2. kenapa Harus Aku?

24.7K 113 9
                                    

Risih? Itu sudah pasti. Untuk pertama kalinya ia harus merasa dalam situasi ini. Mengenakan seragam sekolah lengkap, tetapi tanpa bisa memakai celana dalam miliknya lagi.

Angin yang berhembus dari bawah kaki, beberapa kali kerap membuatnya merasa geli di area pangkal pahanya tersebut.

Gadis itu–Aqila, ia terus termenung, memandangi wajahnya dengan kerutan di dahi yang tampak di dalam cermin yang terdapat di depannya tersebut.

Beberapa kali menghela napas, kemudian ia pun berkata, "kenapa harus aku yang mengalami ini semua?"

"Padahal aku cuma siswi biasa, yang bahkan awalnya kehadiranku di sekolah ini juga tak begitu nampak," batinnya.

"Masih ada kak Shila–si Primadona Sekolah, Andini–murid paling cantik se-angkatan, atau kak Nindi–murid paling populer dari kelas 11," lanjutnya.

"Tapi kenapa cuma aku yang terus mereka lecehkan? Padahal, enggak ada satupun yang menarik dari aku."

"Cantik enggak, pinter juga enggak, populer? Apalagi, pasti enggak lah."

Huhhh

Kembali menghela napas untuk ke sekian kalinya, sebelum ia memutuskan merapikan rambutnya dan segera melangkah keluar dari Toilet, karena bel pertanda jam masuk sudah terdengar.

*****
"Qila? Lo dari mana aja sih, anjir." Pertanyaan dari salah satu siswi di kelas tersebut sukses membuat Aqila yang baru saja memasuki kelas, segera menghentikan langkah kakinya.

"Tahu nih, bilangnya ke kelas duluan, tapi pas bel masuk baru masuk kelas," sahut siswi lainnya.

"Ehm, sorry, tadi gue ada urusan dulu. Tapi kalian tenang aja, bahan untuk persentasi kelompok udah selesai aku gandakan kok." Memaksakan senyumnya, Aqila berharap perempuan-perempuan tersebut agar tidak banyak bertanya lagi.

"Bagus deh, nanti lo kasih aja materi power point ke Dodi, yang lainnya tinggal persentasi aja."

Mengangguk, kemudian ia segera melangkah ke bangkunya yang terletak di bagian pojok kanan belakang kelas.

Dengan sesekali tersenyum miris, menertawakan dirinya sendiri yang bisa seperti ini.

Memang, apalagi yang dia inginkan? Apakah ia menginginkan pertemanan yang tulus dan menyenangkan? Tentu saja ia pernah menginginkan hal tersebut.

Namun, sekali lagi, takdir baik tidak bisa berpihak kepadanya.

Gadis kurang menarik, tidak terlalu pintar, miskin, dan tidak memiliki keluarga, siapa yang ingin berteman dengannya? Tentu saja tidak ada.

Hubungan baiknya dengan teman perempuan di kelas ini hanya sebatas teman untuk bertegur sapa, kerja kelompok, dan belajar bersama jika dibutuhkan.

Sedangkan, para laki-laki di kelas ini, bahkan di sekolah ini entah mengapa selalu menganggapnya sebagai objek untuk pelampiasan napsu mereka.

Walaupun itu semua hanya sebatas kata-kata kurang mengenakkan yang menjerumus ke pelecehan dan pornografi.

Setiap hari, bahkan setiap saat jika ada kesempatan, mereka akan melakukan hal tersebut kepadanya, dan hal ini telah terjadi sejak 1 bulan ia resmi menjadi siswi sekolah ini, atau sekitar 3 bulan yang lalu.

Namun, selain itu ia tetap bersyukur. Meskipun hampir setiap saat mereka melecehkannya, tetapi sampai detik ini ia masih berhasil mempertahankan kehormatannya.

Kejadian di taman sekolah tadi, adalah yang paling parah yang pernah mereka lakukan. Ya, bukan hanya teman sekelas atau seangkatan. Tapi, para bajingan yang melecehkannya setiap hari, terkadang juga berasal dari kakak kelas di kelas 11 dan 12.

Ia harap, kejadian tadi siang adalah yang paling parah yang pernah mereka lakukan.

Shhhh

Lamunannya tersadar, saat ia merasakan adanya jari-jari kasar yang membelai pahanya dari balik rok abu-abu yang ia kenakan.

Menolah ke samping kanan, ia mendapati wajah mesum dengan seringai mengerikan milik salah satu teman sekelasnya, Dodi.

"Lo apa-apaan sih," ucapnya, dengan tangan yang berusaha menarik paksa tangan Dodi yang semakin liar mengelus pangkal pahanya.

"Apa sih Qil? Gue ke sini cuma mau lihat file persentasi milik kita. Emang salah? Hmm?"

"Dod, please, tolong jangan gini."

Sungguh, ini di dalam kelas, ia tidak ingin membuat kegaduhan. Tetapi, Laki-laki kurang ajar ini semakin liar. Bahkan kini tangan kasarnya telah berani mengusap vaginanya yang tidak tertutup sehelai kain.

"Wow, lo enggak pakai CD? Gila, liar banget, ckck," ungkapnya dengan nada yang mencemooh.

"Tapi enggak apa-apa, gue justru makin suka kok. Kalau bisa next time enggak usah pakai BH juga ya," lanjutnya.

"Dod, jangan."

Dengan sekuat tenaga ia berusaha mencegah Dodi agar tidak berbuat hal yang lebih nekat, meskipun sulit.

Namun, akhirnya ia dapat bernapas lega ketika Dodi melepaskan tangannya, dan pergi ke bangku miliknya ketika mendapati seorang guru memasuki ruangan.

"Selamat siang anak-anak."

Pelajaran pun dimulai dengan kelas yang hening. Semua siswa ataupun siswi yang sedari tadi berpencar, kini telah duduk di bangku masing-masing.

Begitu juga dengan gadis kutu buku yang duduk di sebelah Aqila. Namun, meskipun memiliki teman sebangku, tetap saja ia merasa kurang nyaman karena tidak adanya interaksi di antara mereka.

Entah karena gadis ini yang memang suka menyendiri, atau Aqila yang tidak dapat membuka obrolan, atau bahkan gadis di sampingnya ini yang memang juga enggan untuk berdekatan dengannya?

Entahlah, yang pasti ia hanya ingin kehidupannya di sekolah berjalan dengan lancar dan damai.

~~~BAB 2 update✍️✍️

Ada yang nungguin enggak?
Semoga suka ya sama ceritanya🌹

Eitss tenang, ini baru permulaan kok, wkwk.

See you!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AQILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang