasa kembang, ingin muntah.

" Aku dekat mana ni ? " gumam Phuwin sendirian. Dia mengelip-ngelip kan matanya, ingin memperbetulkan pandangannya yang masih kabur. Dia memandang sekeliling, mahu menyesuaikan suasana yang sungguh asing untuk nya.

Selepas matanya mulai terang, Phuwin menjerit kuat dan tubuhnya terus kebelakangkan dengan cepat. Tubuhnya menggigil teruk dengan wajah yang pucat tidak berdarah.

Di hadapannya saat ini, seorang perempuan tidak memakai sehelai benang di tubuh, tengah mengiring menghadap Phuwin. Mata perempuan itu terbeliak besar dengan mulut yang dimasukkan kain warna merah. Kedua tangan perempuan itu terikat di belakang badan dan tubuh perempuan itu berlumuran darah.

Apakah ia sudah mati ?

Phuwin menggigil melihat keadaan perempuan itu. Sungguh menakutkan dirinya. Apakah perempuan itu masih hidup ataupun sudah mati ? Phuwin menjulurkan kakinya ke hadapan dan dia menolak pinggang perempuan itu. Keadaan perempuan itu yang telanjang tidak dipedulikan nya. Dia hanya mahu tahu, apakah perempuan ini masih hidup ataupun sudah mati ?

Kakinya menolak pinggan perempuan itu. Perempuan itu tergolek tanpa bergerak walaupun sedetik. Phuwin cuba memberanikan dirinya, mendekati perempuan berlumuran darah itu dan dia mendekatkan wajahnya dekat wajah perempuan itu.

" Hey.. " bisik Phuwin dan dia dapat merasakan tiada nafas yang menyapa wajahnya.

Phuwin terduduk ke belakang bila mengetahui perempuan di hadapannya saat ini sudah tidak bernyawa. Perasaan takut menyelubungi jiwanya.

Siapa yang membunuh perempuan ini ?

Apakah itu Chimon ?

Ting ! Kting !

Bunyi besi sungguh nyaring memenuhi segenap ruangan itu membuatkan Phuwin menjerit kecil, ketakutan. Phuwin memojokkan dirinya ke dinding dengan badan yang menggigil. Kedua matanya mulai mengalirkan cairan bening putih.

" Tolong !! Lepaskan aku !! " satu teriakan perempuan membuatkan Phuwin tersentak. Phuwin mengecilkan matanya dan dalam kesamaran kegelapan, dia nampak seorang perempuan diikat di tiang besi yang berada di hujung ruangan. Perempuan itu hanya memakai panty sahaja. Bahagian tubuh lain terdedah tanpa ditutupi oleh sehelai benang. Hanya bahagian ' keperempuanan ' sahaja yang ditutupi.

Phuwin memandang sekeliling. Dia di mana saat ini ? Kenapa ada mayat perempuan di sini ? Kenapa ? Dia tidak mengingat apa-apa pun waktu sekarang ini. Dia hanya mengingat Chimon melukakan dirinya.

Krekk...

Bunyi satu pintu terbuka dan Phuwin memandang ke arah kanan. Wajahnya diterpa cahaya terang membuatkan Phuwin sedikit meringis dengan mata yang disepetkan.

" Haii ? " sapa Chimon yang membawa kayu besbol di tangannya. Dia tersenyum memandang ke arah Phuwin dan perempuan yang terikat di tiang besi itu.

" Bangsat Chimon !! " teriak perempuan itu penuh kemarahan.

Strawberry and Cigarettes ( S2 ) Where stories live. Discover now