"Akhirnya aku menemukanmu, Nak! Hu..hu.” Tangis Ibu itu pecah sembari memeluk Danika dengan erat, hingga gadis itu merasa sesak nafas karena tercekik.
“Bu, tolong, Bu! Saya tercekik, Bu!” Tangan Danika menggapai-gapai pada Reni yang berdiri dengan terbodoh menyaksikan kejadian didepannya. Bagaimana tidak, dia pun syok dengan apa yang terjadi barusan.
Beberapa jam lalu..
“Pusing banget kepala gue, Ren!” Danika berujar sambil memijit keningnya.
Danika dan Reni adalah sahabat sejak mereka SMA, hubungan persahabatan itu kembali terjalin saat kuliah dan bekerja di perusahaan yang sama.
Mereka berdua baru saja keluar dari kantor untuk pulang ke rumah masing-masing. Danika dan Reni berjalan menuju halte terdekat untuk menunggu angkutan umum.
“Memangnya lo pusing kenapa, Ka?”
“Kerjaan kantor banyak banget belakangan ini. Terus tadi gue ditegur kepala staf karena sering terlambat. Padahal terlambat gue hanya 30 menit doang!”
“Puufftt..,” Reni tiba-tiba saja tertawa. Danika langsung ilfil karenanya.
Danika bersedekap dada. “Kenapa lo ketawa, hah? Memang ada yang lucu?”
“Tidak ada. Lagi pula memang lucu ‘sih! Masa iya lo terlambatnya parah banget begitu?”
Danika menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. “Gue juga tidak tahu! Jangan sampai gue bermasalah deh di kantor, apa lagi kalau sampai kena tegur sama Bos! Wah, bisa tamat gue! Mana skincare gue belum pada lunas lagi!”
“Makanya lo tidurnya cepatan nanti malam!”
“Oke, Bos!” Mereka berdua kemudian tertawa.
“Ren, gue haus, nih! Gue beli minum dulu ya di depan.”
Reni mengangguk. Danika segera beranjak dari duduknya untuk ke minimarket yang ada di seberang jalan. Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba ciiiiiit. Terdengar deritan rem yang begitu panjang dan jeritan Danika setelahnya.
“Nikaaaa!” Reni menjerit histeris sejadinya. Dia langsung berlari menghampiri Danika yang sudah duduk terjatuh.
“Nika, Lo tidak apa-apa?” Reni sibuk memeriksa semua bagian tubuh Danika. Dia bersyukur Danika selamat.
Sang pengemudi langsung keluar dari mobilnya yang ternyata seorang wanita paruh baya dengan penampilan cukup nyentrik. Rambut pendek dan berponi ala Dora, dengan berpakaian ala anak muda. Untung tidak sekalian membawa ransel dan bertanya di mana peta.
“Ya ampun, Nak! Kamu tidak apa-apa? Maafkan saya. Saya benar-benar tidak sengaja.”
“Duh, Ibu, sih? Apa sedari tadi Ibu menyetir tidak lihat jalan apa, Bu?” Reni sudah merepet hingga sepanjang jalan kenangan.
Ibu itu gelisah dan takut. Dia menangkupkan tangan di depan dadanya. “Maafkan saya! Ayo kita bawa teman kamu ke Rumah Sakit.”
“Tunggu, Bu! Saya akan coba menyadarkan dia lagi,” ucap Reni.
Ibu itu hanya mengangguk pasrah saat mendengar apa yang akan dilakukan oleh teman gadis yang dia tabrak ini.
Danika yang masih syok hampir saja basah celananya. Pandangannya kosong seperti dompetnya yang minta diisi. Reni semakin khawatir, dia mendekatkan bibirnya tepat ditelinga Danika.
“Danikaaaaaa..!!!”
Entah karena kekuatan suara Reni yang tinggi, atau bau mulut Reni yang begitu menggugah perut ingin muntah, membuat Danika kembali sadar dari rasa syoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istrinya?
RomanceDanika Aroma Melati terpaksa menerima perjodohan yang begitu mendadak dari teman Almarhumah Ibunya. Ingin rasanya dia berlari dan hijrah ke planet lain, saat tahu pria yang dijodohkan padanya adalah Bosnya sendiri -Arsenio Roberto, yang juga sudah m...