“Tapi malam ini Mama harus istirahat dulu. Arsen tidak mengizinkan Mama untuk ke mana-mana malam ini.”
Mama Lena mendengus sebal. “Hissh, tuh,kan! Kamu pintar sekali membohongi Mama!”
Arsenio menghela nafas. “Bukan begitu, Mama. Mama kan baru saja pingsan. Lebih baik malam ini pulihkan dulu tenaga Mama, ya? lagi pula, Arsen harus bicara dulu dengan Zakia.”
Semula Mama Lena kecewa, tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga ucapan anaknya.
“Baiklah. Mama akan istirahat malam ini.”
Arsenio tersenyum. “Baiklah, Ma. Arsen pergi dulu ke kamar, ya?”
Mama Lena hanya mengangguk. Arsenio segera bangkit dan melangkahkan kakinya keluar kamar Mamanya dan menuju kamarnya. Setelah Arsenio pergi, Mama Lena langsung mengirim pesan pada Danika.
Setelah membersihkan tubuhnya yang lengket, Arsenio meneguk kopi hitam yang sudah disediakan oleh pelayan di rumahnya. Sambil mengecek ponselnya, dia menggerutu.
“Sudah jam segini, kenapa Zakia belum pulang juga? Sebenarnya pekerjaan apa yang dia lakukan di kantornya?”
1 jam berlalu, Zakia akhirnya muncul dari balik pintu dengan wajah yang lelah sekali. Arsenio langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri istrinya itu. Dia tersenyum pada Zakia, tapi senyumnya langsung redup ketika tak sengaja melihat rambut Zakia yang sedikit berantakan.
“Za, kenapa dengan rambutmu?”
“Hah?” Zakia sedikit gelagapan merapikan rambutnya. “Kepalaku tadi pusing. Jadi aku pijit-pijit kepala dan lupa merapikan rambutnya kembali.”
Arsenio hanya ber-oh saja. Di dekatinya Zakia yang hendak membuka baju kerjanya, dan memeluk wanita itu dari belakang.
“Oh iya, nanti malam aku mau ngajakin kamu dinner di restoran favorit kita.”
Zakia membalikkan badannya dan mengalungkan tangannya pada leher Arsenio. “Maaf ya, sayang. Aku lelah sekali hari ini. Pekerjaan di kantor begitu banyak. Kita lakukan lain kali saja, ya?”
Zakia mengecup kecil bibir Arsenio dan pergi ke kamar mandi. Menyisakan Arsenio yang terbengong. Lagi-lagi dia hanya bisa menghela nafas.
................******...............
“Woi, Ren! Ambil nih berkas! Pusing gue ngerjainnya!”
“Lo tuh asik pusiiiing saja. Lama-lama gue bosan dengar lagu lama lo itu!”
Danika hanya tertawa cekikikan. Dia akui, kalau dalam mengerjakan pekerjaan yang satu ini, Reni lebih jago dari dirinya.
“Hei, cin!”
Danika dan Reni mendongakkan kepalanya pada sumber suara. Mereka saling tatap ketika melihat lelaki yang sedikit melambai tersenyum pada mereka.
“Adul!” panggil mereka secara bersamaan.
“Eh! Sstt..sstt. jangan panggil Adul! Panggil Dila!” ucapnya dengan raut wajah tak suka.
“Iihh, mulai sinting nih orang! Lo dulu kekar dan gagah! Kenapa sekarang jadi begini?” celoteh Danika yang disambut tawa Reni.
“Ya, terserah gue, dong! Gimana? Sudah selesai pekerjaan kalian?” tanya Adul dengan sok profesional. Matanya melongo pada berkas yang ada di meja Reni.
Adul ini adalah teman sekolah Danika dan Reni. Sebelumnya dia bekerja di salah satu anak perusahaan Arsenio. Walau tingkah dan gayanya begitu, tapi kinerja otak dan keahliannya jangan di ragukan lagi. Jauh di atas Danika dan Reni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istrinya?
RomanceDanika Aroma Melati terpaksa menerima perjodohan yang begitu mendadak dari teman Almarhumah Ibunya. Ingin rasanya dia berlari dan hijrah ke planet lain, saat tahu pria yang dijodohkan padanya adalah Bosnya sendiri -Arsenio Roberto, yang juga sudah m...