Bab 3

19 1 0
                                    

Sebelum berangkat ke kantor, Arsenio menyempatkan datang ke kamar Mamanya. Dari wajah Mamanya yang sangat serius tadi pagi, pasti ada sesuatu yang sangat penting yang ingin disampaikan oleh wanita yang telah melahirkannya itu.

“Kamu memang sendirian, kan?” Mama Lena berkeliling memutari tubuh Arsenio. Barangkali ada bayang-bayang Zakia yang ikut untuk menguping. Mama Lena harus waspada pada menantunya itu.

Arsenio geleng-geleng kepala. “Dia sudah pergi bekerja, Ma!” Arsenio melangkahkan kakinya untuk duduk menyilangkan kaki pada sofa mahal yang ada di kamar Mamanya ini.

“Apa yang ingin Mama bicarakan?”

Mama Lena ikut duduk di samping putra semata wayangnya itu. “Arsen, Mama begitu sangat bahagia mengetahui hal ini.”

Alis Arsenio terangkat sebelah. “Memang hal apa yang membuat Mama bahagia?”

“Kamu ingat sama Ibu Sawiyah teman Mama?”

Arsenio coba mengingat dan kemudian mengangguk. “Memangnya kenapa dengan Ibu itu? Bukannya Ibu itu sudah meninggal?”

“Iya, dia dan suaminya memang sudah lama meninggal. Kamu ingat kan, dia sangat berjasa untuk kehidupan Mama? Kalau bukan karena dia, mungkin Mama sudah tidak ada di hadapan kamu sekarang.”

“Mama ini bicara apa, sih? Hanya itu kah yang ingin Mama bicarakan? Bisa tidak kita lanjutkan nanti. Arsen harus berangkat, Ma.”

“Masalahnya, Mama ada janji padanya yang harus segera di tunaikan, Arsen.”

Alis Arsenio mengerut. “Janji apa?”

“Ibu Sawiyah sudah menitipkan putrinya pada Mama. Dan Mama sudah berjanji untuk menikahkan putrinya sama kamu! Mama sudah bertemu dengan putrinya, dia ternyata tumbuh dengan sangat cantik.”

“Uhuk-uhuk!” Arsenio langsung terbatuk-batuk tidak menentu. Mama Lena segera mengusap-usap punggung Arsenio.

“Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba batuk, hah?”

“Habis tertelan singa!”

“Apa? Tertelan singa? Bagaimana bisa?” Mama Lena histeris. Membuat Arsenio ilfil.

“Arsen terkejut, Mama! Terkejut! Lagi pula, Mama itu kalau bikin janji jangan yang aneh-aneh, napa!”

“Kamu ini bagaimana, sih! Ibu Sawiyah itu sudah sangat berjasa untuk kelangsungan hidup Mama. Mama juga harus membalasnya dengan hal yang sama, dong!”

“Tidak-tidak!” Arsenio mengibas-ngibaskan tangannya di depan dada. “Arsen tidak setuju dengan janji yang Mama buat tanpa sepengetahuan Arsen itu! Apa yang tidak Arsen ketahui, itu namanya ilegal dan invalid! Arsen tidak wajib menjalankannya ataupun menunaikannya!”

Mama Lena menggeleng sebal. “Dasar anak nakal! Ya iyalah kamu tidak tahu. Kan kamu masih kecil waktu itu. Pokoknya Mama tidak mau tahu, kamu harus menjalankan perjanjian itu!”

Arsenio langsung bangkit dari duduknya, dia mengepalkan tangannya. “Arsen tidak akan mau memenuhi janji itu! Arsen sudah menikah dan sangat mencintai Zakia.”

Arsen langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar Mamanya tanpa memedulikan teriakan Mamanya yang sangat memekakkan telinga. Bahkan dia sampai menepuk-nepuk telinganya yang tersiksa karena lengkingan Mamanya yang mirip seriosa itu. Iya seriosa, seriosa fals.

Mama Lena menepuk sofa dengan sebal. “Iihh kesalnya! Seandainya kamu tahu apa saja yang sudah istri kamu lakukan di belakangmu, pasti kamu akan dengan cepat melepaskan istri yang kamu cintai itu, Arsen!”

..............................*****.............................


Setalah bertanggung jawab mengobati ‘Calon mantu’ yang tanpa sengaja Mama Lena tabrak itu ke Rumah Sakit, Mama Lena tak lupa untuk meminta nomor ponsel gadis cantik itu. Di sore yang sangat cerah ini, Mama Lena mengirim pesan pada Danika untuk bertemu.

“Untung aku mengajaknya pas dia pulang kantor. Wah, Magdalena memang sangat pintar dan cantik.” tidak ada angin tidak ada hujan, Mama Lena memuji dirinya sendiri.

Tak lama Danika datang. Terlihat sekali wajahnya begitu letih, tapi tak menyurutkan untuk senyum pada Mama Lena yang terpukau pada kecantikan gadis itu.

Assalammu’alaikum, Bu?” Danika mengulurkan tangan untuk menyalami Mama Lena.

Wa’alaikumsalam.” Mama Lena takjub dengan perilaku Danika. Belum lama loh dia menabrak anak ini. Seharusnya anak ini masih marah kan padanya?

Wah-wah! Memang anak sholehah! Menantuku saja tidak pernah melakukan hal ini padaku! Boleh tidak aku mengatakan menantuku itu dengan sebutan menantu laknat? Astaga!’

“Ayo duduk, Nika.”

“Ah, makasih, Bu. Maaf ya, sudah membuat Ibu menunggu.”

Mama Lena tertawa sok anggun dengan menutup mulut. Tertawanya sih sudah sok anggun, tapi bahunya tetap terguncang seperti orang yang tengah tertawa terbahak-bahak. Jadi terkesan tidak anggun ya, kan?

“Tidak, Nika. Ibu memang sengaja menunggu kamu di sini sambil ngopi. Eh, kamu mau minum? Ayo pesan.”

“Tidak usah, Bu. Tadi Nika sudah minum sama Reni.”

“Oh iya, kemana teman kamu itu?”

“Sudah pulang duluan, Bu. Oh iya, Ibu mengajak Nika untuk bertemu, apakah ada hal yang penting?”

Mama Lena menghela nafas. “Sebenarnya iya, Nika. Kamu pasti bertanya-tanya kan ada hubungan apa Ibu dan Ibu kamu?

Danika mengangguk. “Iya, sebenarnya Nika sudah penasaran dari saat Ibu menyebut nama Ayah dan Ibunya Nika.”

Mama Lena langsung mulai bercerita. Danika dengan fokus mendengarkan apa saja yang di ucapkan oleh Ibu Lena. Dan dia pun juga terkejut kalau Ibunya ingin menjodohkan dirinya dengan anak Ibu Lena.

“Hah, sekian tahun Ibu mencari kamu, Danika. Dan Allah akhirnya menemukan kita di saat waktu yang tidak bisa kita duga.”

Danika meringis mendengar ucapan Ibu Lena. Menikah? Ya, menikah itu memang impian setiap wanita, termasuk dirinya. Tapi ini menikah karena perjodohan yang sudah diatur oleh orang tuanya dulu, yang bahkan dia sendiri saja tidak tahu siapa orang yang akan dijodohkan dengannya. Itu dikategorikan pemaksaan atau tidak ya?

“Ibu mohon, Danika. Menikahlah dengan anak Ibu. Ibu tidak akan tenang kalau kamu menolak ini, Nak. Soalnya setelah kami melakukan perjanjian itu, Ibu sudah tidak tenang. Apalagi saat kamu entah di mana keberadaannya waktu itu. Ibu takut tidak bisa menunaikan janji ini sama Ibu kamu.”

Danika menghela nafas. Ada benarnya juga sih ucapan Ibu Lena ini. Tapi dia kan harus bertemu dulu dengan pria yang akan di jodohkan dengannya.

“Baiklah, Bu. Nika akan lakukan semua ini untuk almarhum Ibu.”
Akhirnya dia pun menerima perjodohan ini, semata-mata untuk orang tuanya.

Semoga Ibu bisa tenang di sana’

Mama Lena tersenyum girang. Dia bersorak-sorai hingga beberapa pengunjung cafe melihatnya dan geleng-geleng kepala. Mungkin mereka mengira ada orang gila baru.

Danika hanya meringis melihat Ibu Lena yang begitu gembira ini. Tapi perlahan senyum terbit dari bibirnya. Hah, dia sendiri sih tidak tahu perjanjian apa saja yang telah mereka lakukan. Tetapi melihat Ibu Lena yang sangat bersyukur dan bahagia ini, pasti ada sesuatu yang sudah dilakukan Ibunya yang sangat berharga pada Ibu Lena.

“Baiklah, sayang. Ibu akan mengatur pertemuan kamu dengan anak Ibu. Ibu yakin kamu bakalan langsung mau dinikahi sama dia. Anak Ibu itu orangnya tampan, baik hati dan orang terkenal di negara kita ini.”

Danika merasa keki. Perutnya bergejolak ingin muntah mendengar segala pujian yang keluar dari mulut Ibu Lena. Tapi penasaran juga siapa gerangan anaknya, sih. Haha, amboi!

Anak Ibu Lena terkenal di negara ini? Siapa? Kalau anaknya terkenal, kenapa Mamanya tidak terkenal juga? Ah, bodoh amat! Kenapa juga aku harus peduli?’

Pertemuan mereka pun berakhir. Besok malam Bu Lena akan mengajaknya ke restoran mewah untuk bertemu dengan anaknya yang tampan itu.

'Haaah, kenapa tiba-tiba aku berpikir terpaksa ya melakukan ini? Tapi, ini semua untuk Ibuku. Aku harus bisa. Haaah, lelah hayati. Selama ini pacar saja tidak punya, sekarang sudah harus menikah karena terpaksa.’

*******

Jadi Istrinya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang