Aqila Arunika, siapa yang tidak mengenalnya? Tentu saja banyak.
Ini bukan kisah sang primadona sekolah karena kecantikannya, bukan juga kisah si jenius kesayangan para guru, atau kisah sang ratu yang banyak disayang orang-orang sekitarnya.Namun, ini adalah kisah dari seorang gadis SMA, Aqila Arunika. Gadis cantik tapi tidak secantik primadona sekolah.
Pintar dan masuk ke jajaran 10 besar rangking kelas, bukan jajaran peringkat seangkatan.Aqila hanyalah siswa biasa, tidak terlalu menonjol tetapi kehadirannya sering dinantikan oleh sebagian besar kaum adam di sekolah, karena keindahan tubuhnya. Dengan postur tubuh ideal dan tonjolan di beberapa bagian tubuhnya, sukes membuat sebagian laki-laki tersebut kerap kali menggodanya.
Aqila bukanlah gadis yang mudah bergaul, bahkan temannya saja terbatas. Sifat pendiam yang dimilikinya, membuat sebagian siswa di sekolah enggan untuk berteman dengannya.
"Cewek." Panggilan itu terlontar begitu saja dari mulut salah satu dari gerombolan pria di deretan bangku taman sekolah, saat Aqila melintasi tempat tersebut.
"Wih sombong banget sih Dek, masih kelas 10 loh. Jangan sombong-sombong lah sama kakak kelas." Tiba-tiba saja salah satu dari mereka telah berdiri di hadapan Aqila. Setelahnya, tanpa permisi, tangan laki-laki tersebut menarik lengan Aqila ke arah teman-temannya.
"Apaan sih. Lepasin gue!"
Namun, seolah tuli, mereka sama sekali tidak merespon perkataan gadis tersebut.
"Wih cantik banget dek. Mau enggak main bareng kita?" tanya salah satu dari mereka. Jika dihitung, jumlah mereka saat ini ada sekitar 20-an siswa.
"Main apaan tuh?" tanya yang lainnya dengan gaya tengilnya.
"Main sayang-sayangan dong, di KAMAR," ucap laki-laki yang bertanya barusan dan dibalas tertawaan yang lainnya.
Merasa muak dengan suasana di sini, Aqila berniat untuk meninggalkan mereka. Namun, dengan cepat tangan salah dari mereka kembali menarik pergelangan tangannya.
"Etss, lo mau ke mana?"
"Gue enggak ada urusan sama kalian. Jadi, biarin gue pergi dari sini," ucapnya dengan penuh penekanan.
"Enak aja main pergi. Lo enggak akan pernah bisa pergi dari sini sebelum nurutin permintaan kita," ucap lelaki yang membawa Aqila dan menarik pergelangan Aqila tadi.
"Lo," ucapnya dengan menunjuk wajah Aqila. "Harus lepas semua dalaman yang lo pake sekarang, di sini. Di depan kita!"
'HAHAHAHA'
Sontak saja, ucapan laki-laki tersebut membuat tawa mereka semakin pecah. Yang membuat Aqila menatap tajam laki-laki di hadapannya tersebut.
PLAK
Hingga tamparan yang Aqila berikan kepada lelaki di hadapannya, membuat suasana menjadi hening. Semua pandangan kini menoleh ke arah Aqila dan laki-laki itu secara bergantian.
"Lo berani nampar gue?" tanyanya dengan suara yang lebih berat. Menandakan adanya kemarahan sekaligus rasa puas dalam diri laki-laki tersebut.
'Ahhhh'
Aqila yang tidak pernah menduga sebelumnya jika laki-laki di hadapannya ini tidak pernah main-main dengan ucapannya. Ketika, tangan laki-laki ini meremas bokonganya dengan kasar, ia hanya mampu berontak. Ingin menghajar orang tersebut, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan orang-orang yang berada di tempat ini.
Laki-laki tersebut menyerengai puas. Sedetik kemudian ia mendorong Aqila hingga terduduk di pangkuan teman-temannya yang lain.
"Wah apa ini? Gila dadanya lumayan besar bos." Tangannya langsung meremas dada Aqila ketika gadis itu jauh tepat di pangkuannya.
"Gue mohon, jangan lakuin ini," mohon Aqila, yang tentu saja hanya dianggap angin lalu oleh mereka.
"Lepas celana dalamnya." Perintah dari laki-laki yang dipanggil Bos barusan, tentu saja disambut antusias oleh orang yang memangku Aqila saat ini. Dengan dibantu beberapa temannya yang lain, mereka mulai melepas celana dalam Aqila. Bahkan sesekali meremaa dada, pantat, dan area sensitif gadis tersebut, tanpa menghiraukan rontaannya.
Begitu celana dalamnya terlepas. Laki-laki tadi kembali menarik tangan Aqila dari pangkuan teman-temannya. Memandang gadis tersebut dengan tajam.
"Sekarang lo boleh pergi."
Bukannya segera pergi, Aqila justru memandang tajam laki-laki itu.
"Kembaliin CD gue."
"Lo mau ini?" tanyanya dengan mengangkat celana dalam itu tinggi-tinggi, kemudian menyerengai.
"Boleh, asalkan lo mau bersetubuh sama gue di sini, sekarang."
"LO GILA." Ketika tangannya terangkat hendak menampar laki-laki tersebut, akan tetapi kalah cepat. Dia, laki-laki yang sering mereka panggil bos tersebut lebih dulu menangkap pergelangan tangannya dan tersenyum sinis.
"Lo milih pergi dari sini tanpa celana dalam ini, atau mau kita perkosa ramai-ramai sekarang juga?"
Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Aqila pun segera menghempaskan tangan tersebut dan bergegas meninggalkan tempat ini dengan perasaan benci.
"Lo yakin ngelepasin dia gitu aja Bos?" tanya salah satu dari mereka, setelah melihat punggung Aqila yang semakin menjauh
"Ya enggak lah. Sayang banget, cewek kayak dia kita sia-siain gitu aja."
"Emang ya, gelar cowok brengsek benar-benar melekat sama bos Daniel." Perkataan tersebut disetujui oleh yang lainnya. Bos mereka memang brengsek.
*********
Makasih banget buat yang udah baca.
Buat yang enggak suka dan merasa terganggu, jangan dibaca ya.
Ke depannya akan ada adegan yang lebih ehem.
Jadi, kalau memang enggak suka sama jenis cerita kayak gini, jangan dibaca. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
AQILA
FantasyKenapa harus aku yang menjadi mainan mereka? "Lo berani nampar gue?" tanyanya dengan suara yang lebih berat. ..... 'Ahhhh' Laki-laki tersebut menyerengai puas. Sedetik kemudian ia mendorong Aqila hingga terduduk di pangkuan teman-temannya yang lai...