Tak terasa, setelah berbagai macam persiapan, ujian benar-benar telah usai. Meskipun begitu, bukan berarti Reina akhirnya bisa santai-santai saja.
Ia masih harus disibukkan dengan persiapan studinya di Scotland, meskipun tak sesibuk sebelum ujian. Hal itu membuat Reina memiliki lebih banyak waktu luang, dan itu berarti lebih banyak waktu ia memikirkan kenapa Ghifari bersikap seolah menghindarinya.
Tak terlalu jelas memang, tapi intuisi Reina mengatakan seperti itu.
"Jadi, gimana?" Yara memposisikan dirinya di depan Reina yang datang lebih dulu dari nya.
Hari ini adalah hari Sabtu, waktu yang tepat untuk menikmati weekend bersama teman, melepas lelah dan penat baik setelah ujian, ataupun penat karena persiapan menuju dunia perkuliahan.
"Apanya yang gimana?" tanya Reina sembari mengerenyitkan alisnya, menatap heran pada sahabatnya ini.
"Lo sama Ghifari?" respon Yara tak yakin, "atau lo sama Junior?"
"Gue sama Ghifari emang ada apa? dan gue sama Junior juga gak ada apa-apa."
Yara menggelengkan kepala nya tak habis pikir.
"Dear Reina yang pinternya gak ngotak tapi gak punya otak perihal beginian," ujar Yara. "Pertama, masa lo gak ngeh kalo Junior suka sama lo? Kedua, girl, you are obvious about Ghifari."
Reina terdiam. Ia bukan tak sadar perihal Junior yang menyukainya.
"Pertama, gue sadar. Cuma gue gak mau geer aja," jawab Reina. "dan yang kedua..." Reina menatap Yara ragu. "Obvious gimananya?"
Yara menghela napas. "Lo gak sadar kah tiap di kelas lo noleh ke arah bangku Ghifari mulu?" tutur Yara. "Tiap kita belajar bareng juga, lo selalu muter-muterin hp lo kayak spinner aja. Lo ragu kan mau chat Ghifari atau enggak?"
"Lo bisa baca pikiran orang ya Ra?"
Yara tambah geleng-geleng.
"Sekarang intinya adalah, lo udah chat dia belum?"
Reina menggeleng. "Gue gak tau mau chat gimana"
"Gue tau lo gak pernah pacaran, tapi gue gak tau lo sepolos ini perihal nge-chat cowok duluan aja gak bisa," omel Yara. "Jadi, apa yang pengen lu tau dari Ghifari? Apa yang bikin lo pengen banget chat dia? Lo kangen sama dia?"
Reina mengendikkan bahunya. "Gak tau," ucapnya. "Tapi ada satu hal yang pengen gue tau."
"Apa?"
"Dia ngehindarin gue ya?"
Kini Yara yang mengerenyit. "Kenapa lo mikir kayak gitu?"
"Gue juga gak tau. Tapi perasaan gue bilang gitu. Dia juga kalo papasan sama gue di sekolah gak heboh kayak biasa. Biasanya juga teriak-teriak sampe gue annoyed, tapi ini beneran cuma senyum doang kayak orang cuma saling tau nama, gak kenal deket."
"Junior bukannya bilang dia mulai kerja di bengkel gitu ya? Mungkin dia gak punya tenaga dan kecapean doang?"
"Really? but I think it won't be this long lah kalo emang dia cuma capek. The problem is he still treat me that way up till the last time we met, and he didn't treat the other girls in our class the same way as he did to me."
Hening sesaat sampai Yara berkata, "You do like him that much, don't you?"
Reina menghempaskan dirinya pada sandaran sofa cafe yang ia duduki sembari menyeruput strawberry milkshake-nya. "I don't know. I've never been like this before. I have no ideas whether this is what people called as liking someone."
YOU ARE READING
GOOD ENOUGH - XDinary Heroes AU
Fiksi Remaja✨DISCLAIMER✨ Cerita ini hanyalah fiksi semata. Jika ditemukan kesamaan nama, lokasi, kejadian, dan lainnya, hal itu murni sebuah kebetulan. Cerita dibuat dengan masksud untuk menghibur, bukan untuk menyinggung pihak manapun. Visualisasi tokoh dipinj...